Pagi ini, di Senin ini, mari kita siapkan semangat untuk sekolah.
"MEMANG HARUS SEMANGAT! orang gak buat pr, jadi jangan tekan aku!" Ribut, satu kata yang dapat menjelaskan keadaan pagi ini. Halilintar dan Taufan bangun pagi-pagi sekali dan langsung mengerjakan pr mereka, siapa sangka hali tidak se Perfect itu.
"Perasaan baru nunda kemarin!" Gerutu hali, tangan nya tetap bergelut dengan pena dan kertas didepannya. Tapi mulutnya dan mulut Taufan terus beradu saling menyalahkan *kenapa gak bilang kalau pr nya hari ini!*, mungkin kalimat itu telah dikatakan oleh salah satu dari mereka.
(Sebenernya aku juga gini, ini lagi Nunda pr b igs dan itu di kumpul besok. Huhu><)
Sementara di markas lain, ya bisa di bilang markas itu kamar ya adick adick.
Tampak seorang anak lelaki yang baru saja bangun dari tempat tidur nya, dia yakin semalam kakak nya Taufan tidur bersamanya bahkan blaze juga ikut nyempil di atas kasur itu. Dari pada mencari nya ice memutuskan mandi lalu sarapan, sudah beberapa hari ia melewatkan sekolah rasanya ia akan gugup sekali muncul lagi di sekolah. Mengingat masih tidak ada yang tahu status nya di dalam keluarga nya, karna memang sebelumnya mereka tidak memberitahu kan hubungan persaudaraan ini.
Kebetulan blaze juga telah keluar dari kamar mandi, ia melihat ice turun dari kasur dan berjalan kearah nya.
"Mau kemana? Masih pagi, tidur lagi aja"
"Mau sekolah" jauh di lubuk hatinya yang bersinar, gejolak tatapan matanya juga ikut berbinar. Ia semangat untuk pergi sekolah lagi dan berjanji tidak akan mengacaukan apa-apa, tentang keberadaan ia bisa tetap sendiri dan seolah tidak dekat dengan mereka. Bisa di bilang dia itu sebenarnya trauma, dan terbiasa untuk tetap bungkam sendirian.
Hwarrrgghhhhhhhhhhh
Setelah nya blaze nampak berpikir sejenak, benar juga ice sudah beberapa hari tidak menampakkan diri di sekolah. Jadii,,, mungkin tidak salah membawanya kembali ke sekolah.
"Oke, tapi bawa bekal aja biar gak jalan ke kantin lagi. Terus juga pulang jangan sendirian lagi! Nanti di jemputt sama kakak, oke?" Mengingat beberapa hari yang lalu ice pulang dengan jalan yang tiba-tiba hujan, membuatnya jatuh sakit berakhir ice melas karna gempa maksa kerokin. (Ada yang suka di kerok? Plis mati rasa😭😭👊🏻)
"Wokeyy, yang penting sekolah"
"Yang penting kamu!" Blaze membenarkan kalimat yang ice salah mengucapkan nya. Meski memang bukan kesalahan kalimat, hanya saja yang harus di ucapkan itu lebih benar seperti yang blaze ucapkan karna jatuh nya lebih benar.
"H'emm iya iya, lagian aku masuk sesi 2 sama thorn juga solar." Ucap nya kemudian melalui blaze yang berfikir sejenak.
"Lah, jadi ngapain bangun pagi banget?" Emang sih bangun pagi itu bagus, ya tapi kan kalo lagi sakit gak ada salahnya istirahat aja dulu lagian dia juga gak ada kerjaan. Tapi mungkin udah biasa bangun pagi-pagi kali ya?
"Ya kan mau sekolah, makanya bangun terus mandi" udahh, anak kebelet balik jadi kecil ini kita iya in aja duluu...
Blaze ingin menjawab namun alarm hp nya mengingat kan ia untuk segera beranjak dari sana dan bergegas, setelah selesai ia juga turun mengambil 4 lembar roti lalu mengoles asal selai ke roti tersebut.
Mereka pun berangkat sekolah bersama, hanya ada 4 sulung(?) yang masuk di sesi pagi ini. Tiga bungsu(?) lainnya mendapati sesi siang, khusus anak kelas 7 pulang 1 jam lebih awal dari anak kelas 8, jadi yaa ice dengan thorn dan solar itu tidak berbarengan. Pahamm?! (Tiba-tiba banget pengen cosplay kak gem ಥ‿ಥ)
Begitu damai hari ini hingga sesi pelajaran sekolah telah berganti, dan kini sudah hampir waktu nya kelas 8 menyusul pulang. Sesuai dengan perkataan blaze, akan ada yang menjemput ice.
Kriinnnkkk (biar cwentil make 'nk')
Bel pulang akhirnya berbunyi, Taufan yang telah menunggu lima belas menit lebih awal melihat pemandangan di mana anak-anak SMP kelas 8 itu mulai berhamburan.
"Kayak iguana nemuin mangsa" celetuknya dengan santai dan benar-benar sesuai apa yang ada di otaknya, kalau kata Taufan sihh ngebohongin diri sendiri lebih buruh dari ngebohongin orang lainn. Memang nyata nya anak-anak yang berhamburan itu seolah tidak takut terjatuh dan akan terinjak-injak, entak apa yang membuat mereka begitu semangat ketika jam pulang dan lesu loyo letih lemes ketika dalam pelajaran.
Dari kejauhan bisa Taufan lihat ice Mbaru saja berada di ambang pintu, ice berhenti sejenak dan melihat siswa siswi lain yang masing mengantri di arah tangga di lantai 2. Belum lagi anak-anak yang berada di lantai 3 masih berusaha lebih dulu turun dari tangga yang memang posisi nya berdekatan. Kalian pasti ngerti lah bentuk tangganya,,,
Ice sendiri juga gak mau ambil repot, ikut-ikutan dengan tindakan itu sama saja merutuki diri sendiri! Lagian di tangga itu bahaya juga dirinya yang tidak sehat untuk berebut.
Wajah nya agak cengo sedikit melihat tumpukan murid yang tidak sabaran itu, apa yang mereka nantikan dengan pulang? Cepat atau lambat kan tetep bakal pulang!
Akhirnya setelah beberapa saat tangga mulai longgar dan sekarang sudah sepi, baru lah ice melangkah untuk turun dan berpegangan pada pengaman tangga agar aman lah.
(Jujurly sebagian ada yg bilang tulisan di book lama lebih bagus... Menurut kalian bagusan yang lama atau bagusan ini???)
Taufan juga melangkah masuk ke lingkungan sekolah dan berdiri tepat di ujung tangga, lalu merangkul akrab (sokab) ice setelah ia sampai turun dari tangga.
"Gimana sekolah nya?" Basa basi Taufan sembari berjalan masih dengan rangkulan nya yang tertaut pada bahu ice.
"Yaa, biasa aja sih. Aku kan cuma diem, jadi gak mungkin jadi pusat perhatian."
"Yaelah, kamu alpa atau nggak nya juga keknya gak bakal ada yang sadar" kemudian ia terkekeh dan melanjutkan bicaranya "kecuali sekretaris sihh" sementara ice hanya berdehem singkat, saat Taufan memperhatikan ternyata lirikan mata ice bertumpu pada sebuah objek di sebrang jalan.
Tukang cilok.
"Mau?" Tanya Taufan, dan tanpa sadar ice reflek mengangguk dan tidak ada tanda tanya untuk pertanyaan Taufan, padahal kan Taufan belum tentu nanyain mau Cilok apa nggak, mana tau Taufan nawarin bogem.
Setelah nya mereka menyebrang jalan yang menjadi pemisah antara sekolah dan juga tukang cilok itu, sesampai nya di sana Tau eefan membeli 2 bungkus cilok, ia menawarkan bumbu yang akan di pakai kan ke cilok milik ice.
"Ice, mau pake kuah kaldu apa kuah kacang?" Tanya nya pada ice yang tengah mengamati mamang cilok itu mewadahi cilok nya, ice sendiri juga langsung mendongak lalu kembali melihati gerobak cilok nya dan menjawab.
"Pake saos aja" ujarnya.
"A-... Yasudah" Taufan mengiya kan dan mengulangi permintaan itu pada sang penjual cilok, "mang, pake saos aja... Kasih kecap dikit, saosnya juga jangan banyak banyak..." Mengingat kekebalan sistem organ di tubuh ice yang lemah begitu dia juga was-was mengizinkan adik nya makan pedas, takut nya malah sakit perut berkunjung moentah lagi. Kalo gitu terus pasti adiknya jadi tambah kurus, keliatan kaya anak SD apalagi emang pendek.
Setelah pesanan itu siap Taufan membayar, kemudian mereka berjalan bersama untuk pulang...
TBC,
ini serius pada jadi pembaca gelap? Jwahat banget kamoe
Jadi pengen puter lagu bernadya aja👄
KAMU SEDANG MEMBACA
Us the next life
Randomsaudara? sebagai orang memiliki nya. Namun tak pernah menghargai, karena mereka memilikinya. orang itu, akan terlihat lebih berharga. Karena kau tak pernah memilikinya, atau kau tak lagi memilikinya. Alloowww readers, ini akun gw yang ganti itu ya...