5. ingin aku pergi?

219 27 72
                                    

.
.
.
.
.

Bu Ratna masih mencoba mencerna hubungan murid-murid nya ini, masalah yang dialami para murid itu hal wajar, tapi masalah kakak beradik ini sedikit- berlebihan.

Menyesal memang selalu ada di akhir cerita bukan, bukankah semua orang tahu itu?

'ternyata ini alasan ice melarang ku memberitahu keluarganya tentang dirinya. Ternyata sedang ada semak belukar yang sedang menjerat disini, dan Apakah mereka baik-baik saja? Apa yang terjadi? Padahal ice anak yang terlihat baik' guru ice yang baik itu mulai bergumam di dalam hati, apa yang ibu guru itu ketahui tentang ice? Guru itu menghela nafas pelan. 'Huhh... Dunia memang penuh pertanyaan. Bahkan anak yang masih dibawah umur mampu menyembunyikan masalahnya dibanding orang dewasa yang selalu mengeluh, jangan salah gunakan kemampuan mu nak'

15.15

Disisi lain, seorang anak yang telah menutup matanya selama 2jam kurang 15 menit itu kembali membuka matanya, berusaha menyesuaikan cahaya yang mulai masuk ke matanya yang indah. Sementara, seorang anak yang lebih besar darinya setia menunggu dirinya bangun dari tidur sementaranya.

'ice... Ini salah ku...apa aku terlalu kasar? Kenapa kau hanya diam? Kenapa kau diam saat kami begitu? Apa yang bu ratna tau tentang dirimu dan kenapa kak hali gak kamu kasi tau?... Bukankah, aku juga berhak mengetahui nya?' batinnya, ia berkata seolah tak memikirkan apapun.

Sudahlah hali, kau tahu? Tidak akan ada orang yang berhenti sebelum menyesal. Bahkan ada orang yang tak menyesal sama sekali meski ia membunuh dengan sengaja atau tidak orang yang ia sayangi.

Kau yang memulai kan, jika ia pergi, mungkin ia lelah dengan semua. Semua yang ia pikul, terlalu berat sampai mengubur dirinya kedalam tanah.

Kapan kau membiarkan ia bahagia, ia juga ingin bebas. Mungkin, bisa jadi ia ingin 'bebas' dari semua yang ada di dunia. Dari yang selama ini selalu menjeratnya.

Jika ia tidak bernafas lagi seperti yang kau ingin kan, maka senanglah, itu keinginan mu.

Kau tidak tahu masa lalu dan alasannya, itu sebabnya kita dilarang menghakimi sesuatu yang belum pasti...

"Engggh a-aku,,-"

"ice... Maaf" Halilintar memotong perkataan ice, wajah nya tertunduk mungkin karna malu.

"Kenapa,...masih disini" ice yang sudah kembali pandangannya tiba-tiba menatap kosong ke depan. Dia bergumam lirih

"Huhh?" halilintar bingung, kemana cahaya redup di mata itu? Setidaknya meski redup, itu adalah sinar harapan.

"Kenapa aku masih disini..?!!" ice sedikit menaikan nada suara nya, barangkali halilintar pekak makanya hali hah Hoh hah hoh.

"Ice tenanglah"

"Harusnya aku sudah pulang. Aku ingin pulangg!... Hiks" (lah si Alex nangis)

"Apa maksudmu!? Apa yang kau bicarakan?!"

"Harusnya ayah dan ibu sudah menjemput ku!!! arggg kenapa aku masih hidup?... kenapa aku harus hidup..? Ice ingin ikut kalian ayahh, ibuu...kalian juga membenciku yaa?" Ice sesegukan mengungkapkan keinginannya, kini ia telah kecewa lantaran tak di bawa pulang oleh sang ayah dan ibu ke alam yang jelas berbeda.

"Tidak ice ayah dan ibu menyayangi mu. Mere-"

"Kalo mereka sayang, kenapa mereka biarin aku masih disini,,, kenapa mereka ninggalin aku,, kenapa mereka ga ngajak aku bersama mereka.... A-aku ingin ikut ayahh, ibuu. Aku ingin ikutt. Ice takut yahh, ice mau di peluk Buu hiks"

Halilintar ingin sekali memeluk tubuh adiknya itu, namun ice menjauh seolah sedang trauma dengan sesuatu. Beberapa kristal bening terjatuh dari mata ruby itu, melihat adiknya yang histeris seperti pasien rumah sakit jiwa yang ingin bunuh diri.

Namun, halilintar tetap memeluk paksa adiknya itu berharap adiknya bisa tenang dengan pelukan itu. "Lepas gak!" Ice tetap memberontak berusaha melepaskan tubuh kakaknya yang sedang mendekapnya paksa. "Gak !" Namun halilintar tetap kokoh dan akan tetap memeluk ice. "Bukannya, itu mau mu?kenapaa? Kenapa kau mendekatiku! Kau harus ingat ini, kau! membenciku!. Lepas!Aggrrh Semoga saja suatu saat nanti tuhan mencabut semua ingatan ku, aku, aku benci ketika ingatan sial ini memaksa masukk! Kenapa kau tidak mendorong saja kebawah?! ak-hmph" halilintar segera membungkam mulut adiknya yang diluar prediksi BMKG itu, dan mendekap wajah ice didalam dadanya dan hanya membiarkan cairan bening membasahi bajunya. Teriakan terpendam itu terdengar ingin meluapkan segalanya.

Halilintar memutuskan izin untuk pulang sekolah lebih dulu hari ini, ia akan pulang menemani ice dan membiarkan ice menceritakan semuanya... Untungnya kepala sekolah yang keras kepala itu mengizinkan mereka.

Di Rumah_

Halilintar turun dari taxi dan menggendong ice yang tertidur layaknya anak kecil. Hanya hawa panas yang hali rasa dari tubuh adiknya itu, ya memang seharusnya jika demam begitu. Tidak bisa di bayangkan trauma nya ice hingga sampai demam begitu. Ia juga belum dewasa untuk menerimanya. Tapi, apa daya? Ini dunia okey, sebuah tempat yang diisi oleh orang² yang egois, hanya mementingkan diri sendiri, dan orang² yang menerima akibat ulah manusia lain. Hanya yang sempurna, yang akan merasakan kebahagiaan!.

Sebelumnya hali sudah memberitahu adiknya agar pulang sekolah nanti naik taxi saja.

Hali meletakkan ice ke atas kasur, ternyata sang empu telah bangun dari tidurnya. "Apa yang kamu sembunyikan?" Halilintar memulai pembicaraan dengan to the poin.
"A-apanya?"di jawab balik oleh sang pendengar dengan bingung. Halilintar hanya menghembuskan nafas kasar, mungkin menurutnya pertanyaan itu terlalu sulit untuk sang adik menjawab jujur. "Gak jadi," jawabnya yang tidak di respon oleh ice.

05.15

Taufan, gempa, blaze, thorn, dan solar kini telah pulang ke rumah, sesuai permintaan sang kakak pertama mereka pulang dengan taxi.
Mereka kini mencari keberadaan kakak pertama mereka itu, dan akhirnya mereka menemukannya di kamar sang kembar blaze dan ice.

"Ice.....icee......ice.....ice,ice,ice.....ice" halilintar hanya terus menyebut nama ice tanpa berpaling dari wajah ice meski tak direspon balik oleh ice. 'hmphh, k-kalo di jawab, gigit gak ya?kak hali kesambet kah. Kok kaya ga kenall' ice menggigit bibir bawahnya, baru saja ia akan menjawab malah didahului oleh yang lain

"asu gausah ngelunjak yaa, lo pikir karna kak hali udah nyelamatin lo, lo bisa seenak jidat kek gitu ?" potong seorang anak bernetra oranye yang tampak kesal.

"Tau tuh ga tau trimakasih banget kan" thorn cuma ikut-ikutan.

"Si ajg malah diem-diem wae. Bisu ya?" solar sih pengen nya manas-manasin

"Kalian kok kasar banget sih ngomongnya" gempa tuh gak takut ngelawan cuma nanti dia di musuhin aja.

"Abisnya kita kesel gem percuma di tolong kalo ujung-ujung nya dia kek gitu. Pokoknya selama dia masih di rumah ini kita-" perkataan Taufan terpotong

"Iya" Ice menjawab kemudian menundukkan pandangan nya, hanya sesegukan kecil yang terdengar dari mulutnya. "N-nanti kalo ice udah pindah rumah datang ya..." Mau kemana dek. 'k-kalo gak mau juga kan emang pantes'

"Emang punya duit?" Ice menggeleng sebagai jawaban untuk thorn.

"Aku... Aku usahain buat cepet-cepet pindah ke rumah nya ya?"

"Kemana?"

"Rumah terakhir thorn..."

FLASHBACK OFF







TBC

Us the next life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang