19. Jangan berubah

125 21 6
                                    

Malam itu, Taufan pulang dengan raut wajah yang sedih. Saat di tanya pun, ia tak menjawab bahkan solar yang bersama nya tak tahu apa alasan yang membuat kakak nya itu jadi terlihat sedih begini. Awal-awal tadi taufan masih terlihat baik-baik saja, tidak ada apapun yang terjadi padanya,,, atau mungkin kah Taufan melihat gebetan nya nge-date dengan orang lain? Sungguh? Mereka sendiri keluar atas keinginan bersama, solar yang ingin mengantar jam Beker nya untuk di perbaiki, sementara Taufan yang hanya ingin mengekor untuk menjahili.

Halilintar mencoba melempar bantal yang ada di atas sofa ke arah Taufan malah menjadi cengo, benar-benar terlihat lesu dan tidak memiliki semangat lagidalam dirinya seolah-olah sesuatu yang menjadi landasan hidupnya telah hancur.

'mungkinkah kalian semua akan jadi aneh? Lagi? Taufan juga? Kenapa? Apa alasan nya?'
Kepala nya yang terus berisik, membuat ia mengabaikan kan Taufan yang juga mengabaikan nya, hali memilih naik duluan kekamar lalu menghempaskan diri ke kasur nya. Meski mematikan lampu kamar dan lampu tidur, matanya tetap tidak akan tertidur dengan kepala yang berisik. Ia kepo sekali dengan saudara nya yang perlahan jadi aneh, rumornya sih udah deket ajal. Ya nggak lah, kan cuma rumor jangan di percaya! lagian pasti ada alasan kenapa mereka melakukan hal yang tidak biasanya, tetapi meskipun begitu! Kenapa juga hali harus tercengang dengan hal sepele yang baru saja ia hadapi? Apa karna ia sudah terbiasa dengan lingkungan liar adik-adiknya? Sampai-sampai ia tidak bisa menerima fakta bahwa adik nya melakukan hal yang sebaliknya?

"Taufan itu berisik..." Tanpa sadar sedari tadi ia hanya memikirkan hal itu, meski ia menyebut kalimat itu dengan suara yang melelahkan tetap saja ia bingung 😕

"Kau juga berubah loh kak, kita semua berubah..." Perlahan blaze masuk ke kamar kakak nya lalu mengambil tempat untuk duduk di pinggir kasur, bahkan blaze yang berisik juga kehadiran nya tak terasa oleh hali karna kepalanya yang berisik...

"Alasan?" Mungkin blaze tau alasan kenapa ia mengatakan hal itu,  tak ada salah nya meminta blaze menjawab.

"Kalau gak berubah, kita gak mungkin kumpul bersama di satu meja makan. Iya kan?" Hali terdiam, makna nya dalam. Ia mengamati setiap perkataan blaze,, benar... Itu semua benar dan dia tidak akan kembali ke dirinya yang dulu, ice tak pernah salah padanya jadi kenapa ia harus membenci anak itu ?

Akhir-akhir ini mimpinya terus memburuk. Bayangan saat ice menjadi lebih ketakutan dari sebelumnya dan hanya menginginkan kematiannya, gempa juga muncul, ia selalu memutar balikkan fakta seolah hali adalah dalang dari kesalahan. Tidak, bukan cuma mereka, solar benar-benar muncul di mimpi nya hali bak pangeran Matahari jauh sebelum solar mengatakan itu saat berdebat dengan Taufan. 

Tanpa ia sadari blaze telah pergi dan menutup pintunya, lagi-lagi tak seperti biasanya.

Yup, blaze pergi setelah mengembalikan kamus bahasa inggris milik gempa ke kamar tiga kakak tertua nya yang ia dan thorn pinjam saat belajar tadi.




















































































































"Sendirian, apakah sakit?" Setelah masuk ke dalam kamar, ia berbicara dengan perlahan. Pertanyaan tak di gubris oleh sang pemilik kamar. "It's okay, kakak gak masalah kalau kamu udah tidur. Sebaiknya memang harus istirahat, kamu sudah berjuang terlalu jauh di hari sebelum nya." Ia berjalan mendekat dengan senyuman yang melambangkan kesedihan, ia duduk di samping orang yang tengah tertidur membelakangi dirinya.

"Kamu pasti lelah..." Ucapnya lagi sembari membawa tangannya untuk membelai rambut sang adik, sangat damai melihatnya tertidur seperti tidak membawa beban apapun. Namun Taufan tidak tahu belaian itu justru membuat sang empu terbangun dan langsung membalikkan tubuhnya ke arah Taufan. "Umn, maaf ya. Kakak malah ganggu ice, tidur lagi gih demam nya malah makin tinggi"

"tapii, ice gak bisa lanjutin tidur nya."
'Takut, mimpinya bisa datang lagi. Ice pengen nyerah,,, hidup lebih lama cuma ngebebanin orang lain' kalau Taufan tak ada, ia pasti akan segera menangis setelah terbangun. Kenyataan bahwa Ia hanyalah makhluk yang ingin di musnahkan setelah di buang adalah hal menyakitkan, tau kedudukan nya di keluarga ini juga tak membuat ia berat meninggalkan mereka.

"Ohh, kalo gitu sini duduk Deket kakak. Kamu suka kan?" Taufan tersenyum penuh harap, berharap agar ice menyukai kehangatan yang ia berikan. Senyuman itu juga hampir patah karna ia sadar dan menyesal tidak memberikan adiknya perhatian dan kasih sayang selama ini, bagaimana jika ice malah membenci nya?

"maaf" Taufan bingung, senyuman nya sedikit luntur dengan jawaban yang tak sesuai harapan nya itu. Padahal ice menurut dan duduk mendekat, tapi jawaban nya malah_

"Buat apa? Ohh iya, kak upan lupa bilang maaf ya? Ahahah, kan tadi udah buat ice jadi bangunan aduhh" rasanya sangat memalukan, tertawa pun malah membuat nya canggung. Ia menghela nafas pelan.

"Hhhh, kalo kamu diem aja. Gimana kalo kak upan bacain cerita?" Rasanya ia belum pernah berbuat sehangat ini dari dulu, ia tak pernah dewasa dan hanya mengekang kakak nya hali untuk memberikan seluruh perhatian dan waktu hanya untuk nya. Meski kenyataannya hali tetap berbagi untuk yang lain, dan mempertahankan sisi yang hanya mendengarkan isi kepala nya sendiri. Bisa di bilang di antara kembar 3 tersebut dua tertua di antara nya memang keras kelapa, terkecuali dengan gempa yang dewasa dan paham akan keadaan.

"Huh?" Ini serius kan? Whoaaa, mata nya terlihat bersinar seolah di mata nya bisa terlihat bintang seperti ini✨... Sangat lucu.

"Oke, ahaha"
'masih kaya anak kecil ternyata, gak nyangka kalau dia bisa diam saat menghadapi hari-hari nya'

Setelah itu pun Taufan segera menceritakan kisah tentang kakak adik yang baru saja ia lihat di jalan, hubungan mereka terlihat manis dengan kedua pihak nya yang saling melengkapi. Adiknya polos namun kakak nya tak berusaha membuat adiknya terpojok, dengan baik mengajarkan dan menjelaskan setiap bagian yang adiknya tak mengerti. 'Paling lucu sih, pas adek nya bilang ngemis.. pffftt-'

Malam harusnya berlalu dengan perlahan, jangan ada yang ganggu kedekatan mereka bahkan waktu seharusnya mengalah karena bagi ice ini bukanlah hal mudah yang akan ia dapat di tiap kesempatan. Seharusnya kali ini semesta mengizin kan ia dan saudaranya yang lain bersama, jangan ambil ia secepatnya karna meski dia melakukan kesalahan yang membuat dirinya sendiri akan mati perlahan dia tetap berhak merasakan apa yang tak pernah datang menyinggahinya.

Apakah ini yang di maksud 'akan ada cahaya setelah redupnya hujan' ?

Benarkah ini tanda-tanda awal dari akhir nya?

Akankah ini hanya awal yang kemudian akan menjadi hal yang lebih baik lagi?

Tidakkah ini hanya akan menjadi akhir yang cukup membahagiakan?

Mungkinkah ini akan menjadi alasan bagi nya, untuk tetap bertahan atau kembali pulang...?



'Jangan pergi, tetap seperti ini. Aku merasa hangat dalam setiap pelukan yang kalian berikan...'
Perlahan ice menutup kedua matanya, dan tetap tertidur di dalam kehangatan dari Taufan...

"Selamat malam" bagian ini di akhiri dengan bibir Taufan yang tertarik tipis keatas membentuk sebuah senyuman yang hangat.

Beristirahatlah,
dengan tenang...

TBC
Hehe, lain kali Doble up lagi ya??

Us the next life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang