7. people come and go ?

166 22 34
                                    

Minggu itu mungkin adalah awal dimana sesuatu mulai di perbarui dari awal, tapi-

.
.
.
.
.

"Kalo mau ngasih penjelasan tuh yang bener icee,, jangan gini bentukannya. Emang kamu mau kemana? kak hali temenin ya?"  halilintar masih berusaha positif meski ia tau pikiran nya telah berkelana.

"Dunia ga akan nerima aku kak. Jadi aku bakal pergi ketempat dimana semua kekuranganku diterima." Ia diam dulu sejenak, belum ada yang menanggapi. "Lagian kita semua bakal pergi kan. Dan- people come and go? Fakta yang tak bisa di ubah" sungguh kalimat itu di ucapkan dengan yakin, seolah ia tau betul takkan ada orang yang bersama dengan kita selamanya bahkan takkan ada yang namanya 'hanya maut yang memisahkan kita' karna takdir juga turut serta dalam menyatukan maupun memisahkan.

"Ice...Jangan tinggalin kak hali"  halilintar peka dengan hal itu. Tapi mengapa ia tak tahu keadaan seseorang yang selalu berharap mendapat tempat yang pantas?, padahal seseorang itu hanya ingin menjadi salah satu bagian dari dunia... Saudara yang ia anggap dunianya

"Ice... Gem tau gem banyak salah. Kasih tau caranya supaya kamu bisa maafin gem, tapi caranya bukan dengan ice nyuruh gem lupain semua seolah olah apa yang pernah ada itu hanyalah mimpi belaka dan tak pernah jadi kenyataan. Apa gem harus ikut kamu?" gempa kalut dengan perasaan nya, sehingga ia tak dapat memperbaiki suasana sekarang. (Gempa kamu juga cuma khayalan belaka yang gak bisa jadi nyata apalagi buat dimiliki! Kit my heart)

"kak gempa," ice menggeleng kan kepalanya sambil tertunduk, rasanya ia tak sanggup melihat gempa. "sekarang itu ga akan terjadi. Ice cuman mau ngasih tau supaya kalian ga salah paham sama alm ortu kita... Tau kan 'bagaimana pun mereka, mereka tetap orang tua kita'." Yeah salah satu kalimat yang memojokkan seorang anak apapun yang terjadi padanya.

"Kak aze, masih ingat dongeng tidur yang ibu sering ceritakan pada kita?" Ice beralih bertanya pada blaze, ya memang dulu ibu mereka suka menceritakan cerita yang sebenarnya adalah kisah seseorang.

FLASHBACK

"Sayangg. Anak ibuu,sini dong udah waktunya tidur" ucap penuh kelembutan seorang ibu pada anak kembarnya yang terlihat tengah menyusun puzzle bersama. Tak lupa senyum hangat yang kini turun pada gempa tercetak jelas di wajah teduh nya.

Jam di dinding kini menunjukkan pukul 20.46 yang artinya anak anak itu harus segera tidur. Sosok wanita yang di sebut 'ibu' itu kini berjalan kearah anaknya yang kemudian duduk untuk membujuk anak-anak nya.

"Ibu," suara lugu itu terdengar sedikit lirih, sang kakak kembar pun menoleh dan menaikkan sebelah alisnya nya seolah bertanya, memang ibu yang pengertian, ia bahkan tau maksud anak spesial nya tersebut. Diangkatnya anak biru itu ke gendongan nya.

"Aze sayang. Tunggu sebentar yahh? Selesai kan puzzle nya dulu, ibu dan ice akan kembali setelah ini" pinta sang ibu lembut dengan senyuman yang hangat tak lupa tangan nya mengusap Surai lembut blaze kecil, sedangkan blaze sendiri mengiyakan dan menikmati elusan itu.

Sang ibu kini beranjak sambil membawa ice kecil di gendongannya ke toilet, tak ada yang aneh sampai mereka masuk kedalam.

Ibu mendudukkan ice di atas wastafel kemudian beralih mencari sesuatu di dalam lemari gantung, isakan kecil dari anaknya membuat ia tak mampu membendung air mata nya pikirannya tak fokus untuk menemukan apa yang ia cari, tangannya bergetar seolah sudah tak sanggup. Finally, ia memeluk sejenak anaknya lalu menenangkan nya.

"Maaf sayangg, maaf ya... Maafkan ibu gak bisa bantu ice buat ilangin rasa sakitnya. Sayangg, maafin kami orang tua mu yang gak bisa ambil rasa sakitnya ya. Kamu masih terlalu kecil sayang" sungguh sang ibu tak kuasa menahan tangisannya, sang ibu sesegukan karna berusaha menahan tangisannya sementara anaknya terdiam seolah mengerti apa yang terjadi, ia memikirkan bahwa seharusnya tuhan segera mengambil nya. Meski ia tau itu akan membuat ayah dan ibu nya serta yang lain sedih, tapi setidaknya itu lebih baik!

Us the next life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang