16. kebetulan atau konspirasi?

167 20 45
                                    

Terkahir batees mana gesss, sumpah jadi lupaaa dewee. Mau ganti alur ntar kalian nambah bingungg, udalah nyambung-nyambungin ajalah yaww. Kek biasaaa nanti kalo ada yg mahu di tanya, tanya aja, mumpung tahu, kalo udah tempe ya gak tahu. Sebenarnya kalo masalah alur sey ga lupa, cuma agak gak inget aja😚








"Kak, piring nya mana?"

"Inii ada, belum habiss"

"Loh kenapa gak di habisin?"

"Mual, perutku sakit thorn"

"Tapi itu yang ijoo ijoo nya enak tauu"

"Pahit thorn, aku udah coba"

"Makannnn, aaaaaaa, iss buka mulut nyaaa... Tinggal separuh lagi lohh seladanya, sayang bangett kak" thorn greget melihat sayur hijau yang tinggal sedikit itu, di banding dengan lauk dan nasi lainnya yang masih lumayan banyak bersisa sayur itulah yang membuat ia memaksa, ice terus menolak dan memalingkan wajahnya ke arah lain saat thorn terus saja mengarahkan sayur itu di depan mulutnya.

'ehh,iyaaa!'
"Kak, kalo kamu bisa habisin ini thorn bakal kasihhh berita terbaru. Mau gak? Ini penting tauuu, ayoo penasaran lah sama berita yang thorn bawaaa"

"Kamu pikir dia gempa?" Tiba-tiba, tamu tak di undang datang dengan hawa dingin nan menusuk. He'em, saha lagi? Noh babang gledek.

"Yaaa,,, biasanya sih emang berhasil nya sama kak gempa doangg,, heheee" balas thorn seadanya. Sedangkan halelentar hanya geleng-geleng kepala sembari meletakkan benda empuk di bagian belakang tubuhnya ke atas kasur yang ice dudukin. (Dia duduk ya ges, yakali ngedaboy)

"Kenapa gak habis makannya?" Tanya mas hali to the poin.

"Mual kak, perut ku gak enak kalau di paksain makan..." Ice menjawab dengan jujur, jujur saja dari tadi ia ingin menghantarkan semua isi perut nya ke kamar mandi namun rasanya lesu sekali untuk bangkit dari singgasana kamar tersebut.

"Makanya orang kalau ngomong itu di laksanakan, bukan cuma di denger doang. Kalau udah kaya gini siapa yang sakit? Kamu lah masa kami, gimana mau tumbuh besar kalau sakit terus. Sakit itu nguras badan tauu" tutur gempa yang baru saja datang dengan membawa termometer dan juga bye-bye fever.

"...iya kak, Ice nggak lagi-lagi pulang pas mau hujaannn_ ice gak tauu" ujarnya dengan nada sedih, jujur saja rasanya sekarang ia seperti membuat saudara nya yang lain kesusahan. Ia berjuang agar bisa membantu, tapi malah menjadi lebih beban lagi.

"Lagian nih sekolah jadwalnya di ganti, padahal enak kita kemaren pagi semua. Sekarang pake acara sesi-sesi an lagi" gerutu hali terang-terangan.

Memang semenjak naik semester 2 ini jadwal telah diubah, yang awalnya blaze dan ice hanya berbeda kelas kini malah berbeda sesi jam masuk. Hali tidak sekelas dengan saudara manapun, Taufan dan gempa sekelas, blaze sama seperti hali. Mereka berempat tetap di sesi pagi, sedangkan ice, thorn dan juga solat kena sesi siang. Cuma yang membedakan mereka adalah, anak kelas 8 pulang jam 5 sore sedang kan kelas 7 pulang jam 4. Oh yaa, thorn dan solar tetap sekelas tapi tatap saja di pisahkan oleh tempat duduk, hiks.

Kemarin sore, kelas ice ternyata pulang setengah jam lebih awal dikarenakan guru-guru nya akan mengadakan rapat bersama. Karna belum di jemput, ice memutuskan pulang jalan kaki lewat jalan pintas. Cuaca nya memang sejuk, angin juga berhembus kencang, namun langit saat itu masih terlihat cerah. Siapa sangka kalau di tengah-tengah perjalanan nya pulang menuju rumah, langit yang cerah tiba-tiba berubah kelabu di tambah angin nya semakin kuat dan dingin, bahkan jaket tebalnya ice masih membuat nya kedinginan. Rasanya ia tak sanggup melanjutkan perjalanan sekujur tubuhnya telah menggigil kaku dan mati rasa, ingin sekali ia menghempaskan tubuhnya begitu saja di jalan. Kalau saja gempa tidak segera menjemput nya, mungkin ice benar-benar akan berakhir mencium aspal di jalan itu. Karna jalan itu adalah jalan sempit yang memiliki pembatas dinding tinggi di setiap alurnya dan tidak memiliki tempat berteduh, maka gempa terpaksa menembus hujan yang ternyata semakin deras.

Us the next life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang