Sesuai perintah Norwegent, Beanahna mengantarkan Aurora kembali ke rumahnya. Awalnya Aurora tidak tau alasan ayahnya melakukan hal ini, sampai dilihatnya Ilymush berdiri di beranda rumah, tersenyum sambil merentangkan kedua tangan ke arahnya
Aurora berlari menyambut pelukan Ilymush. Ia tertawa lepas waktu Ilymush mengangkat tubuhnya dari lantai untuk beberapa saat lamanya. Ilymush yang memang sangat tinggi itu membuat kedua kaki Aurora menggantung di udara. Dan waktu Ilymush menurunkannya, Aurora merasa sudah kehabisan nafas, namun ia tetap tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya akan kehadiran Ilymush sore itu. Hampir satu tahun mereka tidak bertemu, karena tugas yang diembannya menuntut Ilymush untuk sering bolak balik antara Louise dan Casabania.
Di Louise ada beberapa pengawal elit kerajaan yang ditugaskan, diantaranya adalah Ilymush, Willes dan Dumersen. Mereka adalah para ksatria muda yang sengaja diutus oleh pihak kerajaan Casabania, dan salah satu tugas mereka adalah meringankan pekerjaan Alexander dalam memantau jalannya perdagangan, terutama di wilayah timur yang memang menjadi pusat perdagangan. Para ksatria ini, yang dikenal cakap dalam menggunakan pedang dan senjata lainnya ini pun akan sangat diandalkan dalam usaha melindungi keturunan raja, seperti Alexander Louise dan putranya Dweykey Louise. Walaupun ditempat ini tidak pernah terjadi peperangan, tetap saja mereka harus memikul tugas tersebut.
"Kau semakin kurus saja." Ujar Ilymush menuding pergelangan tangan Aurora. Ia membuat lingkaran menggunakan jari telunjuk dan jempolnya, lalu melayang-layangkannya di pergelangan Aurora keatas dan kebawah.
"Mungkin aku kelelahan. Belakangan ini aku juga kurang tidur." Jelas Aurora dan dengan sengaja memasang muka lesu. "Kau terlalu sering ke Casabania hingga tak mengikuti perkembanganku."
"Siapa yang bilang begitu? Aku selalu mengikuti perkembanganmu termasuk antara kau dan Dweykey. Benar tidak?" Ilymush memainkan matanya kemudian tertawa lepas, mengesankan kabar itu benar-benar membuatnya bahagia.
"Itu sudah lama berlalu."
Jawaban Aurora langsung menghentikan tawa Ilymush. "Benarkah?" Tanya Ilymush setelah cukup lama merenungkan kata-kata Aurora tadi.
Secercah kekecewan yang terpancar jelas di wajah Ilymush menimbulkan rasa sesal di hati Aurora. Ida pikir mungkin memang tidak seharusnya mengucapkan kata-kata yang justru mematahkan semangat sepupunya itu. "Kau ingin mendengar cerita lainnya dariku atau tidak?" Katanya bermaksud memancing Ilymush dengan sebuah pengalihan.
"Sayangnya tidak."
Ilymush kemudian menyeret Aurora ke kursi kayu di ruangan tengah, lalu mendudukan dirinya di hadapan Aurora dengan menyangga kedua siku di atas meja sementara kedua telapak tangan menangkup wajahnya yang setentang Aurora. "Aku hanya ingin mendengar perihal putra sulung Alexander Louise itu. Yang terakhir kudengar kalian sangat dekat. Willes mengatakan kau berada di meja yang sama dengan Dweykey di acara makan malam yang diadakan untuk menyambut kedatangannya disini."
"Ya, begitulah." Aurora mendesah kecewa. Sangat sulit baginya menjelaskan sesuatu yang membuatnya ingin menangis. Rasanya seperti melukai lagi luka di kulitnya yang hampir mengering. "Tapi, dia tidak pernah menyukaiku. Dweykey bahkan tidak pernah menganggap aku benar-benar ada dalam hidupnya. Mungkin pernah, tapi kuharap kau tidak bertanya kapan karena itu sudah berlalu lama. Walaupun aku tidak ingin melepaskan kenangan itu, tetap saja senyumnya semakin tampak buram. Dan sekarang Dweykey benar-benar mengacuhkanku Ilymush. Dia sibuk dengan gadis-gadis lain."
Ilymush menaikkan satu alisnya. "Gadis-gadis lain?"
"Rebecca dan teman-temannya." Aurora mencoba mengingatkan Ilymush. Barangkali saja Ilymush pernah memerhatikan ketiga gadis itu. "Rebecca gadis berambut merah yang suka memaki itu." Dan yang diterimanya adalah batuk tersedak dari Ilymush yang seketika itu juga membuatnya kehilangan minat untuk membahas masalah ini lebih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
LENTERA PADAM
Historical FictionPertengahan musim gugur di kota London yang tertutup awan mendung, Constantine Louise duduk di samping ibunya dalam kereta kuda yang membawa mereka meninggalkan Collegiate Church st. Peters yang tampak menawan di bawah gerimis. Manakala matanya mena...