Vote dan komennya dong bapak-ibu!
Enjoy!
Vlora pulang ke rumahnya dengan wajah masam, baru dua hari ia bersekolah di SMA Bina Bangsa Nusantara. Dia sudah punya musuh, dan musuhnya itu para cewek-cewek sinting.
"Muka kamu kenapa tambah jelek gitu?"
Vlora melirik Mamanya yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca buku.
"Capek," Vlora mendaratkan bokongnya kasar ke atas sofa samping Mamanya duduk.
"Oh." Violet ber oh singkat lalu melanjutkan bacaannya.
"SMA BBN angkatan Mama ada tukang bully nggak?" tanya Vlora menoleh.
Violet mengangguk, "Ada, Auntie El sama Auntie Shaza salah satunya."
"Hah? Masa?" tanya Vlora tak menyangka.
"Heem. Jangan ketipu sama tingkah lemah lembut dua Auntie kamu."
"Kak Vi! Pinjem dapur ya!" teriak suara familiar dari arah dapur rumahnya.
"Lah, Auntie El di sini?"
"Biasa, adik-adik kamu gabut."
Wajah masam Vlora berubah bersemangat mendengar adik-adik sepupunya datang ke rumah.
"Yaudah, Vlo ke atas dulu ya, Ma!" ucap Vlora lalu berdiri.
"Vlo," panggil Violet meletakan bukunya.
"Iya, Ma?"
"Kamu dibully?"
Mata Vlora melebar, padahal ia tadi hanya iseng bertanya. Tetapi kenapa Mamanya bisa langsung tahu.
"Enggak," elak Vlora menatap mata Violet, berakting jujur. Gadis itu tidak ingin Mamanya tahu ia dirundung oleh anak dari Tante Adeline dan Om Sagara.
"Mama nggak gampang dibohongin," Violet menatap putrinya intens, "Jujur aja. Siapa?"
Vlora menghela nafas lalu menceritakan perihal kejadian di kantin tadi.
"...Vlora nggak mau berurusan sama mereka, Vlo cuekin tapi mereka sendiri yang bertingkah."
"Arsheila, Zelyn, Bianca?" Violet menyebut nama yang mengganggu Vlora di kantin.
Vlora mengangguk, "Tapi Mama jangan marah ke Tante Adeline. Si Bianca yang salah."
"Oke," Violet mengangguk-angguk, "Udah, kamu mandi sana. Bau kamu kayak sirsak busuk."
Vlora merengut, menundukan tubuhnya hendak mengecup pipi Mamanya.
"Bau! Jangan deket-deket!" Violet mendorong wajah putrinya.
"Bodo!" Vlora gencar memeluk Violet, sengaja mengusap-usapkan rambutnya ke hidung Mamanya.
"Vlora! Mama tambah les matematika kamu! Ish!"
Vlora tertawa menjauhkan tubuhnya dari Mamanya, "Udah nggak mempan, kuno banget hukumannya."
"Yaudah, uang jajan Mama potong."
"Bisa minta ke Papa."
"Vlora! Mandi sana!" omel Violet dengan mata melotot, kehabisan kesabaran menghadapi keras kepala putrinya.
Vlora menyengir lalu mengambil tasnya untuk beranjak ke kamarnya. Meninggalkan Violet yang hampir tumbuh tanduk.
"Untung cuma satu, kalau ada dua belas, bisa mati bediri gue," gumam Violet geleng-geleng kepala, "Kan nggak lucu, selamat dari kanker, mati karena darah tinggi."
![](https://img.wattpad.com/cover/367790113-288-k210237.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return of Lost Daughter [END]
Teen Fiction[Sequel dari The Return of Villain Sister] Dia tak dianggap. Kehadirannya adalah sebuah kesalahan. Bahkan tak ada yang tahu, dirinya ada. Kecuali, sang Ayah Angkat. Dia tahu dirinya dimanfaatkan, diperalat, dipergunakan sebagai alat balas dendam Aya...