52: Heartbreak of The Spoiled Girl

241 35 11
                                    

Kalau vote komen rame, besok update chapter ending. Hari rabu publish buku ketiga!

Enjoy!

"Vlo, tunggu!"

Vlora berlari menuju parkiran mobil, air mata menggenangi kelopak matanya. Bahkan gadis itu beberapa kali menabrak murid.

"Nona Vlora," Kepala pengawal Vlora memandangnya sendu di samping mobil.

"Vlo!" Kaiden dan Archie yang berlari mengejar Vlora, menghampiri gadis itu yang berdiri di depan mobil.

"Om Vano," Bibir Vlora bergetar, "Itu... bener?"

Vano menunduk, pria berpakaian jas hitam itu mengangguk pelan, "Pekerja kebun di sana mengonfirmasi insiden itu, Nona. Rumah terbakar habis, dengan dua orang yang terakhir diketahui berada di dalam."

Vlora mematung. Wajah-wajah orangtuanya terlintas dalam benaknya. Berbagai ingatan tentang Papa dan Mamanya berputar, bayangan tubuh hangus kedua orangtuanya membuat lutut Vlora melemas. Gadis itu tertelut di atas aspal parkiran sekolah.

"Nona Vlora," Vano hendak mengangkat tubuh putri atasannya.

"Ini... nggak mungkin," Vlora menggeleng-geleng kepala kuat, ia mendongak melayangkan tatapan tajam ke arah Vano, "Om Vano bohong! Om mau aku pecat?!"

"Nona," Mata Vano terpejam, pria itu sedari tadi menahan tangisnya. Kabar mengenai insiden yang menimpa rumah Tuan dan Nyonya mereka juga mengejutkan Vano serta pengawal Dominic yang lain.

"Mereka pasti nge-prank," Vlora terkekeh meski air mata mengaliri deras wajahnya, "Ulang tahun aku besok. Ini pasti akal-akalan mereka."

"Vlo," Kaiden berjongkok, memeluk tubuh bergetar gadis yang dicintainya.

Vlora menggeleng lagi, "Nggak, Kai. Pasti mereka bentar lagi pulang, terus ngasih surprise. Hahaha! Udah kebaca."

"Pak Vano, ini kiriman dari pekerja tadi." Seorang pengawal memberikan ponsel, Vlora berdiri merebut ponsel itu. Ia melihat isi foto-foto rumahnya yang terbakar.

"In-ini bukan editan?" Vano menggeleng pelan, Vlora memegang kepalanya yang terasa pening. Semua memori dan emosinya bercampur.

"Papa Mama nggak mungkin ninggalin aku," gumamnya masih tak mempercayai kabar itu, orangtua dan calon adik kembarnya tidak mungkin meninggalkan dirinya sendiri di dunia ini.

Vlora mengepalkan tangan, ia tak akan langsung percaya semudah itu. Selama ia belum melihat jenazah dua orangtuanya, artinya mereka masih hidup.

Dagu Vlora terangkat, "Om Vano," Ia menatap pengawalnya intens, "Kita ke sana sekarang."

"Baik, Nona." Melihat wajah dingin atasannya, Vano mengangguk patuh. Ia menyuruh pengawal lain untuk segera mengatur keberangkatan mereka.

"Vlora," Archie memegang pundak Vlora, "Jangan pergi, bisa aja ini jebakan—"

"Gue nggak peduli, Archie. Kalau pun ternyata orangtua gue meninggal, gue bakal nyusulin mereka!" balas Vlora tanpa keraguan. Ia menepis tangan Archie yang berada di pundaknya, lalu beranjak menaiki mobilnya.

_~_

"Kenapa ini? Kenapa kita semua disuruh ke rumah sakit?" tanya Rolando baru tiba bersama keluarganya.

Seluruh keluarga besar Kaliandra serta Alya Prabaswara kini berada di ruang rawat Ileana. Mereka tiba-tiba dijemput oleh pengawal Dominic dan dibawa ke sini.

"Gue juga nggak tahu, Land." balas Ravelio yang juga bingung, ia pun menghampiri salah satu pengawal di sana, "Apa maksud Kak Dominic ngumpulin kita di sini, uhmm... Zionathan?" tanyanya sambil membaca papan nama yang tertera pada dada pengawal itu.

The Return of Lost Daughter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang