Update pagi-pagi untuk mengawali hari minggu kalian dengan emosi😈
Enjoy!
"Phoenix Girls U-16 dari SMA Bina Bangsa Nusantara memenangkan pertandingan melawan SMA Bina Bakti!" suara komentator pertandingan basket diikuti dengan sorakan penonton menggema ke seluruh tribun.
"Phoenix! Phoenix!"
Di tengah lapangan para pemain basket dengan jersey bertema oranye hitam merayakan kemenangan mereka.
"Three point lo gila! Keren banget, Vlo!" Calista memuji gadis tinggi di depannya.
Ya, itu Vlora Prabaswara si gadis dengan postur tubuh tertinggi di SMA Bina Bangsa Nusantara. Gadis itu kembali bersekolah sejak enam bulan yang lalu, setelah berhasil membujuk Papanya agar bisa bersekolah formal lagi.
Vlora kini tergabung dalam Phoenix Girls U-16, salah satu tim basket perempuan kebanggaan Phoenix Academy. Beranggotakan dirinya sendiri, Calista, Ashley, Rea, dan Tara sebagai Kapten Basket.
"Strategi lo tadi mayan juga, bisa nipu lawan," Cewek berambut ikal menepuk bahu Vlora, "Kayaknya lo lebih cocok jadi Kapten."
Vlora tersenyum lalu menggeleng, "Dari awal lo udah ditunjuk jadi Kapten, Tara. Gue bantu strategi cadangan doang."
"Tara tetep jadi Kapten, Vlora tetep jadi Tank kita!" timpal cewek setim dengan Vlora.
"Kampret! Mentang-mentang badan gue gede ya?!" balas Vlora lalu menepuk bahu cewek bernama Ashley itu.
"Malam ini kita ngerayain kemenangan! Gue traktir!" seru Rea, gadis tomboy dalam tim mereka.
"Yeay! Party!" seru Ashley, Tara dan Calista.
Vlora geleng-geleng saja, pergaulan anak-anak di sekolah mereka memang sudah mengenal club, party dan minuman keras semacamnya. Namun gadis itu hanya ikut saja sekedar menjaga teman-temannya agar tidak kelewatan. Ia masih memegang teguh pendiriannya untuk tidak menyentuh minuman beralkohol tinggi selain bersama orang dipercaya, contohnya kedua orangtuanya.
"Mia, lo ikut kan?" tanya Vlora kepada cewek yang duduk di kursi cadangan.
Mia, satu-satunya cadangan di tim Vlora. Cewek itu awalnya pemain inti, tetapi ketika Vlora datang cewek itu digantikan posisinya oleh Vlora yang nilai seleksi lebih tinggi darinya.
"Ikut," jawab Mia datar, ia lalu berdiri meninggalkan lapangan.
Sampai sekarang pun, Mia masih sinis kepada Vlora.
"Udah, biarin aja. Dia iri doang," ucap Calista menyenggol Vlora yang memandang sendu kepergian Mia.
"Iya, yaudah yuk ke ruang ganti. Ayang-ayang kita pasti udah nunggu." Vlora menggandeng Calista untuk pergi.
"Cieee! Mentang-mentang baru jadian!"
"Dieeeem!"
_~_
"Phoenix, rawwwrrr!" seru Levi menyambut kedatangan para tim basket perempuan.
"Apa sih! Mana ada burung bunyinya gitu?" Vlora melempar Levi dengan handuk bekas.
"Asem!" Levi melempar kembali handuk Vlora, "Bau, geblek!"
Vlora hanya memeletkan lidah.
"Selamat ya, Vlo!" Seorang lelaki jangkung merangkul Vlora.
"Thanks, Kai." balas Vlora kepada Kaiden, mereka baru resmi berpacaran tiga hari yang lalu. Tepatnya, baru direstui oleh sang Ayahanda, Dominic Prabaswara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Return of Lost Daughter [END]
Teen Fiction[Sequel dari The Return of Villain Sister] Dia tak dianggap. Kehadirannya adalah sebuah kesalahan. Bahkan tak ada yang tahu, dirinya ada. Kecuali, sang Ayah Angkat. Dia tahu dirinya dimanfaatkan, diperalat, dipergunakan sebagai alat balas dendam Aya...