41: Three Things We Have but They Don't

268 41 14
                                    

Sebelum baca, Author mau tanya dong. Sejauh ini ceritanya gimana? Soalnya votes sama readsnya jompang bgt:(

Mungkin nanti di beberapa chapter akhir, Author bakal publish Early Access sampai Extra Part lewat Karyakarsa kayak buku pertama.

Dan ofkorsss, hari update dikurangi:)

Sekian. Jangan lupa votes dan comment!

Enjoy!

"Kakek buyut Ernest ninggalin aset bernilai triliunan?!" respon Vlora setelah kedua orangtuanya menceritakan barang yang mereka temukan di atas langit-langit kamar Mamanya di Mansion Kakek Ernest.

"Yup," sahut Dominic membenarkan, "Kita bisa bangun perusahaan baru dengan penjualan aset pribadi itu."

Vlora tampak berpikir, ia kemudian menggeleng, "Menurut Vlora, jangan dijual, Pa."

"Any ideas?" tanya Violet memandang putrinya penasaran, ia tahu putrinya itu sering punya pendapat yang berbeda.

"Alih-alih kita jual, kenapa nggak bikin perusahaan wine aja? Lahannya ada, tinggal pabrik dan karyawannya."

"Tapi Papa sama Mama belum pernah—"

"Kenapa nggak coba aja, Pa? Koneksi Papa juga banyak, apalagi investor-investor belum tahu soal pergantian pemilik perusahaan kita, kan?" ucap Vlora memotong.

"Kamu nih, suka motong orangtua lagi ngomong," Dominic mengacak rambut putrinya gemas, "Yaudah, Papa bakal hubungi temen-temen bisnis Papa."

"Nah gitu dong, kapan lagi punya perusahaan yang sesuai dengan hobi kalian?" balas Vlora bersemangat.

Dominic dan Violet saling melirik lalu mengangguk.

Mereka mungkin kalah, hak mereka direbut oleh orang-orang licik itu. Namun ada tiga hal yang tak bisa direbut,

Keluarga,

Kepercayaan,

Kepintaran.

Dan mereka yakin tiga hal itu tak dimiliki keluarga Belvin.

_~_

Seminggu telah berlalu sejak kemenangan Arsheila melawan Vlora. Hari ini gadis itu berulang tahun yang ke tujuh belas tahun. Acara digelar di sebuah aula gedung perusahaan Pras-Ka Company, karena hari ini juga Arsheila akan diangkat menjadi CEO perusahaan yang merajai bisnis di negara itu.

Tamu-tamu undangan berdatangan, khususnya keluarga kandung Arsheila hadir memenuhi permintaan gadis itu. Para kolega bisnis, investor, karyawan hingga wartawan turut diundang oleh Evan Belvin. Pria itu ingin berita tentang penggantian kepemilikan perusahaan besar itu ke putrinya diketahui banyak orang.

Terlebih, akan ada pengumuman penting lainnya.

"Udah hafal pidatonya?" tanya Evan kepada putri angkatnya.

Arsheila mengangguk, ia telah mempersiapkan dirinya dari tiga hari sebelumnya.

"Ingat, jangan permalukan Ayah. Ini acara penting."

"Iya, Ayah." jawab Arsheila patuh.

"Bagus," Evan menepuk bahu Arsheila lalu menengok jam tangannya sekilas, "Lima belas menit lagi acara dimulai, siap-siap." ucapnya kemudian meninggalkan gadis itu di ruang ganti.

The Return of Lost Daughter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang