2: The Girl Who Has Everything

860 45 3
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya!

Enjoy!

Seorang pria berumur tiga puluh tahun membuka pintu kamar perlahan-lahan, agar tak mengganggu dua orang yang berada di dalam kamarnya. Bibirnya tertarik membentuk senyuman, Dominic Prabaswara tak menyangka, Violet Kaliandra, sang istri yang sebelumnya menentang punya anak dan ingin child-free malah sekarang tak mau berjauh-jauhan dengan putrinya sendiri.

Banyak hal yang dilewati oleh pasangan itu sebelum putri mereka lahir ke dunia. Dokter Anggara berkata bahwa Violet akan kesulitan mempunyai anak sebab efek samping kemoterapi, namun di tahun kedua pernikahan mereka Tuhan mengirimkan buah hati hadir di tengah-tengah keluarga mereka. Awalnya, Violet tak mempercayai ucapan dokter kandungan, sampai wanita itu diperiksa tiga kali di rumah sakit yang berbeda dan hasilnya tetap sama.

Seiring waktu berjalan, dengan dukungan Dominic dan keluarga Kaliandra, perlahan akhirnya Violet menerima kenyataan bahwa dirinya akan menjadi seorang Ibu.

Ketika Violet hamil pun, Dominic harus berhadapan dengan beragam mood si Ibu Hamil yang berubah-ubah. Kadang istrinya itu bisa galak layaknya singa betina, kadang bisa rapuh seperti anak kucing. Dominic hanya bisa memperbanyak stok kesabaran dan mencintai Violet bagaimana pun sikap wanita itu padanya.

Pria itu melangkah pelan ke ranjang mereka dan ikut berbaring di samping Vlora yang tertidur pulas. Kedatangannya itu membuat istrinya terbangun, wanita itu tersenyum tipis ke arah Dominic.

"Tidur lagi," suruh Dominic pelan, ia meraih tangan kanan istrinya lalu mengelus tangan tersebut.

"Udah makan?" bisik Violet kepada Dominic, tak ingin mengganggu tidur putrinya.

Dominic mengangguk, "Ngelihat kalian aja, udah kenyang duluan."

"Yaudah, mulai besok nggak usah aku masakin."

Kekehan rendah terdengar dari bibir Dominic, "I love you," ucapnya meski tidak nyambung dengan balasan Violet sebelumnya.

"Hm."

"Dibales dong," rengek pria itu.

"Eunghh..." Vlora bergerak dari tidurnya, rupanya suara Dominic membuat gadis kecil itu terbangun.

Plak

"Kebangun, kan. Kamu sih!"

Dominic meringis usai tangan Violet menggeplak dahinya.

"Shh... Vlora tidur lagi ya?" Violet menepuk-nepuk bokong Vlora sampai putri kecilnya itu kembali tertidur.

"Pinter anak Papa," puji Dominic kemudian mengecup pipi gembul itu lembut. Disingkirkan rambut yang menghalangi wajah manis putrinya. Wajah yang begitu mirip dengan wajah istrinya.

"Love you too." ucap Violet merdu nan lembut, membalas ucapan Dominic sebelumnya.

Keduanya saling bertatapan lama, meskipun tanpa suara namun tatapan pasangan suami istri itu saling memancarkan perasaan mereka masing-masing.

_~_

Keesokan harinya di taman bermain, Vlora berumur empat tahun mulai bersekolah di TK kecil di mana anak-anak seumurannya juga bermain dan belajar di sekolah itu.

The Return of Lost Daughter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang