Full day

3K 99 6
                                    

"Mas, pengajiannya nanti malem jadi?" Almeera membereskan beberapa pakaian Zafeer yang baru saja di angkat dari jemuran.

"Jadi, kamu mau nitip apa yang?" Habib zaidan bertanya sambil menimang-nimang Zafeer yang saat ini menatap babanya seksama.

"Eeuum..... seblak....... boleh?" Tanya Almeera dengan jeda antara kata 'seblak' dan 'boleh'.

"Jangan dulu yah, kan kamu lagi menyusui Zafeer," Almeera mencebikkan bibirnya ke bawah.

"Ngga pedes maaass....yah...yah..yah?"

"Eh...heh...engGahh...huahhh.." Baru saja habib zaidan hendak menjawab, namun Zafeer sudah merengek duluan.

" Baru saja habib zaidan hendak menjawab, namun Zafeer sudah merengek duluan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oh...oh..oh...ssshhhhtt, sayang... sayang, ummahnya ndak boleh yah makan seblak yah," Almeera makin mengerucutkan bibirnya.

"Zafeer mah gitu sama ummah, masa ummahnya mau seneng ga boleh," Almeera melanjutkan kegiatan melipatnya.

"Bukannya ndak boleh ummah, tapi Zafeer ndak mau ummah sakit, yah nak?" Habib zaidan kembali menimang-nimang Zafeer yang mulai tenang.

"Yaudah deh, ga jadi nitip seblak. Demi Zafeer nih," final Almeera walaupun sedikit kecewa.

Dari shubuh tadi Zafeer benar-benar tidak mau lepas dari babanya. Dia akan menangis jika dipisahkan dari habib zaidan, Almeera hanya menggendong Zafeer ketika bayi itu sedang lapar saja. Jujur, hal itu membuat Almeera lebih leluasa untuk mengerjakan pekerjaan rumah, namun di lubuk hati kecilnya dia sedikit merasa cemburu.

"Mas, tolong anaknya disendawain dulu ya, Al mau beresin di bawah dulu. Nanti kalo anaknya udah tidur, mas istirahat juga yah," habib hanya mengangguk sambil sesekali menepuk-nepuk punggung baby Zafeer.

Almeera segera membereskan bekas makanan dan bahan serta barang-barang yang tadi telah digunakannya untuk memasak. Ia mencuci piring, mengelap meja, menyapu lantai serta mengepelnya juga. Setelah pekerjaannya selesai, barulah Almeera kembali menghampiri suami serta anaknya.

"Ssstttt...." Habib zaidan menginterupsi Almeera.

"Kenapa? Bobok?" Habib zaidan mengangguk dengan gerakan lemas dan mata yang terlihat lelah.

"Udah sini, biar aku tidurin yah, mas istirahat ajah," Almeera hendak mengambil baby Zafeer yang sedang tidur di pelukan babanya.

"Jangan, Yang, nanti nangis dia," habib zaidan menggelengkan kepalanya.

"Ndak akan mas,"

"Nangis, Yang. Dari tadi mas berusaha tidurin di kasur, tapi anaknya nangis," jelas habib dengan suara sepelan mungkin.

Almeera berusaha sepelan mungkin untuk memindahkan baby Zafeer dari pelukan babanya. Terlihat bayi itu menggeliat sebentar, namun akhirnya Almeera berhasil melepaskan Zafeer dari babanya.

"Mas istirahat dulu gih, ntar ngantuk loh pengajiannya," perintah Almeera kepada suaminya.

"Ndak sempat Yang, mas tak ngerokok bentar, habis itu mandi, kita sholat, mas berangkat," tutur habib menerangkan rundown kegiatannya sebelum berangkat.

HABIBI, Muhammad Zaidan YahyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang