Mas juga minta maaf, yah

2.9K 91 1
                                    

Almeera's POV

Tak tahu apa yang dilakukan Muna di belakangku, namun sedari tadi tak kudengar suara sedikitpun dari adik iparku itu. Aku yang saat ini sedang tidak mood untuk berbicara memilih untuk diam saja, mungkin dia juga bingung dengan kehadiranku yang sudah tak karuan ini.

"Sudah, Mun, kamu duluan aja tidurnya, kak Al numpang sini dulu yah," aku merasakan Muna menoel lenganku dua kali.

"Yang..."

DEGG....

Kok....suara ini....tunggu, sejak kapan mas zidan ada di sini? Dan sejak kapan Muna dengan tega meninggalkanku berdua dengan kakaknya di kamarnya. Jujur aku bingung harus merespon panggilan mas zidan dengan bagaimana. Pasalnya aku masih jengkel sehabis menonton live pengajiannya tadi. Sebenarnya aku tidak ingin seperti ini, namun entah mengapa tubuhku masih belum siap untuk berbalik menghadap dia.

"Yang? Mas baru sampek," ia membelai suraiku dengan tangannya lembut, suaranya terdengar lelah namun ia masih berusaha untuk membujukku.

"Kamu sudah tidur, hmm?" air mataku seketika lolos begitu saja, entah apa yang kurasakan semua terasa campur aduk. Apa ini karna hormon hamil saja? entahlah, yang jelas saat ini pundakku mulai bergetar kecil.

"Yang, kamu nangis toh?" Suaranya terdengar panik. Ia berusaha membuatku berbalik menghadap ke arahnya, dengan perlahan namun pasti dia berhasil membuatku menghadap kearahnya.

"Kenapa nangis, hmm? Liat mata mas, sini," ia mengangkat daguku, sampai mata kami bertemu.

Ada perasaan kecewa sekaligus lega ketika menatap kedua mata teduhnya. Ya, aku merasa lega karena dia sudah berada di depanku, kembali lagi padaku. Di sisi lain, aku juga merasa kecewa karena ia tidak menepati janjinya, terlebih setelah melihat salah satu foto yang tidak sengaja muncul di beranda sosmedku.

"Sayangnya mas kenapa, hmm? Mas minta maaf yah kalo ada salah, yah sayang?" Di saat seperti ini aku merasa seperti istri yang tidak tahu diri. Bagaimana tidak? Mas zidan meminta maaf dengan enteng padaku ketika ia bahkan tidak tahu salahnya apa.

 "...." aku hanya menunduk sambil menggelengkan kepalaku.

"Mas mau ngomong sebentar boleh?" Aku mengangguk dengan mataku yang masih setia memandang sarung kusutnya.

"Mas minta maaf yah soal pengajian tadi, soal jajan juga, mas minta maaf pokoknya buat hari ini yah. Tadi pas pengajian ada salah satu jama'ah yang godain mas, mas ladeni. Mas minta maaf yah?" aku mengangkat kepalaku, kemudian ku tatap kedua sorot matanya,

"Udah?" tanyaku kecewa dan langsung diangguki dengan polos oleh mas zidan.

"Yaudah, mas boleh pergi," ia terlihat tidak percaya setelah mendengar perkataanku barusan. Tiba-tiba ia menggenggam tanganku kemudian menciumnya lama.

"Jangan gitu toh, yang, yah. Mas ndak papa kalo kamu marahin mas, mas ikhlas. Tapi jangan diemin mas apalagi jauh-jauh dari mas, yah?" aku mengalihkan pandanganku darinya, tak ingin ia melihat air mataku yang tiba-tiba menetes tanpa aba-aba.

"Mas, Al pengen sendiri," uacapku kemudian melepaskan genggaman tangannya pada tanganku.

TUING....

Terdengar ponsel mas zidan berbunyi, tanda notifikasi masuk. Ia terlihat buru-buru membuka notifikasi tersebut. Entah apa yang mas zidan lihat di layar ponselnya, yang jelas ia terlihat kaget setelah melihat ponselnya.

"Yang....Astaghfirullohal'adzim, yang kamu lihat foto ini toh?" mas zidan menunjukkan ponselnya kepadaku, menampilkan sebuah gambar dimana mas zidan sedang berfoto dengan seorang wanita.

HABIBI, Muhammad Zaidan YahyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang