Si Cantik

2.5K 117 87
                                    

Setelah mengabari bunda dan ayah di malang, malam itu juga bunda dan ayah bergegas pergi ke boyolali untuk ikut menyambut cucu kedua mereka. Habib juga memberitahukan bagaimana kondisi Almeera, bunda mencoba menenangkan habib agar tidak panik saat ini.

"Ssshhh....Astaghfirullah," Almeera merintih kesakitan tatkala gelombang kontraksi menghujamnya.

Ketika keluar dari ruangan dokter, habib mendapati sudah ada mama dan bang Fagih di sana. Abi memilih menjaga zafeer di rumah, karena yang pasti dibutuhkan almeera saat ini hanyalah mamah.

"Kenapa Dan? Semua aman toh?" tanya mamah kepada putra keduanya itu.

"Kata dokter, Al resiko preeklamsia, mah. Tekanan darahnya tinggi, kalo sampe pembukaan lengkap tekanan darahnya belum normal, terpaksa Al harus di operasi," ucap habib sambil menundukkan wajahnya, mamah pun menghampiri putranya itu dan memeluknya.

"Sudah sudah, ndak papa. kamu jangan khawatir, doa saja yang baik-baik yah. Mamah yakin, istri dan anakmu bakal selamat,"

"Ini semua gara-gara zidan, Mah. tadi zidan sempet berantem sama Al," habib menangis dalam dekapan mamah.

"Ssstttt, sudah-sudah. Mamah tak masuk dulu temani Al, kamu disini aja sama abangmu yah," Mamah lantas meninggalkan habib zaidan dan bang fagih.

Selama proses pembukaan, mamah dengan telaten dan sabar mendampingi almeera. Mamah terus membimbing almeera untuk senantiasa mengingat allah dengan dzikir dan istighfar. Sampai ketika suster mengecek tekanan darahnya lagi, bersyukur tekanan darah almeera berangsur normal.

"Umi, ijinin Rania buat ketemu keluarga zidan, sebentaarrr aja, ya?" rengek Rania kepada uminya.

"Nduk, Ran, Umi kan sudah bilang, lupakan zidan,"

"Rania tau, rania juga udah berusaha umi....tapi tolong, untuk terakhir kalinya, ijinin rania ketemu dan ngomong sama zidan. Rania juga pingin berpamitan dengan cara yang baik umi, hikss,"

"Ndak nduk, kamu jangan ngomong gitu yah. Umi yakin, kamu pasti bisa sembuh yah," Umi mencium puncak kepala rania yang sedang menangis di atas ranjang rumah sakit.

Setelah melalui proses yang panjang, lahirlah sosok manusia kecil dengan tangisannya yang nyaring. Kondisi Almeera saat ini sangat lemah, dikarenakan banyaknya perdarahan ketika melahirkan sang buah hati. Kondisi tersebut mengharuskan Almeera untuk dirawat secara intensif. Ayah dan bunda sudah datang sejak 30 menit yang lalu, keduanya segera menghampiri habib zaidan dan memberikan semangat untuk mantunya itu. 

"Kita doa yah Le, semoga Al cepat pulih," ucap bunda sambil menepuk lengan habib zaidan.

"Bun, zidan minta maaf nggih, zidan belum bisa jagain Al dengan baik,"

"Ssttt...ndak-ndak, kamu sudah menjadi suami yang baik buat anak bunda. Apapun yang terjadi hari ini, itu semua sudah takdir, Le. Sekarang, kamu adzani anakmu dulu, baru temui istrimu," habib zaidan mengangguk kemudian melaksanakan perintah bunda.

Ketika tiba di tempat bayinya berada, habib tak dapat membendung rasa bahagianya. Tangannya bergetar ketika akan menggendong sang huah hati, tangisnya pun pecah ketika melantunkan adzan pertama untuk buah hatinya itu. Setelahnya, habib terus memandang wajah kecil yang selama ini berhasil membuatnya penasaran.

"Masyaallah, Assalamualaikum anak baba. Terimakasih sudah lahir dengan sehat dan selamat yah nak, doakan ummahnya biar cepet pulih yah," habib mencium pipi kecil bayinya, kemudian meletakkannya kembali ke dalam box bayi.

Almeera masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit, ia masih belum sadar sejak melahirkan putri cantiknya. Habib dengan langkah bergetar mendekati sang istri yang masih setia terpejam itu.

HABIBI, Muhammad Zaidan YahyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang