Ngambek

3.9K 111 0
                                    

Setelah selesai mencuci piring dan merapikan alat makan, Mamah, ibu Maulana dan juga Almeera membawa beberapa camilan dan juga es teh untuk dinikmati bersama di ruang keluarga.

"Mas mu mana Al?" Tanya Abi ketika menyadari ketidakhadiran habib zaidan.

"Udah naik dari tadi, Bi," jawab Muna seadanya sambil menikmati pisang goreng buatan Almeera.

"Susulin, nduk. Bawakan pisang goreng sama es teh," mendengar penuturan ibu Maulana, Almeera pun menyetujuinya.

"Kalau gitu, Almeera permisi dulu ya, assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

Setibanya di depan pintu kamarnya, Almeera ragu untuk masuk ke dalam. Karena ia tahu, kalau suasana hati sang suami sedang tidak baik-baik saja. Almeera menyadari gerak-gerik suaminya yang terlihat kesal sejak drama suap-suapan tadi.

"Assalamualaikum, mas, aku masuk yah," Almeera membuka pintu kamarnya lalu mendapati suaminya yang kini tengah meringkuk memunggunginya sambil bermain ponsel

"Kok salam aku ga dijawab sih, dosa loh," Almeera meletakkan pisang goreng dan es teh bawaannya di atas nakas samping tempat tidur.

"Hmm... waalaikumsalam," Almeera duduk di tepi kasur dan mencoba membujuk suaminya.

"Mas...." Tidak ada jawaban.

"Mas...." Almeera masih belum menyerah.

"Mas ih, bangun duluuuu....liat aku," Almeera memaksa suaminya untuk duduk menghadap dirinya.

"Matanya liat aku, bukan liat kasur," habib zaidan menatap Almeera dengan mata yang sendu.

"K-kamu....kamu marah ya, soal tadi?" Almeera gelagapan saat ditatap seperti itu oleh habib zaidan.

"Ndak, cuma kesel aja," Almeera merengkuh tubuh suaminya ke dalam pelukannya.

"Mas, dengerin aku yah. Maulana itu masih kecil, wajar dong kalau dia caper ke semua orang," Almeera berusaha memberi pengertian.

"Tapi kamu kayak lebih sayang ke dia daripada ke mas,"

"Ck, mas....kamu itu suamiku, Maulana itu sepupumu. Aku sudah anggap Maulana seperti adik aku, mas. Sayang aku ke kamu itu beda sama sayang aku ke Maulana," jelas Almeera.

"Tapi kamu lebih milih Maulana ketimbang mas. Katanya sayang, tapi suaminya ditelantarkan," Almeera melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi habib zaidan.

"Kamu cemburu sama Maulana? Anak kecil 8 tahun itu?" Percayalah,Almeera mati-matian menahan tawanya saat ini.

"Ck....apatoh yang, ndak ya....aku cuma ndak suka, istriku direbut pria lain," detik itu juga, setelah mendengar suaminya berkata demikian, tawa Almeera auto pecah.

"Pfft.....ahahahahh, mas...mas... cemburu kok sama anak kecil. Lagian, Maulana masih belum ngerti cinta-cintaan,"

"Kamu mah malah ngeledeki aku," habib zaidan mencebikkan bibirnya serta berbalik arah memunggungi sang istri.

"Lah, ngambek lagi niihh," godan Almeera sambil menoel-noel lengan suaminya.

"Yaudah, kalo gitu tak bawa turun lagi aja pisang goreng sama es-"

"Eh yang...yang....yang....ndak usah, sini tak makan," habib zaidan menyomot satu pisang goreng yang disodorkan istrinya.

ndak usah, sini tak makan," habib zaidan menyomot satu pisang goreng yang disodorkan istrinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lain kali jangan marah lagi ya, suamiii," habib zaidan langsung mleyot mendengar hal itu.

Malam itu, diakhiri dengan canda tawa pasutri di atas kasur mereka. Dan ya..... kalian tahu lah, hal yang mungkin terjadi diantara pasutri yang mendukung terciptanya Almeera maupun habib zaidan junior. (Part ini susah banget buat dibahasakan dengan sopan 🙂)

HABIBI, Muhammad Zaidan YahyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang