Rebutan

3.7K 104 0
                                    

Malam harinya, semua orang berkumpul di meja makan untuk makan bersama. Maulana dan yang lain telah berada di meja makan terlebih dahulu, disusul dengan habib zaidan dan Almeera yang kini sedang menuruni tangga sambil berpegangan tangan.

"Kak Al, sini duduk samping Maulana," bocah itu menepuk kursi di sebelahnya.

"Eh...ndak bisa. Kak almeera duduk di samping kak zidan ajah," tolak habib zaidan kepada maulana.

"Kak zidan apaan, sih. Kak Al mau kan?" bocah tersebut menampilkan wajah melasnya, yang membuat sesiapapun yang melihatnya merasa tak tahan ingin mencubit kedua pipi gembulnya.

"Iya, sayang," Almeera mengangguk sambil tersenyum.

"Yang.....lha aku gimana?" rengek habib zaidan tanpa menghiraukan banyak pasang mata yang kini tengah melihat tingkah lakunya.

"Yaudah sih, ngalah aja sama anak kecil," saut Syeima yang tak tahan melihat tingkah kakanya itu.

"Nis, kamu pindah sana, Nis, yahh....pliiiisss," Anis menuruti kakaknya karena terlalu malas untuk menanggapi tingkah kakaknya lagi. Ia hanya ingin makan dengan tenang malam ini.

Kini, semua orang mulai menyantap makanan yang telah disajikan oleh Mamah dan ibu Maulana. Posisi Almeera saat ini yaitu diapit oleh habib zaidan di sisi kiri dan Maulana di sisi kanannya.

"Kok ngga dimakan sayang?" tanya Almeera kepada bocah di samping kanannya yang tiba-tiba menghentikan aktivitas makannya.

"Mau disuapin sama kak Al," ucap bocah itu dengan nada manja.

"Maulana....jangan gitu ah, kak Al nya kan juga mau makan," larang ibu Maulana.

"Tuh, dengerin, jadi anak kecil itu harus belajar mandiri," ucap habib zaidan dan hanya ditanggapi dengan lirikan malas oleh bocah tersebut.

"Udah, gapapa, tante. Al juga udah beres kok makannya. Sini, kak Al suapin, tapi harus sampe habis, yah," bocah tersebut mengangguk dengan semangat.

"Aku juga mau disuapin kalo gitu," ucap habib zaidan tiba-tiba, membuat semua orang yang mendengar hal tersebut melongo. Muna dan Anis sampai tersedak mendengar hal itu.

"Udah toh, Dan, kamu ngalah dulu. Maulana itu cuma kangen sama Al, kamu kan tiap hari bareng sama Al," ucap Abi di sela keterkejutannya.

"Udah-udah, ndak papa, Bi, biar Al suapin semuanya. Tapi gantian yah?"

"AKU DULU," ucap keduanya berbarengan.

"Aku dulu kak,"

"Kak zidan dulu,"

"Aku duluuu,"

"Kak zidan dulu,"

"Kalo ga ada yang mau ngalah, mending kalian makan sendiri aja. Kamu juga mas, ga baik gaduh di depan makanan,"

"Iya, maaf yang. Yaudah, kalo gitu Maulana dulu baru mas," ucap habib zaidan mengalah.

Akhirnya Almeera menyuapi keduanya secara bergantian, sesuai ucapan habib zaidan, Maulana disuapi terlebih dahulu baru kemudian habib zaidan. Setelah selesai dengan acara makan malam, Almeera membantu Mamah dan ibu Maulana membereskan alat makan.

Maulana terlihat sedang bermain dengan kedua kakak perempuannya, Muna dan Syeima.  Sedangkan habib zaidan sudah naik ke kamar terlebih dahulu meninggalkan mereka semua yang masih berbincang di ruang keluarga.

HABIBI, Muhammad Zaidan YahyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang