Chapter 2

145 87 70
                                    

Hallo semuanya, jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komen di cerita ini, ya!
Terima kasih !!

Hallo semuanya, jangan lupa tinggalkan jejak vote dan komen di cerita ini, ya! Terima kasih !!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alin membawa handuk di tangannya yang baru saja ia pakai selepas mandi. Lalu ia melangkah-kan kakinya untuk mengembalikan handuk itu ke tempat hanger di balkon rumahnya. Kamar gadis itu berada di lantai atas, tepat di dekat balkon.

Saat ia berjalan menuju balkon rumahnya, terasa rumah yang di tempati sangat sepi dan hening. Karena ia hidup hanya bersama sang kakak. Saat melirik jam di dinding, ternyata sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Setelah selesai, Alin kembali memasuki kamar, melangkah-kan kakinya untuk menghampiri meja belajar sambil mencari buku diary miliknya. Alin mempunyai kebiasaan untuk menuliskan semuanya di dalam buku diary. Karena, ia merasa bahwa ceritanya tidak akan mudah untuk di terima oleh orang lain, kecuali Reyhan. Maka ia akan menuliskan semuanya di dalam buku diary kesayangannya.


Ia menuliskan semua yang terjadi hari ini. Dari mulai pertemuannya dengan Risha dan Fika, tempat-tempat yang mereka kunjungi, apa yang mereka bicarakan, dan menulis kembali rasa sakit di kepalanya.

"Sakit kepala lagi?" tanya Alin kepada dirinya sendiri. Ia mulai menatap buku catatan diary-nya, lalu membuka lembaran sebelumnya. Ternyata, sakit kepala itu sudah sering muncul beberapa saat yang lalu. Kemunculannya tak intens sehingga sangat sulit untuk di perkirakan.

"Paling cuman sakit kepala biasa," ucapnya lagi. Alin menutup kembali buku diary miliknya, lalu ia mengambil ponsel yang tergeletak di samping meja belajarnya. Gadis itu merebahkan dirinya di atas kasur, sambil membuka dan menekan kontak yang bernama "Rawr" tak lain adalah Reyhan.


Tut.. Tut..
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif, tinggalkan pesan sekarang.

Alin mulai mengerutkan dahinya sambil menatap layar ponsel itu, lalu ia memutuskan untuk tinggalkan pesan untuk Reyhan. Setelah itu, hanya ada kekosongan yang Alin rasakan. Biasanya Alin selalu berbicara dengan Reyhan sepanjang malam, walaupun hanya lewat media ponsel saja, tetapi gadis itu cukup merasa terhibur.


Saat Reyhan di nyatakan tidak aktif ponselnya, tak ada kabar pula yang di berikan untuk Alin, gadis itu mulai mengeluarkan pikiran buruknya. Kebiasaan yang sering Alin lakukan adalah berpikiran buruk, pikiran itu selalu saja datang lalu singgah begitu lama, cukup membuat Alin merasa sedih dan tak tenang.


Tok.. Tok.. Tok..

Pintu kamar Alin tampak di ketuk oleh seseorang dari luar. Alin mulai mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamarnya, ia sempat menebak-nebak saat pintu itu terbuka, pasti yang memasuki kamarnya adalah kakak perempuannya, yaitu Anna.

LUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang