Chapter 13

57 37 4
                                    

Hallo semuanya! Jangan lupa vote dan komen, ya! Untuk meninggalkan jejak.
Terima kasih!!

Terima kasih untuk 1k View juga! :)

Alin mencoba untuk membuka matanya, tampak Reyhan sedang sibuk memainkan ponselnya, tubuhnya masih berada di dalam mobil milik laki-laki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alin mencoba untuk membuka matanya, tampak Reyhan sedang sibuk memainkan ponselnya, tubuhnya masih berada di dalam mobil milik laki-laki itu. Dengan rasa yang begitu ganjal, Alin mencoba untuk membuat dirinya Rileks terhadap situasi sekarang.

Reyhan menyimpan ponselnya, laki-laki itu tampak menatap Alin sambil mengulurkan tangannya untuk membelai puncak kepala gadis itu.

"Kenapa kamu malah tidur?" tanya Reyhan sambil terus mengusap lembut. Alin hanya menggeleng saja, ia merasa tidak pernah berada di mobil ini.

"Kenapa aku di sini, Rey?" tanya Alin kembali. Reyhan hanya menghela napasnya, tanpa ada jawaban sedikit pun. Alin langsung membuka tas miliknya, meraba-raba dalamnya untuk mengambil ponselnya. Tetapi, ia tak sengaja menyentuh obat-obatan di situ.

"Obat?" batinnya. Ia terus terdiam sambil memikirkan obat ini. Hingga akhirnya, beberapa ingatannya kembali saat menyentuh obat itu.

Alin langsung menyadari sesuatu, matanya terbuka lebar sambil menarik dalam napasnya. "Rey..." panggil Alin tanpa menoleh sedikit pun. "Bawa aku pulang!" tegas Alin. Gadis itu menyadari baru saja sesuatu terjadi antara dirinya dan Reyhan. Tanpa basa-basi Reyhan langsung menuruti permintaan tunangannya.

Mobil itu mulai berjalan sesuai arah tujuannya. Selama di perjalanan, Alin memutuskan untuk menutup mulutnya rapat-rapat, ia tak mau berbicara dengan Reyhan.

Mobil itu sudah terparkir sempurna di tempat seperti biasa, Alin mulai menatap rumah itu, lalu gadis itu pergi keluar meninggalkan Reyhan di dalam mobil. Tetapi, Reyhan menyusul kepergian Alin, ia langsung berlari menghampiri Alin.

"Alin, maafin aku," ucap Reyhan sambil memegang tangan Alin. Gadis itu hanya menatap genggaman tangannya tanpa melihat ke arah Reyhan.

Sejujurnya, Alin tak mengetahui alasan Reyhan meminta maaf kepadanya. Ia hanya merasakan amarah, kekecewaan, sakit, gelisah, dan kesedihan menjadi satu perasaan. Rasanya sangat janggal jika tidak mengetahui sesuatu, tetapi baru saja terjadi sesuatu, akan ada pertandanya, 'kan?

Alin hanya mengangguk saja, lalu gadis itu meninggalkan Reyhan sendirian di luar rumahnya. Alin hanya berjalan tanpa memikirkan bagaimana keberadaan Reyhan di luar sana.

Saat ia memasuki rumahnya, hanya ada Anna yang sedang duduk tegap di atas kursi ruang tamu dengan lampu yang gelap. Alin menyalakan lampunya, sambil melirik sedikit ke arah Anna. Tiba-tiba saja, lampu yang baru saja ia nyalakan mendadak mati. Hal itu membuat Alin sedikit tersentak.

"Kak!" panggil Alin dengan nada yang tinggi. Tidak ada jawaban apa pun yang di lontarkan oleh Anna. Bahkan, tubuhnya tak sedikit pun bergerak saat lampu itu mati.

"Kakak!" panggil Alin kembali. Gadis itu merasa ketakutan yang luar biasa, lantaran Anna terus duduk tegap dengan tatapan lurus ke depan.

"Kakak, ih!" Alin masih berusaha menyadarkan dan memanggil kakaknya. Usahanya tak membuahi hasil apa pun. Dengan suasana hening dan gelap, Alin masih berdiri tepat di belakang sang kakak, tangannya gatal ingin menyentuh tubuh kakaknya, tetapi ada perasaan menolak.

Tiba-tiba saja, Anna tertawa kencang sambil perlahan-lahan melirik ke arah Alin. Saat di lihat, kedua netra Anna tampak tidak ada pupilnya, semuanya memutih. Alin yang melihat hal itu hanya bisa berteriak histeris, sambil berusaha berlari menaiki tangga di kamarnya. Tetapi, Anna malah beranjak dari duduknya, sambil berjalan menuju Alin, gadis itu tampak sedang di kejar oleh kakaknya.

"Kakak, kenapa?!" Alin masih terus berteriak menatap sang kakak yang terus berjalan menghampirinya. Dengan sebagian keberaniannya, Alin mencoba berteriak, "KAKAK!"

Seketika dirinya beranjak, tubuhnya sudah terasa berbaring di dasar yang empuk, di sekitarnya terlihat sudah ada Ibu dan Reyhan, menatap Alin dengan tatapan khawatir. Ternyata, dirinya sudah berada di dalam kamarnya.

"Alin udah sadar, nak?" ucap Ibu sambil menatap Alin. Alin masih mencoba untuk menenangkan dirinya, terasa basah seluruh tubuhnya akibat keringat yang berlebihan. Reyhan langsung memberinya segelas air putih, untuk membantu menenangkan Alin.

"Kakak di mana, Bu?" tanya Alin sambil menatap sang ibu.
"Kakak lagi main," jawab Ibu. Alin langsung menghela napasnya berat. Jantungnya berdetak tak karuan, ia masih tak mengerti apa yang terjadi kepadanya. Ia tak mengingat apa pun saat itu juga.

"Tenang aja, ya? Di sini ada aku dan Ibu," ujar Reyhan sambil menatap Alin. Alin hanya bisa terdiam saja, dengan tatapan penuh tanda tanya.

📖📖📖

LUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang