Chapter 22

32 17 5
                                    

Hallo semuanya, jangan lupa Vote dan Komen, ya! Untuk meninggalkan jejak.
Terima kasih !!

Dengan langkah yang sempoyongan, Anna mencoba untuk merenungkan semuanya, map hasil scan otak adiknya sudah berada di tangannya, saat melihat map itu pikirannya sudah penuh sedari tadi, namun mendominan kepada adiknya, Alin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah yang sempoyongan, Anna mencoba untuk merenungkan semuanya, map hasil scan otak adiknya sudah berada di tangannya, saat melihat map itu pikirannya sudah penuh sedari tadi, namun mendominan kepada adiknya, Alin.

Dokter Cellue mengatakan, "Jika di biarkan terlalu sering mengalami delusi dan migrain akut di kepalanya, ingatan Alin akan menghilang total, kemampuanya dalam berbahasa akan menurun, hingga aktivitas sehari-harinya akan menjadi aktivitas ter sulit yang ia lakukan. Maka dari itu, menjaga kondisi mental pasien sangat di butuhkan. Jangan sampai Alin mengalami depression."

Karena sudah merasa tak kuat, Anna mencoba untuk menduduki sala satu kursi di sana. Ia mengusap wajahnya prustasi, sambil menghela napasnya.

"Maafin kakak, ya. Kakak baru tau semua ini," ucapnya lirih. Lalu, Reyhan tampak menghampiri Anna yang sedang menutup wajahnya, suara isak tangis terdengar saat itu juga, tubuhnya pun terlihat bergetar.

"Kak Anna, kenapa?" tanya Reyhan sambil memegang pundak Anna. Lalu, laki-laki itu melihat map yang sedang Anna genggam sedari tadi. "Reyhan izin lihat map-nya."

Saat ia sudah melihat map itu, hasil scan otak milik Alin terpampang jelas. Beberapa bagian otaknya tampak mengerucut bahkan menghilang. Sangat berbeda dengan otak manusia normal, karena milik Alin sudah berdominasi Alzheimer.

Reyhan hanya bisa terdiam saja, satu informasi berada di dalam map itu, ia mengambilnya dan membacanya. Terpampang jelas nama gadis pujaan hatinya di sana, serta informasi tentang Alzheimer. Reyhan langsung melihat hasil scan itu kembali, menela'ah semuanya hingga tak sedikit pun terlewatkan. Matanya mulai melebur, air mata mulai berjatuhan membasahi pipi laki-laki itu, perasaanya terasa tak sedap seperti sehabis menerima informasi menyakitkan.

"Rey... Tolong jagain Alin baik-baik, ya? Sebelum semua yang tidak di inginkan terjadi," pinta Anna dengan suara yang bergetar, sambil mengusap air matanya. "Saya mohon... Tolong jaga Alin dengan baik," lanjutnya.

Reyhan hanya bisa terdiam saja, hatinya merasa kekhawatiran yang mendalam. Pikirannya langsung tertuju kepasa Tissa, gadis itu yang akan mudah menghancurkan Alin dalam kejapanan mata. Reyhan langsung memikirkan satu rencana untuk mengalahkan Tissa, perlu rencana gesit untuk melawan gadis itu, Tissa memang sangat berbahaya.

"Permisi, pasien bernama Alinne Laucner sudah sadar. Hanya di persilahkan satu orang untuk masuk," ujar sala satu suster di sana. Lalu Anna mempersilahkan Reyhan untuk masuk menemui Alin. Suster itu mengajak Reyhan untuk mengikutinya ke dalam.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang