Chapter 23

17 11 2
                                    

Hallo semuanya! Jangan lupa Vote dan Komen, ya! Untuk meninggalkan jejak.
Terima kasih !!

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Risha dan Fika baru saja berpamitan untuk pulang beberapa menit yang lalu. Kini, tersisa hanya Reyhan saja. Laki-laki itu tampak sibuk memainkan ponselnya, menggerakan jari jempolnya begitu agresif, sesekali ia menghela napas berat saat Alin perhatikan.

"Rey, kamu lagi apa?" tanya Alin sambil mendudukan dirinya di samping Reyhan. Reyhan hanya tersenyum kecil saja, sambil mengusap puncak kepala milik Alin. Ia tak menjawab pertanyaan gadis itu.

"Malam ini aku boleh tidur di sini?" Alin langsung mengangkat kedua alisnya, gadis itu tampak mengulas senyuman sampul. "Kalo itu... Mungkin izin sama kakak aja," jawabnya.

Reyhan langsung mengangguk saja. "Ya udah, aku izin sama kak Anna dulu, ya? Tunggu di sini." Laki-laki itu beranjak, meninggalkan Alin di dalam kamarnya. Tubuhnya menghilang saat pintu kamar Alin sudah di tutup.

Alin menghela napasnya dalam-dalam, gadis itu mulai beranjak mendekati meja belajarnya. Mengambil buku diary miliknya, lalu mulai menuliskan semuanya. Ia sempat mengira, bahwa Reyhan sudah mengetahui penyakit yang sudah ia idap. Semua ia catat, bahkan pertemuanya bersama kedua temannya pun ia catat. Sebagai hobi, Alin sangat suka sekali menulis di atas kertas buku diary miliknya, menumpahkan segala isi hatinya serta ceritanya hanya di buku itu.

Akhirnya, Reyhan tampak membuka pintu kamar itu, lalu menutupnya lagi. Laki-laki itu menghampiri Alin yang sedang terlihat sangat serius hingga tak menyadari kedatangannya.

"Kamu lupa tulis waktu aku cium kamu, loh!" ucap Reyhan yang sudah berdiri di belakang gadis itu. Sontak, gadis itu langsung tersentak kaget tubuhnya tampak sedikit loncat. Ucapan Reyhan bak seperti sebuah balon yang di ledakkan tanpa aba-aba.

Alin langsung menoleh ke arah Reyhan. "Ih... Kaget tau!" grutu Alin. Reyhan langsung terkekeh, laki-laki itu tampak mengulas senyuman yang lebar. "Aku di bolehin buat tidur di sini," ujar Reyhan.

Alin hanya mengangguk saja, wajahnya ia palingkan kembali ke hadapan tulisannya. Gadis itu tampak menatap tulisan bagian 'Reyhan menemuiku di rumah sakit rumadikta, tepatnya di klinik saraf'. 

"Rey... Kamu udah tau?" tanya Alin sambil menatap ke arah Reyhan kembali. Reyhan langsung menganggukkan pelan kepalanya. Lalu ia berjalan menuju tas miliknya yang tersimpan di meja dekat pintu keluar.

"Aku lupa kasih kamu ini, hasil scan otak tadi siang," ujar Reyhan sambil mengambil map coklat di dalam tasnya. Alin hanya menatap laki-laki itu dengan tatapan sendu.

Reyhan menduduki ujung kasur Alin. Gadis itu langsung membalikkan posisi duduknya, sengaja menghadap ke arah Reyhan. Senyuman tipis di ulas saat Reyhan mengeluarkan isi map itu. Hasil scan otak miliknya terpampang jelas di sana. Kondisi otak miliknya tampak mengecil, mengerucut. Beberapa bagian otaknya tampak hilang.

"Rey... Kenapa bagian otakku yang ini hilang?" tanya Alin sambil menunjuk ke bagian sisi yang hilang. Reyhan langsung menghela napasnya pelan, laki-laki itu mengusap halus lagi kepala milik Alin. Alin mendongakkan kepalanya, menatap bingung kepada Reyhan.

"Ini... Bagian memori, sayang." Alin langsung mengerutkan dahinya, gadis itu menela'ah kembali hasil scan itu. "Berarti, ada yang aku lupain? Apa yang aku lupain?" tanya Alin kembali.

"Em... Mungkin kamu lupa, kalo aku baru aja cium kamu," goda Reyhan sambil tersenyum jahil. Ia sengaja menimbulkan senda gurau, mengajak Alin untuk tak memikirkan hasil scan ini. Usahanya berhasil, Alin tampak tertawa mendengar hal itu.
Lalu gadis itu tampak membalas senda guraunya.

Suara tawa terdengar sangat lantang dari luar kamar milik Alin, Anna yang mendengar hal itu mengundurkan langkahnya, membatalkan keinginannya untuk berpamitan pergi. Anna sengaja menerima panggilan itu, mereka membutuhkan jasanya. Anna sudah memakai pakaian terbuka, lekuk tubuhnya sengaja ia pamerkan untuk cepat mengundang nafsu para pembutuh itu. Malam ini, Anna akan mendapatkan uangnya kembali, untuk pengobatan Alin.

📖📖📖

Tissa melempar ponselnya tepat di dasar kasurnya, menimbulkan bekas yang cukup dalam karena lemparan itu cukup kencang. Napasnya memburu, jantungnya berdetak sangat kencang. Gadis itu terlihat sangat marah, karena Reyhan menolak untuk datang dan menimbulkan konflik antara dirinya dan ibu.

Reyhan tak memberi tahu lokasinya saat ini. Jika Tissa mengetahui lokasinya, atau ia mengetahui bahwa laki-laki itu sedang bersama Alin, semua akan lebih hancur. Begitu hatinya membenci kepada Alin, gadis itu selalu mendapatkan cinta dari Reyhan.

"Gue harus cari Reyhan sekarang juga!" teriaknya. Gadis itu langsung melangkahkan kakinya menuju komputer miliknya. Ia membuka komuter itu, lalu memasukkan sandi rahasianya di sana. Setelah sandi itu terdeteksi, sebuah layar berwarna hijau tampak terlihat jelas. Tissa menggunakan Nessus untuk melacak keberadaan Reyhan. Matanya tampak melotot menatap layar komputer itu, jari jemarinya mengetik tanpa henti menimbulkan suara petikan yang terdengar terus menerus, hingga akhirnya ia tersenyum miring.

"Lagi sama Alin ternyata. Oke lah kalo begitu, be careful, Alin!" 

📖📖📖

LUPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang