Malam semakin kelam, ditambah dengan kiriman pesan singkat yang Hasya lakukan pada Nawam, mampu membuat Nawam buru-buru menuju rumah Hasya. Dengan gusar ia pergi tanpa berpamitan dengan ibunya terlebih dahulu.
Beberapa menit berlalu, Nawam akhirnya sampai di rumah Hasya. Kali ini, ia sudah membulatkan tekad untuk mengutarakan semuanya kepada orang tua Hasya. Ia tak tega melihat gadis yang dicintainya terus mengalami penderitaan yang belum tau ujungnya.
Secangkir teh mampu menghangatkan tubuh Nawam yang sempat menggigil karena ternyata ia lupa memakai jaket atau semacamnya yang berfungsi untuk menghangatkan tubuh.
"Nawam malam-malam begini, ada perlu sama Hasya?" Mariah bertanya seraya mematikan saluran televisi.
"Sebenarnya iya bun, tapi Nawam ingin bicara empat mata dulu sama bunda, itupun kalau bunda berkenan," ujar Nawam sedikit ragu, takut jika keinginannya ini dianggap tidak sopan oleh Mariah.
"Oh, mau ada perlu sama saya dulu ternyata. Boleh, mumpung belum larut malam, silahkan, mau bicara tentang apa," ujar Mariah mempersilahkan.
"Begini Bun..." Helaan nafas terdengar dari arah Nawam, membuat Mariah terkekeh seketika, "tidak usah gugup apalagi takut, anggap saja sedang berbicara dengan ibu kandungmu sendiri."
Nawam tersenyum kikuk. Namun dalam hitungan detik, wajahnya kembali berubah dalam mode serius. Ia tak ingin menunda-nunda semuanya sebelum terlambat.
"Bunda, sebelumnya bunda tau dengan keadaan Hasya yang sebenarnya?" Nawam memandang lekat-lekat ke arah Mariah.
"Keadaan yang seperti apa? Anak saya sejauh ini baik-baik saja kok, cuman ya memang sedikit pendiam," jawab Mariah sembari menyilangkan kaki.
"Nawam pengin bicara serius sama bunda, dan ini terkait dengan kondisi Hasya, mungkin sedikit memakan waktu yang cukup lama, apa bunda mau mendengarkan?," Nawam menatap langit-langit ruangan yang dilapisi dengan cat bernuansa putih. Belum apa-apa air matanya hendak mengalir tanpa aba-aba, membuat Nawam dengan terpaksa mendongakkan kepalanya ke atas.
Mariah terdiam sejenak, ia masih belum bisa mencerna perkataan Nawam. Dalam pikirannya, anak gadisnya baik-baik saja seperti hari-hari biasanya. Namun disisi lain, ia juga menyadari, bahwa selama ini ia jarang sekali berada di rumah, mengurus bisnis di luar kota sudah menjadi makanannya sehari-hari. Jadi, ia tak punya cukup waktu untuk mengamati gerak-gerik anak gadisnya akhir-akhir ini. Tidak ada salahnya jika ia mendengar penuturan dari Nawam terlebih dahulu.
"Ibu tau, kalau dulu Hasya semasa duduk di bangku SMP, pernah mengalami kasus pembullyan?" Tanpa menunggu jawaban dari Mariah, Nawam langsung masuk ke dalam topik.
Mata Mariah membulat, terkejut dengan apa yang barusan Nawam katakan.
"A... Apa? Pembullyan?" Tanya Mariah terbata-bata.
Nawam mengangguk.
"Tiga tahun lamanya, Hasya harus mengalami pembullyan dari temannya yang tidak suka dengannya. Selama itu pula ia harus menyembunyikannya dari keluarga, terutama dari ayah sama bunda. Sempat ada keinginan untuk pindah, namun karena jadwal ayah sama bunda terlalu padat dalam urusan pekerjaan, akhirnya Hasya mengurungkan niat itu, dan memutuskan untuk bertahan sedikit lagi. Bunda tau, kalau Hasya selama di SMA juga sering sakit, sering pingsan?"
Mariah hanya mampu menggeleng.
Akibat pembullyan yang dialaminya semasa waktu berada di SMP, membuat Hasya tumbuh menjadi pribadi yang penakut, pemalu, tidak enakan, pendiam, ya semacam itu intinya," Nawam berhenti sejenak, kemudian beralih menyesap teh yang sudah mulai dingin.
"Bunda kenal dengan Jihan dan Qaila?" Mariah mengangguk.
"Mereka adalah sahabat sekaligus keluarga Hasya di sekolah. Tanpa mereka, mungkin Hasya tidak akan betah berada di lingkungan sekolah. Bunda pasti tau Ersya kan? Mantan kekasih Hasya? Lelaki yang dulunya Hasya anggap sebagai teman hidupnya, kini pergi entah kemana, yang katanya pergi keluar negeri untuk meneruskan pendidikan, nyatanya hanyalah lari dari kenyataan, menjalani pengobatan akibat hilang ingatan, bahkan dulu ia sempat memaki Hasya dengan kata-kata kasar, membuangnya, hingga kembali lagi dengan mengemis perhatian,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulih
Teen FictionSedang dalam tahap revisi, jadi mohon maaf sebab banyak kalimat atau bahkan kata yang mendadak tidak nyambung, harap maklum 😉🫶🙏