19. Kehangatan dan Keharmonisan

52 38 2
                                    

Hasya masih termangu menatap satu lembar kertas bebentuk persegi panjang dengan ukuran kecil bertuliskan "Theatre Ticket". Nawam yang memberinya. Sebelum pulang, mereka juga sempat mengobrol seputar kegiatan masing-masing. Hasya meraba detang jantungnya, normal seperti biasa. Senyumnya mengembang, kini mood-nya sudah kembali seperti semula. Memang, siapa yang tidak akan terpincut dengan ketampanan yang dimiliki oleh Nawam, pemuda itu begitu kharismatik. Hasya bersenandung lirih, sembari memilih baju piyama yang akan dikenakannya untuk tidur.

Masih tanggal 5 Agustus, butuh waktu satu minggu lagi untuk menghadiri pertunjukan teater di Sanggar Halimun. Meskipun begitu, Hasya akan mengisi waktu luangnya untuk mengunjungi anak-anak panti dengan membawa berbagai jenis bahan makanan pokok dan jajanan yang mungkin akan disukai oleh mereka. Walaupun sedang beristirahat, ia masih tetap mendapat jatah bulanan dari ayahnya. Uang di ATM-nya tak pernah habis, semakin hari justeru semakin bertambah. Sama hal-nya dengan Mustika, ia justeru ikut-ikutan membuka rekening untuk anak gadisnya itu sebab ingin ikut berperan memenuhi kebutuhannya. Akan tetapi, Hasya tak ingin membuang-buang uangnya untuk hal yang tidak penting, alangkah baiknya jika dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Orang tuanya menganggap uang adalah segalanya dibandingkan dengan kasih sayang. Mungkin bagi Falah hal itu tidak menjadi masalah, berbeda dengan Hasya yang sedari dulu selalu merindukan sapaan hangat dari seorang ayah. Hasya menggeram kesal, lagi-lagi ia kembali hanyut ke dalam hal-hal yang tidak begitu penting, alangkah baiknya jka ia membuat list terkait apa saja yang hendak dibelinya besok untuk kebutuhan panti.

2 Agustus 2022

Ra, meskipun aku masih belum sadar sepenuhnya dengan apa yang sedang terjadi padaku selama hampir enam bulan terakhir, tapi, aku tetap mencoba untuk bertahan disituasi yang seolah-olah tak mendukungku untuk melanjutkan hidup. Mereka memang memberi kebebasan, namun, mengapa rasanya masih ada rantai yang membelenggu beberapa bagian dalam tubuhku? Kurasa, memang ada yang bermasalah. Ada yang perlu mendapat perawatan. Namun, aku harus menuju kemana? Meminta tolong kepada manusia yang seperti apa? Adakah dari mereka yang bisa mau memahamiku? Aku benar-benar sendiri, Ra...

Kali ini, ia tak menangis, namun wajahnya tampak murung. Perlahan Hasya sudah mulai bisa mengelola emosinya, meski masih bermodalkan tutorial dari youtube. Hasya menepuk jidatnya, niat hati ingin menulis bahan-bahan makanan, namun justeru malah buku diary yang diambil, membuat dirinya kembali mencurahkan isi hatinya pada manusia yang sudah tak bernyawa.

Pukul satu mobil sudah siap begitu juga dengan barang bawaan. Ia berpakaian bergaya casual, yaitu bawahan celana hitam yang dipadukan dengan kemeja putih, tak lupa rambut bergelombang yang panjangnya melebihi bahu dibiarkan terurai begitu saja. meski tidak terlalu tinggi, namun pakaian apapun selalu cocok jika dikenakan olehnya.

Hanya memakan waktu empat puluh lima menit utnuk sampai di Panti Asuhan "Jantung Hati", panti tersebut sudah dibangun sekitar lima tahun yang lalu, penghuninya mencapai seratus jika menggabungkan anak-anak dengan para pengurus. Hasya sontak menjadi pusat perhatian saat dirinya baru saja turun dari mobil, kacamata hitam masih bertengger apik melapisi kelopak matanya, segera ia lepas lantas memasukkanya ke dalam tas.

Ini sudah yang ketiga kalinya ia berkunjung ke panti. Anak-anak pun sudah mulai akrab dengannya. Mereka tak segan-segan untuk menggandengnya agar mau ikut bermain petak umpet. Mau bagaimana lagi, ini kesempatan emas baginya, permainan yang terakhir kali ia kenal saat masih duduk di bangku SD, kini siapa sangka bisa merasakannya kembali. Bagasi mobil segera dibuka, membuat Pak Rusli selaku petugas kebersihan di panti melongo tak percaya. Sejauh ini, Hasya memang lebih memilih menyumbangkan hartanya dalam bentuk barang ataupun makanan. Tidak ada alasan lain, ia hanya ingin menuruti hati nurani.

Anak-anak begitu aktif, membuat Hasya harus meraub nafas dengan rakus. Ia memilih untuk istirahat dibawah pohon mangga yang sudah memperlihatkan tanda-tanda akan berbuah dalam hitungan minggu.

PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang