18. Bertemu Makhluk Tampan

56 42 1
                                    

Sepulangnya ke rumah, Zayn sudah menghadang Hasya tepat diambang pintu, seolah tak memperkenankan putrinya masuk ke rumah. Suasana sudah kembali lengang, sebagian keluarga besar sudah kembali ke tempat masing-masing, menyisakan beberapa yang memang sedari dulu cukup terbilang lebih akrab dengan keluarga Zayn ketimbang yang lain. Nafas Hasya memburu, takut jika Zayn akan memarahinya seperti yang sudah-sudah. Namun, melihat dari sikapnya yang nampak wibawa, ia tentu tak akan menurunkan harga dirinya hanya demi memusatkan ego pada sang anak.

"Sapa mereka," perintah Zayn dengan nada yang sedikit ditekan. Pasangan suami istri dan anak yang usianya sebaya dengan Hasya masih asyik mengobrol bersama Mustika tanpa menoleh sedikitpun pada gadis yang baru saja masuk.

"Bunda..." panggil Hasya dengsn canggung. Mustika lantas menoleh, kemudian memberi isyarat supaya Hasya duduk di sampingnya.

"Oh, ini Hasya ya? Anak yang katanya lebih milih diam di rumah daripada kuliah?" seloroh wanita yang merupakan istri dari Baskara-kakak Zayn. Segera sang suami menyikut lengannya, lantas mengulas senyum tipis sekali, seperti paksaan.

Hasya tak terlalu peduli, ia menganggap pertanyaan itu hanya angin lalu saja. karena lelah, ia meminta izin untuk ke kamar agar bisa beristirahat dengan tenang, daripada harus mendengarkan ocehan Delima-istri Baskara.

Lekas ia masuk ke kamar mandi untuk membilas seluruh tubuhnya. Tadi, saat masih di pantai, demi menghindari laki-laki asing yang tiba-tiba muncul disampingnya, ia rela menuju ke tepi pantai yang kiranya bisa dijangkau oleh ombak. Alhasil, separuh tubuhnya basah oleh air yang terus saja menghampiri. Bukan sebab takut, namun ia juga bingung dengan tingkahnya sendiri, yang mendadak gugup sekaligus salah tingkah setelah ditatap langsung oleh laki-laki itu, netra mereka sempat bertemu meski hanya sesaat.

Setelah selesai dengan urusannya sendiri, Hasya langsung menuju dapur untuk makan. Cacing-cacing diperutnya sudah menggeliat meminta segera diisi nutrisi sedari tadi.

"Loh? Kok habis?" gumamnya, ia heran sebab tadi baru saja mengadakan acara. Namun tak ada sedikit pun makanan yang tersisa.

"Khusus hari ini, enggak ada makanan sama sekali untuk anak yang pandai berbohong. Apalagi yang dibohongi adalah orang tuanya sendiri," tegas Zayn. Hasya terkesiap mendengar itu, meskipun ia sudah tau jika kebohongannya akan terbongkar nantinya, namun ia tidak menyangka jika sekaranglah waktunya.

Mustika lebih memilih untuk tidur sebab seharian sudah berkutat di dapur membantu Arumi. Kini Hasya tengah duduk sembari menunduk diatas karpet bulu yang ada di ruang tamu, sedangkan Zayn berdiri dengan posisi siap meluapkan emosi. Benar saja, bukan hanya kebohongan hari ini, namun segala ketidakmampuan yang dimiliki oleh Hasya di ungkit hingga tuntas. Namun, Hasya tetaplah Hasya yang hanya diam tanpa menitikkan air mata ketika tengah dimarahi, namun sedikit suara mampu ia keluarkan sebagai bentuk pembelaan diri.

Empat puluh lima menit bukan waktu yang sebentar, kaki Hasya bahkan sampai kesemutan, namun tak berani meluruskan sebab takut dianggap tidak sopan, membuat durasi ceramah Zayn bertambah panjang. Hasya mengakui jika ini adalah sebuah kesalahan, tidak seharusnya ia berbohong apalagi demi bisa melarikan diri agar terlepas dari pertanyaan-pertanyaan keluarga besarnya. Namun, gadis itu memang kadang egois, mementingkan dirinya sendiri tanpa menilik resiko apa yang akan terjadi setelahnya.

***

Tak terasa, sudah setengah bulan lamanya Hasya menganggur di rumah, sejauh ini dia masih belum menentukan kemana arah pendidikan selanjutnya. Orang tuanya menyarankan untuk kuliah di Fakultas Bahasa dan Seni dengan mengambil Jurusan Sastra Indonesia. Namun, Hasya masih belum juga siap untuk kembali masuk ke dalam dunia pendidikan. Berbeda dengan Falah yang memiliki kecintaan terhadap pendidikan. Kini dirinya sudah mulai disibukkan dengan Tugas Akhir (TA), ia berharap bisa lulus tepat di semester delapan. Dia juga sudah berada di rumah, apartemen hadiah dari sang ayah ia tinggalkan begitu saja, namun sesekali ia akan berkunjung kesana hanya untuk membersihkan tempat tersebut. Ia sengaja tidak menyewa jasa housekeeper atau cleaning service sebab tak mau barang-barangnya tersentuh oleh orang lain.

PulihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang