Nathan menunggu di ruang tamu rumah kakak iparnya sampai pukul tujuh malam. Begitu mendengar Nathan mengantar adiknya, Brian memandang Nathan tajam.
"Kamu tahu akibatnya kan, Nathan? I have to tell you, there's no way back. Once you bring her here, you'll never get to see her again."
Sebelum menikah, Brian memperingatkan Nathan soal keperibadian Alinda yang terlalu bebas. Kakak Alinda juga memberitahu jika Nathan sudah tak sanggup lagi menjadi suami Alinda, pulangkan Alinda baik-baik pada orangtua Alinda, dan karena orangtua Alinda sudah meninggal, maka kepada Brian-lah, Alinda dikembalikan.
"Saya sudah tidak bisa melanjutkan pernikahan saya dengannya," kata Nathan tegas. "Saya berubah pikiran."
"Sekarang kamu mau rumah tangga yang seperti apa?" tanya Brian sabar.
"Saya ingin punya istri yang menghargai saya. Yang mau berumah tangga serius dengan saya, bukan istri yang sibuk di luar, bermain gila..." Kalimat Nathan terhenti. Dia menggeleng. "Maaf."
"Kamu tahu kan kenapa Alinda seperti ini? Dia selalu menjadi nomor dua. Orangtua kami memandang keputusannya sebagai artis adalah kesalahan besar. Dia tak pernah berhenti sampai dia mendapat penghargaan di Cannes, bahkan mungkin Oscars."
"Apapun latar belakang Alinda, dia tak punya alasan yang kuat untuk tidak menghargai saya dan mengkhianati saya, Mas."
Brian diam sejenak. "Kamu serius dengan langkahmu ini? Ini artinya kamu menceraikannya, kan?" Dilihatnya Nathan mengangguk. "Baiklah. Tapi jangan sampai ada penyesalan, ya? Termasuk jika aku tidak jadi inves di perusahaan konstruksimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua Bersama Alinda | Short Story
Romance"Apakah kamu dan dia berzina?" "Apa kamu ingin aku berbohong, Nathan?" Alinda menggenggam pergelangan tangan Nathan yang mencekiknya.