Memang Alinda kelewatan. Dia jadi lupa statusnya sebagai istri Nathan. Setiap pulang syuting, dia meminta Leon menemaninya di mobilnya. Mereka tidak melakukan apa-apa. Alinda hanya meminta Leon mendengarkan ceritanya, memeluknya erat di saat Alinda ketakutan. Ya, Alinda sering merasa takut. Dia takut bila dia tidak bisa mengecewakan penggemarnya. Dia takut bila filmnya tidak laku. Dia takut jika dia pulang ke rumah dan menemukan Nathan yang menatap datar karena sifatnya yang tak kunjung berubah.
Kepedulian Leon dan kehangatan minuman keras mampu menghilangkan ketakutan itu. Tak ada... tak ada satu orang pun yang mengerti apa yang dirasakannya selain Leon. Bagi orang lain, termasuk keluarga Alinda bahkan Nathan, dia tak punya alasan untuk resah.
Dulu Alinda berpikir perbedaan bukanlah hal yang penting, namun perbedaan latar belakang dirinya dan Nathan-lah yang justru menjadi jarak keduanya. Nathan tak bisa mengerti dirinya, boro-boro sebaliknya.
"Aku lebih nyaman dengan Leon, itu saja yang bisa Mas tahu," kata Alinda lirih.
"Kamu tidak tahu malu, kamu tahu, Alinda?" sahut kakaknya sinis. "Berita perselingkuhanmu masih hangat dibicarakan orang-orang, dan setelah ini perceraianmu. Entah apa lagi yang bisa kamu lakukan untuk mencemar nama Papa di namamu."
"Aku tidak akan melakukan kesalahan lagi. Setelah ini, aku akan menghilang dari peredaran. Selama sidang perceraian, aku akan minta pengacara saja. Tak ada yang aku minta dari Nathan." Alinda mengangguk lesu. "Ya, Mas tak usah lagi takut aku menjelekkan nama keluarga."
"Kamu akan menghilang ke mana?"
"Somewhere that Nathan doesn't know."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua Bersama Alinda | Short Story
Romance"Apakah kamu dan dia berzina?" "Apa kamu ingin aku berbohong, Nathan?" Alinda menggenggam pergelangan tangan Nathan yang mencekiknya.