Kilas Balik
"Hanya karena dia kaya, Alinda? Kamu serius?" Leon menangis di hadapannya. "Kita punya hubungan ini bukan sehari-dua hari, tapi sejak kita SMA."
"Aku dan dia dijodohkan. Orangtuaku lebih setuju aku dengannya, Leon," sahut Alinda. "Lagipula, untuk apa kita menikah? Kita tidak pernah melakukan hal lebih dari ciuman. Dan sekali pun aku jadi istri orang, kita masih bisa saling mendukung, kan?"
"Oh, Alinda.. benarkah? Keadaan akan sangat berbeda begitu kamu jadi istri orang!"
Keadaan tidak jadi berbeda, pikir Alinda getir. Aku tetaplah Alinda, yang terbuka dan bebas, yang tidak diterima oleh Nathan. Aku tidak menyalahkan Nathan. Sebagai suami dia berhak memintaku berubah, tapi... Ah, sudahlah, aku tidak bisa memikirkan Nathan lagi. Fokusku saat ini adalah mengendalikan diriku dari minum-minum agar anak Nathan tidak mengalami dampak buruk dari tabiatku yang itu.
Pak Rayyan kemudian menaruh sebuah ponsel di atas meja. "Ini, gunakanlah. Kamu tidak bisa sebebas dulu lagi. Tidak bisa mudah percaya pada orang, oke? Kamu gunakan ponsel ini untuk menghubungi orang-orang terdekat saja. Dan tentang perceraianmu nanti, biar manajemen yang atur. Kamu hanya perlu menetap sejauh mungkin, dan nanti ketika orang-orang sudah lupa dengan berita perselingkuhan dan perceraianmu, kamu come back stronger, oke?"
"Satu lagi, Pak. Jangan sampai siapa pun tahu saya hamil. Saya tidak mau anak saya kelak disangkut-pautkan dalam hal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua Bersama Alinda | Short Story
Romance"Apakah kamu dan dia berzina?" "Apa kamu ingin aku berbohong, Nathan?" Alinda menggenggam pergelangan tangan Nathan yang mencekiknya.