Hasil test packs yang menunjukkan dua garis tidak cukup kuat untuk meyakinkan Alinda bahwa dia tengah hamil. Karena kakaknya dan kakak iparnya khawatir padanya jika dia keluar rumah, mengingat dia mudah ngamuk jika tidak diberi minuman keras, Mbak Bunga berinisiatif meminta pihak rumah sakit ke rumahnya untuk mengambil urin dan darah Alinda.
Pada hari yang sama mereka mendapat hasil dari tes urin, yang menyatakan Alinda betul sedang hamil, sementara dari tes darah mengambil waktu lebih lama. Berita kehamilan itu membuat Brian dan istrinya mau tak mau ikut berbahagia, namun Alinda tidak. Dia mengutuk kehamilannya.
"Kenapa? Karena kamu tidak tahu siapa ayah dari bayimu, Alinda?" tanya Brian sinis. Dia dan istrinya sendiri sudah menunggu lebih dari lima tahun namun belum kunjung dikaruniai anak. Melihat Alinda yang terlihat tak bersyukur membuat Brian gemas.
Saat itu Alinda sedang duduk di lantai sambil dengan kedua tangan memeluk lututnya. Dia mengangkat kepalanya, memandang kakaknya yang berdiri di dekatnya. "Aku dan Nathan akan bercerai. Untuk apa aku peduli siapa ayah dari anak yang kukandung."
"Lalu kenapa kamu tampak kesal?" tanya Brian penasaran.
"Aku tidak mau hamil," sahut Alinda gamblang. "Kalau aku hamil, aku tidak bisa minum. Aku akan gemuk. Aku tidak akan lolos casting karena biasanya aku memerankan karakter wanita sempurna."
"Kamu sudah tidak waras, Alinda," desis Brian murka. "Kamu tahu berapa banyak wanita ingin hamil? Berapa banyak wanita yang ingin berada di posisimu sekarang? Dan sekarang kamu malah memikirkan kamu tidak bisa minum, tidak bisa kerja! Wajar saja Nathan membawamu ke sini! Nathan." Brian menarik napas panjang. "Apakah dia akan tetap menceraikanmu ketika dia tahu kamu hamil? Kurasa dia justru akan merendahkanmu lagi, Alinda, dengan meminta tes DNA."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua Bersama Alinda | Short Story
Romance"Apakah kamu dan dia berzina?" "Apa kamu ingin aku berbohong, Nathan?" Alinda menggenggam pergelangan tangan Nathan yang mencekiknya.