"Beneran ngga papa nginep sini? "
Tanya Nathan saat baru saja memasuki rumah Lino yang terlihat sepi."Udah sampe sini, masih nanya lagi. Gue pulangin juga lo ke Belanda"
Jawab Lino dengan tangan yang sibuk membantu Nathan membawa barang-barangnya.Nathan adalah teman kuliah Lino di Belanda dan ia baru saja di terima bekerja di kantor yang sama di tempat Lino bekerja. Sebenarnya Nathan sudah mendapatkan apartemen yang bahkan sudah ia bayar , namun ia harus menunggu seminggu lagi untuk menempatinya karena permintaan pemilik yang ingin mengganti beberapa partisi.
Dirumah yang cukup luas itu, Lino hanya tinggal berdua bersama dengan kakak perempuannya yang bernama Diandra, yang bekerja sebagai pengacara. Orang tua mereka telah meninggal karena kecelakaan saat keduanya kecil. Mereka telah terbiasa hidup mandiri, berbekal sisa uang tabungan dan beberapa aset orang tua mereka, Diandra sebagai pengganti kepala keluarga mampu membawa hidupnya dan sang adik ada di tahap yang mapan dengan kenyamanan.
Lino belum setahun lulus dari kuliahnya dan kembali ke Jakarta dengan sedikit bantuan sang kakak ia sekarang bisa bekerja di sebuah perusahaan marketplace yang cukup terkemuka.Mata Nathan tiba-tiba tertuju pada sebuah foto Lino dan kakaknya yang di pajang besar di dinding ruang tamu. Ia tahu selama menumpang seminggu di rumah Lino nantinya ia juga akan banyak bertemu dengan Diandra kakak perempuan Lino yang bahkan ia belum pernah bertemu.
"Tenang aja dia ngga galak kok, gue juga udah bilang lo mau nginep disini"
Ucap Lino dengan senyum sambil menunjuk wajah sang kakak di foto yang sedang di lihat Nathan.***
Jam menunjukan tengah malam ketika Diandra yang baru saja selesai mandi setelah pulang dari kantornya. Seperti biasa ia harus membereskan hal-hal yang seharusnya menjadi tugas sang adik. Seperti mangkok bekas makan yang di tinggal begitu saja oleh Lino. Dan jaket yang selesai di gunakan di taruh sembarang di sofa. Sungguh sebenarnya Diandra sudah muak harus berdebat setiap hari karena kebiasaan buruk Lino.
Ketika sedang sibuk mencuci piring, Diandra terkejut ketika seorang yang terlihat asing baginya tiba-tiba ada dekatnya.
"Temennya Lino? Woilaahh bule ternyata, can you speak bahasa? "
Tanya Diandra dengan senyum antusias.Nathan hanya mematung melihat Diandra dengan rambut yang di cepol berantakan. Dengan wajah berhias hidung kecil mancung, dagu yang lancip serta bibir yang penuh dan merona. Wajahnya begitu cantik dan mempesona, bahkan kakinya pun indah setidaknya itulah yang ada di benak Nathan.
"What? "
Diandra memecah lamunan Nathan yang mematung saat melihatnya."Ohh iya, saya bisa bahasa Indonesia"
Jawab Nathan terlihat malu-malu saat menyadari tingkah konyolnya yang seperti baru saja melihat malaikat.Sebenarnya Nathan terbangun karena ia haus dan ingin mengambil minum. Ia jadi canggung ketika harus bertemu dengan Diandra.
"Anggep aja rumah sendiri"
Diandra kembali sibuk dengan kegiatannya."Boleh minta minum? "
Ucap Nathan ragu-ragu.Senyum langsung mengembang di wajah Diandra ketika mendengar Nathan meminta minum, rupanya dari tadi dia canggung mau minum, ucap Diandra dalam hati.
Ia segera melepaskan sarung tangan cucinya, dan membasuh kedua telapak tangannya. Diandra lalu berjalan ke arah rak gelas untuk menunjukan kepada Nathan beberapa letak gelas dan piring serta bahan makanan dan kopi yang bisa di ambil oleh Nathan apabila di butuhkan.
"Santai aja, anggep rumah sendiri. Ohh iya saya Diandra kakaknya Lino"
Diandra mengulurkan tangannya."Nathan"
Nathan menyambut tangan Diandra."Wow, your eyes are so beautiful"
Ucap Diandra saat ia menatap Nathan yang sedang minum.Ucapan Diandra memang tidak salah. Mata Nathan berhias bola mata berwarna abu yang indah dengan tulang dahi yang tinggi, membuat tatapannya terlihat begitu dalam. Dan garis wajahnya begitu tegas. Kumis tipis dan janggut yang lebat memberi kesan matang pada usia Nathan yang harusnya sama seperti Lino, namun justru mereka terlihat sangat berbeda saat ini Lino masih terlihat kekanakan dan Nathan bagai pria dewasa. Posturnya tegap dan lebih tinggi dari Diandra. Dengan punggung yang lebar dan dada yang bidang.
Nathan memang mempesona. Namun pesona itu tak menggoyahkan Diandra sama sekali. Karena baginya Nathan hanya bocah lucu seusia adiknya.Rupanya ucapan itu membuat Nathan benar-benar salah tingkah, ia langsung tersedak.
"Thank you"
Ucap Nathan lirih.Suara langkah kaki yang berjalan menuruni tangga membuat mereka berdua menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria yang bertelanjang dada dengan kalung identitas militer menggantung di lehernya. Dia adalah Theo yang pulang bersama Diandra malam itu.
"Nyucinya belum selesai? aku bantu yaa"
Ucap Theo pada Diandra"Udah selesai kok, bentar lagi aku naik"
"Ini siapa? "
"Ini Nathan temennya Lino, lagi nginep disini"
"Hey bro ! "
Sapa Theo sambil mengangkat satu tangannya.Nathan balas mengangguk dengan senyum.
Theo kemudian berlalu setelah menyapa Nathan. Dan Diandra beringsut mengikutinya, sebelum Diandra meninggalkan Nathan, tangannya menyentuh lengan teman adiknya itu untuk berkata pada Nathan.
"Buruan tidur, jangan begadang. Besok saya masakin sarapan"
Hati Nathan berdesir, ia baru saja bingung terhadap apa yang dirasakannya. Ia masih bingung mengapa Diandra memberi kesan unik pada hatinya. Ia tertarik dan kecewa dalam waktu bersamaan.
Yaaa...bersamaan, pada pertemuannya yang baru pertama kali dan terasa singkat itu.Rasanya seperti naik rollercoaster, euforia itu bercampur pada rasa takut dan keinginan untuk mengulangi sensasi itu lagi.
Komen yaaa biar semangat aku lanjutinnya....

KAMU SEDANG MEMBACA
Minefiels
Fanfiction"Because I'm not dating my brother's friend" Ucap Diandra segera membuang pandangan untuk menghindari tenggelam dalam tatapan Nathan yang begitu dalam. Namun Nathan tak tinggal diam, ia meraih tangan Diandra untuk untuk tetap dalam kendalinya. Tubuh...