The Moon 🌕

1K 60 14
                                    

Setelah hujan mengantarkan cinta mereka. Hari-hari berlalu begitu manis. Setiap hari tak ada alasan untuk tidak bertemu. Mereka tenggelam dalam asmara, serta asupan pelukan dan ciuman yang tidak ada habisnya.

Maka ketika kesibukan memisahkan mereka beberapa hari ini, hati begitu gelisah. Tersiksa ingin segera mendekap. Diandra harus ke Kalimantan selama seminggu untuk menyelesaikan kasus bersama Perhutani. Dan Nathan dengan pertandingannya yang penuh tanpa jeda, diantara kesibukan kantornya.

Namun di tengah kesibukannya Nathan benar-benar tau cara membuat Diandra selalu terkesan. Selama 7 hari di Samarinda, selama 7 hari itu pula bunga dan hadiah dari Nathan tak pernah terlewat. Menyapa pada setiap pagi Diandra. Nathan seakan tidak rela Diandra melupakannya barang sedetik pun.

Pukul 8 malam Nathan baru saja sampai di apartemen nya setelah latihan sepak bola. Ia berjalan lunglai, masih dengan rambut setengah basah dan jersey tanpa lengan. Membawa tas dan di tangannya yang lain membawa tempat minum berwarna hitam. Ia bagai kehilangan semangat karena lelah dan ditambah tak ada Diandra di dekatnya. Rasanya batrei dalam dirinya sudah hampir habis karena merindu.

Seketika aroma garlic dan oregano menyeruak ketika Nathan melangkah memasuki apartemennya. Seoarang wanita memasak di dapurnya. Dengan rambut yang di jepit ke atas, wanita itu sibuk membalik daging di atas pan. Ia tak lupa menggunakan celemek berwarna putih yang memberikan kesan keibuan pada penampilannya. Kukunya yang cantik tak menghalanginya untuk lincah mencuci mini potato yang akan di kukusnya. Wanita itu tersenyum ketika menyadari Nathan sudah datang.

"I hope you're hungry"
Ucap Diandra tanpa menoleh pada Nathan.

Nathan terkejut karena kekasihnya pulang tiba-tiba, dan sekarang ia sudah memasak di dapurnya. Ia lalu menjatuhkan tasnya di tempat ia berdiri, melemparkan botol minumnya ke sembarang arah. Dan segera menghampiri Diandra, memeluk wanita itu dari belakang.
Seperti anak kecil yang merindukan ibunya. Nathan meng usap-usap kan wajahnya ke punggung Diandra, menciumi tengkuk dan leher wanita itu.

"I miss you so bad"
Bisik Nathan lembut di telinga Diandra.

"Miss you too, sekarang kamu mandi dulu. Biar aku siapin makan"
Balas Diandra yang kemudian membalik badannya untuk melihat Nathan yang begitu clingy kepadanya.

"Kenapa nggak bilang kalo mau pulang"

"Kalo aku bilang, nanti kamu nggak latihan"

"Trus kenapa kalo aku nggak latihan? "

"Aku nggak mau ganggu latihan kamu"

"Kamu nggak ganggu, karena kamu lebih penting dari itu"

Diandra tersipu, ia tersenyum mendengar itu. Kata-kata manis yang selalu di ucapkan Nathan selalu membuatnya kehabisan kata untuk membalas. Kini mereka berhadapan, Diandra tidak lebih tinggi dari Nathan. Maka Nathan harus sedikit menunduk saat memandang kekasihnya.
Tangannya membimbing dagu Diandra untuk menerima sebuah ciuman.
Sebuah ciuman lembut dari Nathan yang sudah di tahannya selama seminggu. Diandra menerimanya dengan senang hati karena ia pun menantikan itu. Sebuah pagutan mesra untuk mereka yang kini resmi berpacaran.

Tangan Nathan yang nakal menyusup ke dalam blouse yang dikenakan Diandra, jari-jarinya sudah siap membuka kaitan bra. Lalu Diandra menyadarinya, dan sedikit mendorong untuk menghentikan itu.

"Noooooo, mandi dulu"
Perintah Diandra yang membuat Nathan harus mengeluarkan tangannya dari baju Diandra dan sedikit melenguh kecewa.

"Okay"
Nathan meninggalkan kecupan di kening Diandra sebelum ia berlalu untuk mandi.


***


"Waktu itu kenapa kamu maksa aku ketemu Thom?"
Tanya Diandra saat ia merebahkan tubuhnya dekat Nathan di sofa depan TV.

MinefielsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang