Fever

1.1K 86 10
                                    

Pertandingan usai dengan kemenangan tim Nathan dan Lino. Sayangnya Lino gagal mencetak goal tambahan. Namun itu tak menjadi soal untuk Lino sebab hatinya sedang bahagia, karena ia sebenarnya iseng mengundang Kesha untuk menonton  pertandingan nya, tanpa di duga gadis cantik pujaannya itu datang.

Nathan berjalan sendirian di lorong menuju kamar ganti, sedang teman-teman nya masih asik mengobrol di pinggir lapangan. Tiba-tiba sebuah tangan dengan membawa sebotol air menahannya.

"Tadi goalnya keren banget, ini buat kamu"
Ucap Kesha yang sengaja menunggu Nathan melewati lorong untuk memberi sebotol air sebagai dukungan atas perasaannya yang sudah ia ungkapkan beberapa waktu yang lalu. Dan Kesha sepertinya benar-benar serius ingin mendapatkan Nathan. Karena seperti juga Nathan yang sangat terobsesi pada Diandra, Kesha juga merasakan hal serupa pada Nathan.

Derap langkah kaki bisa di dengar oleh Nathan dari arah belakangnya, ia lalu menerima air mineral yang di berikan Kesha. Kesha begitu bahagia karena pemberiannya di terima oleh Nathan, karena butuh usaha keras baginya untuk sekedar membuat Nathan tersenyum.

Langkah kaki itu mendekat ke arah mereka berdua, dan ternyata itu adalah Lino yang ingin segera menyusul Nathan yang hari ini begitu emosional di lapangan setelah ia mencetak goal. Hal yang sungguh tidak biasa ia lihat dari sahabatnya.

"Kesha, gue kira lo udah pulang "
Ucap Lino menyaksikan Nathan dan Kesha yang berdiri berdekatan.

"Nih dari Kesha"
Nathan menyerahkan botol yang di berikan Kesha kepadanya untuk Lino. Nathan kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua dan melanjutkan langkahnya ke kamar ganti.

"Makasih yaa, Kes"
Senyum mengembang di wajah Lino.

"Ehhh iyaa"
Jawab Kesha bingung.

***

Mata Thom tidak bisa lepas dari Diandra, setiap gerak gerik wanita itu seperti menyihirnya. Mereka telah bertukar kontak dan berjanji akan saling mengabari. Sebenernya malam itu Thom ingin sekali mengajak Diandra dan Lino untuk makan bersama, tapi Diandra menolak karena ia baru saja bertengkar dengan Lino masalah pria-pria yang dekat dengannya, jadi ia sepertinya akan sedikit memberi jarak pada para pria yang ingin mendekatinya.

Bagi Diandra, Marselino Daario Ferdinan adalah segalanya. Ia telah membesarkan Lino sendirian setelah orang tua mereka meninggal. Saat itu usia Diandra 16 tahun dan Lino 7 tahun. Mereka terpaut usia 9 tahun. Tidak ada kerabat dekat yang tulus mau menerima mereka. Kebanyakan dari mereka hanya mengincar harta peninggalan orang tua Diandra dan Lino. Pada akhirnya dengan bantuan teman baik ayahnya yang seorang pengacara seluruh harta dan tabungan milik orang tua mereka dapat di manfaatkan Diandra dengan sebaik-baiknya. Ia bahkan dapat mengirim Lino ke Belanda untuk kuliah. Dan ia sendiri dapat menyelesaikan kuliahnya hukumnya sampai    S2.

Tangan Diandra melambai ke arah Thom ketika sebuah Civic Turbo berwarna kuning milik Lino menghampirinya untuk pulang.

"Hlo Nathan mana, ngga ikut pulang? "
Tanya Diandra ketika ia sudah berada dalam mobil.

"Katanya mau liat apart dia dulu, udah sampe mana renovnya"

"Ohh gitu"

"Tadi siapa sih? "

"Dulu senior kakak di kampus"

"Kirain"

Diandra menghela nafas panjang, ia lalu meraih sebotol air mineral dan berniat meminumnya. Namun tangan Lino menghentikannya.

"Jangan..... Jangan kak.... Jangan diminum"
Ucap Lino memperingatkan sembari dirinya fokus menyetir.

"Kenapa sih? Haus tauk"

"Plisss, jangan dong. Nih.... nih minimarket. Lino beliin minum yaa"
Mobil itu menepi di sebuah minimarket.

"Ini apa? kok kakak ngga boleh minum. Air mineral biasa doang"
Tanya Diandra penasaran.

"Ini dari Kesha"

"What?? Kesha?? Crush kamu itu? "

"Iyaaakkkkk"
Lino setengah berteriak dengan bahagia.

***

Jam menunjukan 1 malam. Diandra selesai membereskan cucian piringnya. Dan menyiapkan bahan-bahan untuk sarapan esok pagi. Ia sedikit terkaget saat Nathan yang baru saja sampai rumah langkahnya gontai tanpa semangat.

Langkah Nathan perlahan mendekati Diandra, matanya yang tajam bagai melihat buruan. Rambutnya basah, Nathan menghabiskan waktunya sebelum pulang untuk berenang selama berjam-jam. Ia bingung harus apa lagi. Pikiranya rumit memikirkan perasaannya sendiri. Mungkinkah Diandra orangnya? Yang selama ini ia cari-cari. Karena baru kali ini ia jatuh begitu dalam. Walau Ia sadar Diandra bukanlah orang yang mudah di taklukan, perbedaan usia mereka yang cukup jauh serta sifat playgirl Diandra sangat menyiksa Nathan

Dan Nathan bukanlah seseorang yang kurang kasih sayang. Ia hidup dengan limpahan kasih sayang yang penuh dari keluarganya. Namun rasa sakit saat pertama kali melihat Diandra, perempuan yang langsung menarik perhatiannya sedang bersama laki-laki lain membuatnya makin penasaran. Ia penasaran bagaimana rasanya mendapat kasih sayang dari seorang wanita dewasa seperti Diandra. Wanita yang bahkan menganggapnya sebagai anak kecil dan bukan sebagai seorang laki-laki dewasa.

"Nathan, are you okay? "
Tanya Diandra saat melihat Nathan yang tampak lemas dengan wajah memerah.

Nathan tak menjawab, ia sekarang berdiri berhadapan dengan Diandra. Mata mereka bertemu, Diandra masih bingung dengan Nathan yang bersikap aneh. Namun satu yang bisa ia pastikan, Nathan sedang tidak baik-baik saja. Tangan Diandra menyentuh pipi Nathan yang memerah. Diandra begitu terkejut, badan Nathan sedang demam tinggi. Sebelum ia sempat menarik tangannya dari pipi Nathan. Nathan sudah jatuh memeluknya. Kini Diandra bisa merasakan seluruh tubuh Nathan demam. Bahkan Nathan mulai meracau karena demanya tinggi.

"Diandraaaaaaa... Ohhh why you hurt me"

"Why........ "

"Why......... "

Ucap Nathan meracau. Diandra mulai membimbing Nathan untuk masuk ke kamarnya. Dengan telaten ia juga menyuapi Nathan obat penurun panas dan menyelimutinya. Saat ia memastikan Nathan sudah tenang , ia bangkit dari duduknya di ranjang Nathan. Namun secepat kilat tangan Nathan meraih tangan Diandra untuk menahan nya agar Diandra duduk kembali.

"Saya sakit"
Ucap Nathan lemah.

"Iya"

"Jangan pergi"

"Kamu harus istirahat"

"Saya cuma butuh kamu, jangan pergi"

Tangan Nathan menarik tangan Diandra untuk berbaring di sampingnya. Diandra menurut saja, kini mereka berbaring bersama. Nathan yang tengah sakit masih sempat berbagi selimutnya untuk ia selimut kan di badan dan kaki Diandra tanpa ada yang terlewat. Mereka berbaring berhadapan. Diandra mengusap kening Nathan yang masih demam, namun tangan Nathan tak tinggal diam, ia meraih tangan Diandra untuk ia hujani kecupan mulai dari punggung tangan, telapak tangan hingga jari-jari lentik wanita itu.
Kemudian Diandra menawarkan sebuah pelukan, ia posisikan kepala Nathan ada di dadanya, Nathan akhirnya terlelap dengan kehangatan sebuah pelukan bersama dengan belaian tangan Diandra di kepalanya.


Manja banget sii kalo lagi sakit, jadi gemasssshhh aku 🥺

MinefielsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang