Diandra mendorong tubuh Nathan, ia gelagapan membenarkan letak bajunya yang sudah tak sempurna menutupi badan. Ia sangat terkejut melihat adiknya disitu.
Lino berjalan perlahan turun dari tangga, ia menyalakan lampu yang sedari awal lupa untuk dinyalakan Diandra. Dan memastikan apakah benar itu adalah kakak dan sahabatnya. Dan benar saja apa yang di lihatnya. Lino tak habis pikir apa yang baru saja terjadi. Ia bukan hanya terkejut tapi juga syok. Entah mengapa rasanya seperti di khianati. Seperti di bohongi dan di bodohi. Seakan ia anak kecil yang di lewatkan begitu saja tanpa diajak bicara.
Padahal ia begitu bersemangat pulang kali ini secara diam-diam hanya untuk mengejutkan kakaknya. Tapi semua berbalik justru ia yang menerima kejutan."Kalian?? "
Lino mematung dan bertanya tanpa ekspresi."Aku sama Diandra.... Kita pacaran"
Jawab Nathan.Lino melangkah mendekati Nathan. Emosi berkecamuk di dada. Rasanya kecewa meluap-luap pada perasaannya. Ia menujuk ke wajah Nathan bersamaan dengan Nathan yang mundur selangkah demi selangkah saat Lino mulai mendekat.
Nathan tau lino sedang di selimuti amarah."Maksud lo apa? "
Ucap Lino menunjuk dengan tangannya wajah Nathan."I'm sorry, aku belum ngasih tau"
Ucap Nathan menyesal.Lino mulai mendorong Nathan, dan Nathan merasa ia harus mengalah dengan berjalan mundur ke belakang menghindari setiap emosi Lino yang bisa kapan saja meledak.
"Maksud lo apa?? Sejak kapan kalian?..... Atau semenjak lo nginep sini? "
Tuduhan-tuduhan mulai di lontarkan Lino dengan kasar.Diandra menahan tangan Lino yang mendorong Nathan. Mencoba memisahkan keduanya.
"Udahhhh bicara sama kakak, Nathan kamu pulang dulu"
Ucap Diandra dengan tangan menahan di dada Lino.Marselino menatap kesal sang kakak. Ia segera menarik tubuh dan tangannya menjauh dari Nathan dengan helaan nafas kasar. Ia berjalan ke arah tangga dan berniat untuk pergi ke kamar. Namun belum sempat menaiki anak tangga, ia mendengar Nathan berucap.
"Aku tau, nggak ngasih tau kamu itu salah. Kamu berhak marah sama aku. Tapi asal kamu tau aku cinta banget sama kakak kamu"
Ucap Nathan kepada Lino, yang membuat Lino berbalik lagi.Diandra bukannya tidak senang mendengar kalimat itu terlontar dari bibir kekasihnya, namun mengatakan itu disaat Lino sudah meredakan emosinya benar-benar bukan pilihan yang tepat untuk Nathan. Diandra sampai harus mengode Nathan untuk tetap diam.
"Yaa buktiin, jangan cuma bacot doang"
Teriak Marselino kesal."Okay"
Jawab Nathan singkat."Kamu pulangggg"
Diandra mendorong tubuh Nathan untuk keluar. Dan memastikan perdebatan tak berlangsung lama.***
Sebelum menyusul adiknya ke kamar, tiba-tiba pandangan mata Diandra menuju ke arah potret Marselino kecil di sudut ruangan.
"Kamu sekarang udah besar, dan kakak masih takut kalo kamu marah"
Ucap Diandra lirih.16 tahun yang lalu
Sehidup semati, itulah janji ayah dan ibu Diandra ketika menikah. Nyatanya memang terwujud. Namun dalam perjalannya setiap hari hanya ada pertengkaran dengan bahasa yang menyakitkan. Mereka saling melukai dengan kata. Mereka saling menguliti kesalahan, mencari bahan untuk melontarkan hinaan. Siapa pun yang mendengar pasti akan larut dalam trauma. Tentu saja trauma itu di tanggung kedua buah hati mereka yang meringkuk dalam lemari besar bersamaan dengan baju-baju yang di gantung di atasnya.
Diandra yang telah remaja, saat itu memeluk Marselino adiknya yang masih berusia 7 tahun. Mereka terkepung rasa takut, tangisan mereka tak berhenti semenjak barang-barang mulai terdengar pecah karena lemparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minefiels
Fanfiction"Because I'm not dating my brother's friend" Ucap Diandra segera membuang pandangan untuk menghindari tenggelam dalam tatapan Nathan yang begitu dalam. Namun Nathan tak tinggal diam, ia meraih tangan Diandra untuk untuk tetap dalam kendalinya. Tubuh...