So what are we?

1.2K 77 27
                                    

Jantung Diandra berdegup kencang, ia segera masuk ke kamarnya untuk mengatur nafas yang tak beraturan. Mengapa ia jadi seperti ini, batinnya. Rasanya ini bukan dirinya yang biasanya sangat percaya diri itu. Getaran ini begitu tidak biasa. Karena ia tiba-tiba membayangkan hal-hal yang mungkin saja bisa terjadi bersama Nathan.

Memang apa yang akan terjadi ?

Ini bukanlah yang pertama untuk Diandra. Ia terbiasa menaklukkan pria. Namun kali ini terasa berbeda. Seperti tubuhnya belum siap dengan kegugupan ini. Ia kemudian melirik pantulan dirinya di dalam cermin. Hanya untuk memastikan bahwa dirinya masih layak dengan kecantikan yang dimilikinya meskipun usianya menginjak kepala tiga.
Ia masih cantik, tubuhnya masih bagus. Dan yang paling penting. Nathan menginginkannya.

Pancuran air shower mengenai tubuh indahnya, kini semua tubuhnya sudah basah. Palmolive merah itu ia tumpahkan ke tangannya, menghasilkan buih yang harum. Diandra menggosok seluruh badannya seakan tidak ingin ada celah yang terlewat. Rambut panjang indahnya juga tidak lepas dari perhatian. Sapuan wangi rose dan lily menyeruak. Ia sudah begitu harum melebihi peri.
Tentu saja tidak lupa gosok gigi, untuk sebuah kesempurnaan. Karena ia yakin, ia akan berpagut semalaman.

Diandra melirik tangan dan kakinya yang mulai tumbuh bulu tipis.

"Sial, kenapa ia lupa waxing minggu ini"
Ucapnya kesal. Ia lalu meraih pisau cukur berwarna merah muda untuk menyelesaikan masalahnya itu. Tapi  bulu kaki dan tangan sebenarnya bukan masalah serius. Karena ia lebih menyesal melupakan brazillian waxingnya.

Ohh noooo, udah kayak hutan Amazon!!

Aahhhh, kenapa ia kali ini begitu bingung untuk sesuatu yang biasanya bahkan tidak pernah ia pikirkan.
Rasanya sebelum ini, ia tak begitu harus memusingkannya.

Tetesan air dari badan dan rambutnya yang basah mengenai lantai, saat Diandra terpaku bingung melihat isi lemari pakaiannya.

"Pake kaos aja kalik yaa"

"Tapi kok kaos, jelek banget"
Ucap Diandra setelah menempelkan kaos di badannya.

"Baju tidur? "

"Daster? "

"Mini dress? "

"Lingerie? "

Kebingungan apa lagi ini, sesaat kemudian Diandra ingat ia masih punya sebuah dress silk satin mini berwarna dusty pink yang masih terbungkus rapi di paper bag Victoria Secret. Dress yang bahkan ia lupa pernah membelinya. Di lengkapi dengan outer  renda panjang berbentuk kimono.

Semprotan beberapa parfum di lehernya menambah percaya diri Diandra yang tidak lupa juga menambahkan sedikit lipstik di bibirnya.

Sekarang ia siap untuk apapun yang terjadi.

Langkah Diandra berderap menuruni anak tangga, ia bisa melihat TV menyala dan menayangkan pertandingan sepak bola. Namun setelah sampai di ruang TV ia tidak melihat Nathan disana.
Ia melihat sekeliling, terlihat belanjaannya sudah di tata dengan rapi oleh Nathan. Diandra bahkan mengecek kulkasnya yang telah penuh dengan semua bahan makanan yang dibelinya tadi. Ia tersenyum dan sedikit terkagum.

"Nathan"
Panggil Diandra.

Tak ada jawab sama sekali. Ia lalu mematikan TV dan memastikan semua pintu sudah di kunci. Karena merasa Nathan tidak ada di lantai bawah Diandra naik lagi untuk masuk ke kamarnya. Dan ternyata Nathan sudah ada disana. Rambutnya basah, wajahnya segar sehabis mandi. Bahkan ia belum memakai baju, hanya celana pendek sepaha berwarna hitam.

Dua bola mata Nathan tak bisa lepas dari wanita yang baru saja membuka pintu dan langsung berhadapan dengannya. Wanita cantik dengan gaun malam yang indah. Lekuk tubuhnya terlihat mempesona. Wajahnya polos tanpa makeup, bibirnya ranum memerah. Tangan wanita itu malu-malu menutup dadanya yang setengah terbuka dengan outer kimononya. Dadanya tertutupi namun debar jantungnya gagal di sembunyikan karena sekarang menjalar menjadi getaran sampai ke Nathan.

MinefielsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang