Rumit

1.1K 87 6
                                    

Semangat Nathan mendadak bertambah berkali lipat, setiap melihat Diandra duduk di pinggir lapangan. Ia mendadak berlari lebih kencang, dan sangat bernafsu mencetak gol.
Bahkan hatinya belum bisa menerjemahkan ini, tentang apa yang ia rasakan saat ini setiap kali ia melihat Diandra. Perasaan gugup dan antusias dalam waktu bersamaan. Ia bagai merasa tertantang dalam suatu peperangan. Beberapa kali mata mereka bertemu, disambut mata menyipit Diandra karena senyumnya yang mengembang.
Aahhh.....itu dia, batrei Nathan terisi penuh lewat senyum Diandra.

Sebuah operan menuju arah Nathan dan dapat di kontrol dengan baik olehnya. Gangguan dari pemain lain dapat ia lewati, ia masih berlari membawa bola sampai kotak penalti. Di hadang 3 pemain bertahan, Nathan mengoper ke arah Lino. Nathan mencari posisi kosong ketika umpan matang Lino datang dengan arah melambung. Kaki Nathan menyambut dengan gerakan cepat tanpa kontrol bola. Sebuah lesakan kuat ia lancarkan dengan kaki kirinya. Kiper lawan tak mampu menahan kuatnya tendangan itu dan.

Gooooaaaalllllll..............

Nathan berlari ke arah penonton berharap sambutan bahagia Diandra sebab ia sudah menjanjikan goal untuk wanita yang telah menyita semua perhatiannya itu.
Namun dari kejauhan Nathan mematung, senyumnya musnah saat melihat Diandra sedang bercanda mesra dengan seorang pria. Mereka bahkan saling berbisik sangat dekat. Selebrasi Nathan berhenti, matanya nanar. Teman-teman nya mengejarnya memeluk dan memberi selamat. Namun hatinya terasa sesak. Ia kembali ke posisinya semula tanpa kegembiraan, rasanya sia-sia semua tenaga yang telah ia kerahkan. Baginya seribu sorak-sorai untuk goalnya bukan apa-apa tanpa tatapan bangga Diandra. Karena hanya itulah motivasinya bermain bola hari ini.

Wanita cantik seperti Diandra nyatanya menjadi magnet bagi laki-laki di sekitarnya. Di tambah sifatnya yang supel, ia banyak memiliki teman dan mudah di sukai banyak orang. Sampai-sampai ingin memilikinya. Dan tanpa sengaja malam itu saat sedang melihat pertandingan sang adik, Diandra bertemu dengan seniornya di kampus dulu. Seorang laki-laki berkumis dengan wajah teduh dan dewasa memakai setelan jersey bola, sepertinya ia juga baru selesai bermain sepak bola karena rambutnya masih basah karena keringat.

Laki-laki itu bernama Thom, Thom Haye. Seorang duda tanpa anak, ia dulu adalah senior Diandra di fakultas hukum. Thom adalah idola para mahasiswi hukum pada masanya. Garis ketampanan nya belum hilang meski ia sekarang sudah hampir berkepala empat. Namun dari sebegitu banyak yang mengidolakannya ia justru menyukai adik tingkatnya bernama Diandra, gayung tak jua bersambut Diandra bahkan tak meliriknya sama sekali. Hingga lulus dan menjalani hidup masing-masing Thom masih belum bisa melupakan Diandra.
Malam itu mungkin malam keberuntungan Thom, ia bertemu kembali bidadari kampusnya. Dan ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

"Diandra Ferdinan? "
Sapa Thom memastikan, sebab ia tak bertemu sejak lama dengan Diandra . Dan yang ia lihat sekarang, wanita itu jauh berubah menjadi sangat amat cantik.

"Iya"
Diandra melirik. Dan sedang berfikir keras siapa gerangan laki-laki ini menyapanya dengan wajah yang begitu familiar.

"Inget aku ngga?, siapa coba tebak"
Thom tersenyum sembari duduk dekat Diandra sambil membetulkan rambutnya yang sebenarnya sudah rapi. Karena sebenarnya Thom juga sangat gugup bertemu wanita yang ada di hadapannya.

"Kalo gitu kenalan lagi aja. Saya Thom Haye"
Thom yang menahan senyum sambil menawarkan sebuah jabatan tangan.

"Hah? Mas Thom? Really? Aku pangling sekarang pake kumis"
Diandra terkejut sambil menutup mulutnya.

Tangannya kemudian menyambut tangan Thom dengan remasan di punggung tangan karena begitu terkejutnya Diandra sekaligus senang. Sorak sorai penonton dan para pemain yang begitu berisik membuat Diandra reflek mendekatkan telinganya ke arah Thom menjadikan mereka bagai berbisik mesra dan itulah yang di lihat Nathan tepat usai ia melesakan goal yang ia tujukan untuk Diandra.

"Keren kan umpan gue"
Lino berlari menyenggol Nathan.

Nathan hanya mengangguk tanpa ekspresi.

"Nanti gantian umpanin gue yaa, ada Kesha bro, gue mau nge goalin buat dia"
Ucap Lino kemudian meninggalkan Nathan untuk ikut bertarung kembali mendapatkan bola.

Mata Nathan menyapu penonton untuk mencari Kesha yang baru saja di sebut Lino. Perempuan cantik berambut lurus yang menjadi idaman sahabatnya. Kesha membalas pandangan Nathan yang dingin ketika mata mereka beradu. Kesha adalah teman sekantor mereka, dan baru saja ia menunjukan ketertarikannya dengan Nathan secara terang-terangan padahal Lino susah payah mengais perhatian Kesha.

Ini memang rumit, Lino begitu menginginkan Kesha, namun Kesha hanya tertarik pada Nathan. Lalu Nathan, baginya hanya ada Diandra.
Dan Diandra???



Lanjut ngga nih?

MinefielsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang