Splash

1.2K 89 8
                                    

Sinar matahari yang telah menghangat menembus jendela. Nathan dapat merasakan silaunya, perlahan ia mulai membuka matanya yang masih berat. Kepalanya masih terasa pusing, namun demam di badannya sudah turun. Ia meraih handphone nya, Lino telah mengirim pesan agar ia istirahat saja dan akan mengurus ijin dirinya di kantor.

Samar-samar ia mengingat kejadian tadi malam. Aroma lily dan Wild berry yang masih bisa ia cium di badannya mengingatkannya bahwa tadi malam bersama Diandra bukan hanya mimpi semata. Nathan melenguh, sedikit menyesali perbuatannya yang sangat kekanak-kanakan. Ia kemudian melangkah turun, Diandra sudah tidak ada. Pastilah ia sudah berangkat bekerja. Sebuah mangkuk berisi bubur dan beberapa butir obat ditinggal di atas meja dengan sebuah catatan

Nathan, dimakan yaa, obatnya jangan lupa. Minum air yang banyak.

                                                    Diandra
                                                

Nathan tersenyum melihat pesan itu. Bahkan tulisannya saja cantik, gumamnya. Ia tentu saja mematuhi perintah Diandra untuk makan bubur dan minum obat.

***

"Ohh, jadi Nathan nginep dirumah kamu? "
Tanya Kesha kepada Lino saat istirahat makan siang.

"Iyaa, semingguan lah. Ini anaknya lagi sakit. Kata kaka gue pas dia pulang udah demam"
Jawab Lino menjelaskan.

"Undangan maen ke rumah lo masih berlaku ngga? Gue jadi penasaran sama rumah lo kayak gimana"

"Kapan-kapan lah gue ajak, tim gue lagi hectic banget. Lembur melulu"

"Ohh oke"
Ucap Kesha singkat. Namun informasi penting dan berharga ini tak akan ia sia-siakan. Setelah jam makan siang berakhir ia segera menuju ruang HRD untuk bertemu temannya di bagian itu dan mengulik dimana alamat Lino. Setelah ia mendapatkannya dengan bantuan dari temannya itu juga ia berhasil mendapatkan ijin pulang cepat dengan alasan ada keperluan keluarga yang mendesak.

***

Dapur telah bersih, bahan persiapan makan malam sudah siap. Dan semua di lakukan Nathan dengan bahagia, membayangkan Diandra pulang dan melihat apa yang telah ia lakukan. Nathan memutar video memasak steak, ia berencana memasak untuk Diandra dan Lino. Ia bahkan sudah berbelanja bahan-bahannya.

Beberapa saat kemudian, saat Nathan sibuk membuat puding, suara mobil Diandra masuk ke garasi. Nathan mengintip dari jendela, Diandra mengeluarkan beberapa pot bunga dari bagasi mobilnya. Nathan segera beranjak keluar untuk membantunya. Hari ini Diandra memang memutuskan untuk libur bekerja karena sebenarnya ia masih khawatir meninggalkan Nathan yang semalam demam tinggi, lalu ia juga berencana membenahi taman depan rumahnya yang tampak gersang karena beberapa tanaman terlihat tidak terurus.
Tanpa sepatah kata Nathan keluar dari rumah dan membantu Diandra mengeluarkan semua tanaman dari mobil. Tubuh Diandra jadi terdorong mundur menyaksikan betapa sigapnya Nathan dengan lengan besar dan tangannya yang kekar memindahkan tanaman dan potnya tersebut.

"Nathaaannn, emang udah sembuh? "
Tanya Diandra dengan alis berkerut karena heran melihat Nathan begitu segar padahal kemarin malam wajahnya sangat pucat.

Nathan hanya mengangguk dan bahkan tidak melirik ke arah Diandra. Ia tahu bahwa bila memandang wajah gadis itu ia bisa mendadak menjadi gugup.

"Beneran? "
Tanya Diandra memastikan dengan menyentuh dahi Nathan dan dahinya secara bersamaan untuk membandingkan suhunya. Ia merasakan suhunya sudah normal, kepala Diandra mengagguk-angguk puas.

Dan benar saja, sentuhan Diandra yang mendadak, membuat Nathan bagai di sambar Petir. Ia tiba-tiba mematung gugup memandangi wajah ayu di hadapannya. Namun, di tengah kegugupannya, ia kumpulkan sisa-sisa keberanian untuk menggoda Diandra.

"Sembuh lah, kan kemarin malem di peluk bidadari"

Seketika pipi Diandra memerah dan melahirkan senyum di pipinya. Suasana mendadak menjadi canggung. Diandra yang sedari awal penuh percaya diri menatap mata Nathan jadi mengalihkan pandangannya karena tersipu malu. Mereka jadi mengingat kejadian tadi malam. Betapa Nathan dengan manjanya minta terus di temani Diandra. Dan sentuhan-sentuhan itu membuat siapapun yang mengingatnya menjadi salah tingkah.
Helaan nafas Diandra membuyarkan pikirannya pada kejadian malam itu. Ia beranikan lagi menatap Nathan yang mulai berani menggodanya.

"Awas ya"
Tangan Diandra meraih selang yang ada di belakangnya. Rupanya Nathan sudah membaca gerakannya. Diandra berniat menyemprotkan air ke arah Nathan. Namun Nathan dengan sigap berlari ke arah belakang Diandra dan menghentikan gerakan tangannya. Semprotan air itu mengenai mereka berdua, karena Diandra terlanjur menyalakan airnya. Mereka berdua telah basah kuyup dengan air. Tawa mereka pecah, jarak dan kecanggungan antara mereka memudar.

Mata Diandra tiba-tiba terasa perih, ada sesuatu yang masuk ke matanya. Ia segera melepas selang yang ia bawa. Tangannya mengucek-ucek matanya yang terasa perih. Nathan menyadari hal itu, langsung menghentikan tangan Diandra dan menyingkirkan nya untuk melihat lebih jelas
sumber masalahnya. Tangan Nathan mengusap wajah Diandra yang basah, kini ia mendekatkan bibirnya ke wajah Diandra. Diandra menurut ketika tangan Nathan mengarahkan wajahnya ke atas karena perbedaan tinggi badan mereka. Dengan pelan Nathan meniup mata Diandra yang tengah kelilipan itu.

"Thankyou "
Diandra mengedip kedipkan matanya yang terasa jauh lebih baik.

"Coba saya liat lagi "
Ucap Nathan kembali melihat mata Diandra. Dan Diandra dengan senang hati
menengadah kan wajahnya untuk di periksa Nathan. Ia bisa melihat wajah Nathan dengan jelas, dengan setengah rambut yang basah karena permainan konyol mereka.

"Katanya kalo yang satu di tiup, yang satunya juga harus di tiup"Ucap Diandra manja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya kalo yang satu di tiup, yang satunya juga harus di tiup"
Ucap Diandra manja.

Senyum mengembangkan di wajah Nathan ketika mendengar permintaan Diandra tersebut. Ia kemudian mengabulkannya. Sesaat kemudian mereka saling tertawa, menertawakan kekonyolan mereka yang bak anak kecil. Melihat tawa Diandra yang lepas, tangan Nathan mengusap kepala Diandra dan mendekap Diandra di dadanya.
Diandra kemudian menyambut dekapan itu dengan melingkar kan tangannya di pinggang Nathan. Detak jantung tak beraturan, membawa kemesraan pada sebuah debar rasa tak biasa.

Yaaa.... Itu cinta, kebingungan Nathan tentang perasaannya akhirnya terjawab bersama rasa nyaman yang di tawarkan Diandra.

"Heh bule, udah aku peluk nih, bantuin berkebun yaa"
Ucap Diandra yang masih dalam dekapan Nathan.

"Okay"

Dari kejauhan sepasang mata mengawasi mereka. Kesha berdiri mematung di luar pagar, menyaksikan dua insan sedang asik bermesraan. Ada perih mengakar jauh dalam lubuk hatinya. Melihat Nathan begitu bahagia disamping seorang perempuan.
Siapa wanita cantik di rumah Lino itu? yang berhasil membuat Nathan yang dingin bisa mencair hingga begitu hangat.










Belum jadian udah peluk-pelukan aja, ngga bisa di biarkan ini?
Enaknya kita apain ini mereka?
Komen yaa!!
kalo ngga aku bikin jadian sama orang lain mereka ini 😝

MinefielsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang