Reason

678 67 28
                                    

Setelah kalimat dingin dari Nathan terlontar, ia benar-benar menuruti permintaan Diandra untuk sedikit menjauh. Hari itu Nathan sangat lelah karena lembur bekerja di tambah sikap Diandra yang susah di tebak membuatnya sedikit kesal. Maka mulai malam itu komunikasi mereka jadi terbatas. Nathan mulai mengurangi intensitasnya mengirim pesan dan menelpon Diandra. Ia jadi penasaran bagaimana sikap Diandra setelah ini.

Sehari, dua hari begitu berat untuk Nathan tidak mendengar suara Diandra. Rasa rindunya amat berat apalagi ia tidak bisa melupakan malam pertamanya bersama Diandra yang begitu membekas. Begitupun Diandra, harinya begitu sepi tanpa Nathan ia berulang kali mengecek ponselnya berharap Nathan mengirim pesan lucu untuknya seperti yang biasa laki-laki itu lakukan.

Nathan berulang kali mengetik sebuah pesan untuk Diandra namun berulang kali juga ia menghapusnya. Mengganti kalimatnya, lalu menghapusnya lagi. Matanya terpejam merasakan kebingungan. Ia dilanda rindu yang hebat. Belum pernah sekalipun ia merasakan tersiksa sebegitu hebatnya oleh sebuah perasaan.

Ivar menepuk pundak Nathan, ia mengingatkan Nathan untuk segera bergegas karena mereka akan makan malam bersama merayakan ulang tahun Justin di sebuah restoran.
Beberapa teman kantor datang, teman-teman sepak bola mereka juga datang ikut merayakan ulang tahun Justin. Acara malam itu sangat seru, Nathan terlupa sejenak dengan masalahnya.

"Wow siapa yang datang ini? "
Ucap Ivar menyambut seorang tamu yang datang.

Wanita yang sangat tidak asing untuk mereka. Diandra, kakak sahabat mereka Marselino. Diandra datang membawa sebuah kado yang menjadi titipan Lino untuk Justin. Ia masih memakai baju kantor karena ia baru saja pulang bekerja. Justin menyambut Diandra yang datang dengan sebuah pelukan yang tentu saja membuat Nathan yang menatap bergetar hatinya.

"Makasih ya kak"
Ucap Justin saat menerima hadiah yang di bawa Diandra.
Mata Nathan tak bisa lepas dari sosok yang begitu ia rindukan itu, ia menanti seharian untuk hanya mengirim pesan tapi sekarang wanita itu sudah duduk di hadapannya.
Diandra sebenarnya menolak untuk duduk dan ingin langsung pergi, namun Justin memaksanya untuk hanya minum wine karena Diandra sudah berusaha datang.

Saat wine itu di tuangkan oleh Nathan ke gelas Diandra. Mata mereka beradu, saling menggali mencari apakah ada rindu disana. Jika perasaan Diandra sudah tentu milik Nathan, maka Nathan akan dengan bangga memperkenalkan wanita itu adalah miliknya kepada teman-temannya. Namun, sampai sekarang belum ada kejelasan soal hubungan mereka.
Diandra tau Nathan menatapnya begitu tajam, jantunya berdegup tak karuan. Hunter eyes itu seperti menelanjanginya. Pikiran liarnya menggerayang jauh. Andai saja keraguan dalam hatinya bisa ia redam dan ia percaya pada cinta Nathan tanpa memikirkan resiko apapun. Maka ia akan menuju ke arah Nathan untuk berbagi wine yang mereka teguk bersama lewat sebuah pagutan bibir. Diandra tentu tidak bisa lupa, ciuman Nathan malam itu yang begitu penuh hasrat.

Diandra tak bisa berlama-lama disana, telepon dari Becky membuatnya harus segera bergegas pergi. Setelah berpamitan Diandra melangkah pergi. Nathan tak tinggal diam, ia mengikuti dari belakang. Menahan langkah Diandra dengan menggenggam tangan wanita itu.

"Saya antar pulang"
Ucap Nathan saat meraih tangan Diandra.

"Aku udah di jemput Becky ada kerjaan mendadak"
Diandra melepas tangan Nathan di pergelangan tangannya dan meninggalkan Nathan yang terdiam di tempatnya. Nathan hanya bisa terdiam melihat Diandra berlalu.
Becky sudah menunggu Diandra, mereka harus segera berada di kantor polisi untuk mendampingi seorang klien yang secara mendadak menelpon.

"Kasus apa ini Bek? "
Tanya Diandra membuka map yang di berikan Becky.

"Penganiyayaan, pelaku udah banyak punya catatan kriminal. Enggak tau kenapa selalu lolos. Mungkin karena pengacaranya"

MinefielsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang