Prolog.

36.7K 1.7K 61
                                    

Hallo!! Σ>―(〃°ω°〃)♡→

Selamat membaca, semoga suka yahh ^ω^

.
.

Skyler Asofa. Seorang anak laki-laki yang berusia 4 tahun, Sky adalah bocah penjual gorengan yang memiliki paras yang indah. Kedua pipi bulat milik Sky menjadi daya tarik yang kuat untuknya, siapapun yang melihatnya mungkin saja ingin mengecup dan mencubit pipinya.

Sky tinggal dengan seorang wanita paruh baya di sebuah rumah kayu yang kecil. Nek Arum adalah nama wanita paruh baya itu, Nek Arum merawat Sky sedari bayi. Sky ditemukan Nek Arum ketika ia sedang menjual gorengan di dekat jembatan. Awalnya Nek Arum ingin menitipkan Sky pada panti asuhan namun, melihat mata bulat si bayi mungil yang menatap Nek Arum dengan polos membuat ia tidak tega dan memilih merawatnya.

" Enek, cekai mau jual golengan duyu na. " ucap si bocah cilik pada neneknya yang sedang terbaring lemah di kasurnya.

Sudah dua hari Nek Arum sakit-sakitan membuat dirinya tidak bisa membantu Sky untuk berjualan. Biasanya jika Nek Arum dalam keadaan sehat ia dan cucu kecilnya akan berjualan bersama. Nek Arum sebenarnya tidak tega jika harus melepas Sky berjualan sendiri. Namun, si kecil bersikeras meyakinkan dirinya jika ia bisa berjualan sendiri. Bagaimanapun mereka harus memiliki uang untuk makan dan membeli obat, kira-kira itulah pikir si kecil.

Tangan keriput milik Nek Arum mengelus surai hitam milik Sky. " Hati-hati ya nak, ingat pesan nenek. Jangan berjualan di jalan besar, cukup di pinggir jalan dekat warung bu ima saja ya?"

Sky menatap neneknya, ia mengangguk patuh .

Setelah berpamitan dengan Nek Arum, Sky mulai berjalan keluar untuk menawarkan dagangannya. Sesekali Sky bersuara untuk menarik pelanggan.

" Golengan enak. "

" Ayo cemuanya eli golengan na cekai. "

Sesekali Sky berhenti ketika ada seseorang yang hendak membeli gorengannya, ia dengan senyuman manis melayani pelanggan dengan baik. Tidak jarang juga ada yang mencubit pipi gembil milik Sky.

Si kecil hanya membalas dengan senyuman manis. Ia tidak masalah sama sekali, karena cubitan yang ia dapat tidaklah sakit. Sky tau mereka sangat gemas dengan dirinya.

" Udah banyak yang beli nak? " Tanya bu ima pada Sky yang tengah berdiri di dekat warungnya.  Bu ima ini seorang pedagang warung nasi yang sering membantu Sky dan Nek Arum.

" Eung, cikit agi mbu. " Jawab Sky setelah melihat gorengannya memang hanya tinggal beberapa.

Bu ima mengambil sebotol air putih dan memberikannya pada Sky yang terlihat lelah.

" Acihh~ mbu. " Bu ima hanya menganggukan kepalanya.

Sky duduk di kursi kecil yang memang bu ima sediakan untuk Sky dan Nek Arum beristirahat di samping warung.

...

Pukul 14.00

Gorengan milik Sky akhirnya habis terjual, Sky kembali untuk pulang melewati jalan yang biasa ia lewati. Sky berjalan sambil bersenandung riang, ia sesekali melompat seperti katak.

" Banana ca ca~."

" Banana ca ca~."

" Oyang la la la wuusss~."

Lagu itu Sky hafal karena sering menontonnya di warung bu ima, Sky sangat suka sekali dengan si kecil Pororo dan kawan-kawannya.

Sedang asik-asiknya bersenandung, tiba-tiba Sky menghentikan langkah kaki kecilnya. Ia terdiam ketika mendengar sesuatu ,sebuah suara yang entah dari mana. Suara itu seperti orang yang sedang kesakitan membuat Sky mengerutkan keningnya, Sky menatap kesekitar jalan. Ia mengamati semua sudut di jalan itu.

Sky menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang kurang jelas, Semenit kemudian ia membulatkan kedua matanya terkejut. Dibawah pohon pisang Sky bisa melihat dengan jelas ada seseorang yang sedang terbaring lemah sambil memegang perutnya.

Sky yang memang memiliki kepedulian yang tinggi tampa berlama-lama ia menghampiri orang itu, Sky yang polos tentu saja tidak berfikir orang itu jahat atau baik. Karena menurut Sky, jika ada orang yang meminta pertolongan ia harus membantunya agak kelak jika ia mengalami kesulitan akan ada juga yang menolongnya.

" Mbang, cakit peyut na? " Sky berjongkok di samping orang itu yang ternyata seorang pemuda tampan namun, memiliki luka di wajahnya.

Pemuda itu meringis kecil, ia membuka kedua matanya ketika mendengar suara halus yang entah bagaimana bisa membuat hatinya menghangat.

Tatapan polos yang bisa meluluhkan siapapun itu sedang menatap kearahnya dengan sendu. Ia bisa melihat kedua mata itu memancarkan kekhawatiran.

" Bang, janan tidul dicini. Ayo tidul di lumah cekai caja. " Ajak si kecil pada pemuda yang sedari tadi hanya berdiam diri tidak mengeluarkan sepatah katapun.

Lucu.

Pemuda itu terlalu tenggelam dalam pesona Sky sampai ia mengabaikan tubuhnya yang butuh pengobatan. Sky yang melihat pemuda itu melamun akhirnya memegang pipi tirus milik si pemuda dan mengelusnya pelan.

Hal itu menyadarkan si pemuda dari acara ' mari menatap pesona seorang Skyler Asofa'

" Aku tak apa, sssh. " Ujar pemuda itu sambil meringis ketika mencoba duduk. Sebenarnya luka ditubuhnya tidak terlalu sakit, ia hanya sedikit lelah dan akhirnya ia terbaring di jalanan. Entah apa yang akan di katakan kembarannya jika melihat ia terdampar seperti gembel.

Pemuda itu menatap kearah bocah kecil yang menatapnya polos, ia berdehem pelan dan berkata ," Apa aku boleh singgah sebentar dirumah mu kecil? Maksud ku, sampai jemputan ku tiba. " Pemuda itu menggigit bagian dalam pipinya. Sial, tatapan apa itu. Sungguh menggemaskan. Batinnya.

Sky sebenarnya tidak terlalu mengerti apa yang pemuda di depannya ini ucapkan, tapi ketika mendengar kata 'rumah' Sky mulai mengerti. Mungkin saja pemuda itu ingin beristirahat dirumah Sky dan Nenek.

" Oleh caja mbang, jum belangkat. " Sky berdiri sambil membantu si pemuda itu untuk berdiri.

Pemuda itu memandang Sky dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tersenyum miring.

Menarik.

.
.
.

Ini cerita pertama ku. Ada yang tertarik ngga? Hm, Mau next?.... >

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang