3.🐏

19.7K 1.4K 18
                                    

Selamat membacaa ♥

.
.
.

" Kemarin gue ga sengaja ketemu Arlo." Ujar Areksa membuat ketiga temannya menghentikan kegiatan yang sedang mereka lakukan.

Pandu yang sedang bermain ps dengan rusuh, Kaiser yang bermain handphone, dan Sagan yang sedang menunggu kabar dari adik kembarnya. Mereka terdiam.

Kaiser mengepalkan tangannya ketika mendengar nama seseorang yang sangat ia benci. " Jangan sebut nama itu. " Dengan datar Kaiser membalas ucapan Areksa membuat pria itu mengalihkan pandangannya karena cukup ngeri dengan tatapan tajam Kaiser.

" Maaf, gue lupa. "

Sagan hanya tersenyum tipis, ia sudah lama menantikan pemuda itu kembali.

Melihat suasana yang cukup suram, Pandu dengan usil melemparkan mainan kecoa ke arah Areksa, membuat pemuda itu terlonjak kaget dan terjatuh.

Pandu tertawa kecang.

" Sialan lo jamal. " Ucap Areksa dengan sengit. Ia memandang Pandu dengan kesal. Pandu dengan keusialannya memang mengesalkan.

" BAPAK GUE DIEM AJA WOI!" Dengan emosi Pandu melemparkan bantal ke arah Areksa yang sudah kembali duduk di sebelah Kaiser.

Bantal itu mendarat dengan sempurna pada wajah tampan Ar-

Kaiser.

" Mampus gue. " Lirih Pandu ketika melihat tatapan mematikan milik Kaiser.

" Ck, sialan. " Pandu langsung berlari ke lantai dua ketika melihat Kaiser berdiri.

" MAAF KAI, SALAHIN SI USEP. GUE GA SENGAJA, PLIS JANGAN MAKAN GUE! " Pandu berteriak dengan panik. Padahal Kaiser berdiri karena akan pergi ke dapur, ia merasa haus bukannya ingin membalas kelakuan Pandu.

Sagan dan Areksa saling pandang dan berucap.

" Bodoh. "

Beruntung Pandu tidak mendengar ucapan itu, jika ia tau mungkin saja Pandu akan mendiami mereka berdua.

...

Sky menyembunyikan tubuh kecilnya di balik tubuh Sehan, si kecil menatap Stevan dengan takut. Ketika Sky mengingat siapa itu Stevan, ia dengan cepat menarik Sehan untuk duduk di hadapannya agar ia bisa bersembunyi.

Sehan memandang papanya dengan bingung. Apa sebelum bertemu dengannya, Sky sudah lebih dulu bertemu papanya? Jika ia, Sehan dengan cemberut menatap papanya dengan tajam.

" Kenapa? " Tanya Stevan pada anaknya yang menatap dirinya dengan permusuhan.

" Papa udah pernah ketemu Sky? Kenapa Sky takut sama papa? Apa papa ngelakuin sesuatu ke Sky ? Jawab pa! " Stevan mengusap wajahnya dengan pelan, anaknya yang satu ini mengapa cerewet sekali.

Iruka terkekeh geli, memang jika berada di rumah Sehan akan menjadi pribadi yang berbeda. Ia akan lebih banyak menunjukkan ekspresinya.

" Satu-satu tanyanya sayang." Iruka menghampiri Sehan, ia mengelus surai anaknya dengan sayang.

Cup

Kecupan yang Iruka berikan di keningnya membuat kedua pipi Sehan memerah. Ia malu sunggu. " Maa~."

Iruka hanya tersenyum.

Tatapan lembut Iruka beralih pada Sky yang menatapnya dengan penasaran. " Anak manis, kenapa takut sama om jelek itu? " Ucap Iruka sontak membuat Stevan membulatkan matanya.

Jelek katanya? Jika ia jelek mungkin saja Iruka tidak mau menikah dengannya. Hei! Dia ini pria paling tampan dan populer ketika masih menuntut ilmu di kampusnya dulu.

Sky menarik baju yang di pakai Sehan, Sehan yang mengerti tatapan yang Sky berikan menganggukkan kepalanya pelan.

" Eum, om celam pelnah beltemu cekai caat cekai agi jual golengan. Om ni eli cemua jualan na cekai, api na om ni ilang cekai ebol! Telus, cekai kecal adi na cekai injak caja kaki na om ni. Om celam tu malah cama cekai. " Jelas si kecil membuat Stevan mengingat kembali pertemuan nya dengan seorang bocah penjual gorengan yang berani menginjak kakinya yang terbalut sepatu hitam. Jadi dia bocah cebol itu.

Sehan menahan tawanya, ia merasa lucu saat melihat berbagai ekspresi yang Sky keluarkan ketika menceritakan kronologi pertemuannya dengan sang papa.

Di siai lain, Iruka yang sudah kepalang gemas langsung menggendong Sky dan mendaratkan beberapa kecupan pada pipi, kening, dan hidung mungil si kecil.

" Ante, cudah eli." Protes si kecil membuat Iruka menghentikan kegiatannya.

" Maaf ya sayang, abis anak manis ini lucu sekali. " Balas Iruka dengan tertawa kecil. Sky memandang Iruka dengan alis mengkerut, si kecil memandang Iruka dengan bingung.

" Ni cekai. Ukan anak manic, ante canci. " Si kecil menunjukkan dirinya sendiri dengan tangan mungilnya. Namanya Sky bukan Anak manis, begitulah pikir si kecil.

Stevan mendengar itu mendengus geli, ia membenarkan letak dasinya dan berjalan ke arah istrinya yang sedang menggendong buntalan bulat yang selama ini memenuhi pikirannya.

" Jadi, kau bocah cebol itu ." Suara berat itu membuat Sky menoleh ke arah samping, ia memandang Stevan dengan cemberut.

" Maap om, cekai calah kalena injak kaki na om. Api na om na nakal, cekai nda cebol au. "

Stevan mencolek hidup mungil Sky. Ia ingin memeluk tubuh kecil itu, tapi ia takut jika lengannya bisa melukai tubuh rapuh itu.

" Kalau bukan cebol apa? Pendek? Kecil? " Sehan merasa aneh dengan papanya. Kalau untuk anak seusia Sky memiliki tinggi yang setara dengannya apa itu tidak menakutkan?

" Papa jangan aneh-aneh deh, wajar Sky kecil dia saja masih anak-anak. " Seru Sehan tidak terima ketika melihat si kecil menatap ke arahnya dengan sedih seperti meminta pertolongan.

" Kamu diem aja, ga di ajak. " Balas Stevan dengan datar.

Iruka tersenyum manis melihat pemandangan yang jarang di perlihatkan suami dan anaknya.

Sebenarnya ketika ia mendengar ucapan Sky yang mengatakan jika si kecil menjual gorengan membuat Iruka bingung. Namun, ada pertanyaan yang ingin sekali Iruka tanyakan.

" Sehan, dimana orang tua Sky?. " Pertanyaan mamanya membuat Sehan menegang, ia dengan kaku menatap ke arah Sky yang sudah gemetar dengan mata yang berkaca-kaca. Mungkin Sky mengingat kembali tentang neneknya.

" HUWAA ENEK."

.
.
.

Haloo aku mau ngucapin makasih banget buat yang baca sama komen, aku seneng liatnya hehhe. Oh iya, ini cerita pertama aku. Maaf ya, kalau kurang nyaman di baca atau alurnya terlalu lambat. Pokonya love buat kalian ♥

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang