15.🐰

13.9K 1.2K 41
                                    

.
.

Devan akhirnya bisa bernafas dengan lega ketika keempat pawang milik si kecil diusir keluar oleh Rose.

Ketika ia memeriksa si kecil, setiap kali tangannya menyentuh sedikit saja bagian tubuh si kecil para pria Damor menatapnya dengan tajam. Begitupun dengan Ash yang terlihat ingin menerkam dirinya.

Devan jadi teringat peristiwa yang membuatnya trauma untuk masuk kedalam mansion Sergio. Yaitu, ketika ia tidak sengaja pernah menginjak buntut serigala besar kesayangan sang Tuan rumah.

Jadi, ia tidak heran jika serigala itu memandangannya dengan tatapan yang seakan-akan ingin memakan dirinya.

Mungkin saja Ash masih memiliki dendam pada Devan.

" Ada keluhan lain, Mochi? " Tanya Devan pada anak laki-laki yang berbaring di ranjang dengan menggenggam tangan mamanya.

Boneka yang ia maksud ternyata seorang anak laki-laki yang memiliki paras yang indah dan lucu. Selama ia memeriksa si kecil tidak hentinya Devan berucap gemas di dalam hatinya.

" Nda, pucing caja Cekai. " Balas si kecil malu-malu, baru kali ini ia bertemu dengan seseorang yang tidak ia kenali selama tinggal disini.

Devan menolehkan kepalanya, tatapannya bertemu dengan tatapan Stevan yang seolah mengatakan Jauh-jauh dari boluku.

Dengan ekspresi mengejek Devan tersenyum konyol.

" Pintar sekali Mochinya, Om. " Devan mengelus rambut si kecil mengabaikan tatapan datar yang di layangkan Sergio dan Stevan.

" Turunkan tangan mu, Dev. " Dengan patuh Devan menurunkan tangannya, jika yang berbicara itu Stevan mungkin ia akan sedikit berani. Tapi, jika itu Sergio maka Devan akan mundur pelan-pelan.

Dirinya tidak berani pada Sergio.

Devan berdehem kaku, ia membenarkan letak dasinya agar merasa lebih tenang, " Kalian tidak usah khawatir, si kecil akan segera membaik. Oh iya, ini resep obat dan vitamin yang harus kau tebus, Stev. "

Di kamar saat ini hanya ada Sergio, Rose, Stevan, Iruka, Devan, dan Skyler.  Tadinya Rose ingin mengusir anak dan suaminya itu juga, tapi si kecil merengek ingin ditemani oleh Papa dan Opanya.

" Ma, Cekai nantuk. " Lirih si kecil, saat dirinya ingin menguap dengan sigap Iruka langsung menutup mulut si kecil.

Si kecil sudah merasa lebih nyaman karena obat yang di berikan oleh Devan. Tapi, obat itu Devan hanya membawannya sedikit. Jadi, ia menyuruh Stevan untuk menebusnya lagi.

Iruka berbaring di sebalah anak bungsunya, ia menepuk-nepuk punggung Sky dengan lembut. Sesaat kemudian si kecil sudah tertidur pulas.

" Pulanglah. " Ujar Stevan kepada Devan, membuat sang empu menatapnya dengan melongo.

Hei! Mengapa sahabatnya itu sangat kejam dengan dirinya.

" Pulang? "

Enak saja dirinya disuruh pulang, padahal dirinya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk sampai di mansion dengan tepat waktu. Belum lagi saat dirinya sampai dengan tidak elitnya Stevan malah menyeretnya, lalu ia di marahi oleh Sergio dan Sehan.

Bisa-bisanya Stevan mengusirnya begitu saja, ia sangat amat menolak. Stevan begitu tidak berperikepersahabtan part 2.

" Tidak mau, enak saja disuruh pulang. Minimal es teh gitu. " Ucap Devan dengan gumaman di akhir kalimatnya.

" Beli sendiri. " Balas Stevan saat mendengar gumaman sahabatnya itu.

Rose menggeleng dengan pasrah, memang Stevan dan Devan ini jika bersama akan selalu ribut. Tapi, jika berjauhan mereka akan saling menrindukan.

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang