13.🐰

14.8K 1K 48
                                    

.
.

Keempat pasang mata itu memberikan tatapan tajamnya pada seseorang yang sudah berani menarik perhatian si kecil.

Reyker merasa tida peduli akan tatapan tajam yang mengarah padanya, ia tengah asik menonton kartun dengan bocah imut di pangkuannya.

" Mbang, lihat cekai cuka cekali engan pololo. " Ucap si kecil dengan antusias. Reyker dengan baik mendengarkan setiap celotehan yang keluar dari mulut si kecil.

Setelah insiden Reyker mimisan, mereka bertiga memilih untuk pulang karena si kecil sudah merasa kurang nyaman. Mereka tiba di mansion bertepatan dengan Stevan yang pulang dari kantor dan si kembar yang pulang dari sekolah.

Untuk mainan yang Sky mau, Seno sudah menyuruh penjaga miliknya untuk memborong semua mainan di toko tersebut. Ia bisa mengajak adiknya lagi nanti untuk memilih mana mainan yang adiknya sukai.

Sky sangat menempel dengan Reyker lantaran si kecil berpikir jika Reyker sakit dan butuh seseorang untuk selalu di dekatnya. Seperti yang biasa neneknya lakukan ketika Sky sakit dulu.

" Harusnya papa usir aja bang Rey. " Kesal Sehan, ia jadi tidak bisa bermanjaan dengan adiknya karena drama yang di mainkan Reyker. Berpura-pura sakit.

Sagan mengangguk setuju dengan ucapan adiknya, begitupun dengan Seno.

Iruka yang berada di dekat mereka hanya menggelengkan kepalanya, ini baru satu saja sudah membuat mereka merasa kesal. Belum lagi jika semuanya sudah tiba disini, entah keributan apa saja yang akan terjadi nanti.

" Rey, kamu kenapa kabur dari mansion? " Tanya Iruka.

Reyker menghentikan elusan pada rambut lembut Skyler, ia menghela nafa dengan berat. Ada alasan mengapa ia kabur dari mansionnya.

" Biasa ma, Mora sama Alisa berantem lagi. Rey capek dengernya, belum lagi mommy yang suka belain Alisa ketimbang belain Mora. Mending Rey disini, nanti juga mereka menyusul. " Balas Reyker dengan acuh.

Iruka sudah menduganya, ia juga heran dengan kakak iparnya yang lebih membela keponakannya itu dari pada putri kandungnya.

" Apa gadis itu tidak lelah untuk mencari perhatian? " Ujar Stevan, ia paling tidak suka dengan seseorang yang sering mencari perhatian. Salah satunya adalah keponakan dari kakak iparnya.

Sehan tersenyum miring, " Bukankah itu sifat alaminya, Pa. "

" Sama seperti ibunya. " Lanjut Sagan dengan datar.

Memang diantara keluarganya, hanya Stevan, Sagan, Sehan, Reyker, dan Mora yang dengan terang-terangan memperlihatkan ketidaksukaannya pada kehadiran Alisa. Tentunya mereka memiliki alasan mengapa mereka tidak menyukai kehadiran Alisa.

Berbeda dengan Iruka, Sergio, Rose, dan yang lainya, mereka netral.

Iruka menoleh ke arah bungsunya yang sedari tadi diam, " Bang, adek kenapa? " Tanya Iruka pada Reyker karena posisinya Sky bersandar pada dada bidang Reyker.

Reyker menoleh ke bawah, ia memperhatikan adiknya yang hanya diam. Dengkuran halus terdengar di telinga mereka membuat semuanya terkekeh gemas.

Ternyata si kecil tertidur.

" Sini biar Mama bawa adek ke kamar. " Saat Iruka hendak mengambil alih si kecil, tangan besar seseorang lebih dulu membawa si kecil ke dalam gendongannya.

" Biar aku aja, sayang. " Ucap Stevan membuat Iruka tersenyum manis.

" Sehan ikut, mau tidur siang sama adek. " Sehan berseru, ia langsung bangkit dari duduknya dan mengikuti langkah kaki Papa dan Mamanya.

Di ruang keluarga hanya tersisa Sagan, Seno, dan Reyker.

" Kapan mereka datang? " Tanya Seno, Reyker hanya mengangkat bahunya dengan acuh. Dirinya pun tidak tau kapan keluarganya akan tiba.

" Aku tidak akan membiarkan gadis itu ikut tinggal disini. " Sahut Sagan dengan datar.

" Tenanglah, aku sendiri yang akan mengusir gadis itu jika ia memaksa tinggal disini. " Reyker menaikan alisnya dengan senyuman konyol.

Usia Reyker lebih tua 1 tahun di banding si kembar, berbeda dengan Mora yang memiliki usia yang sama dengan si kembar hanya saja beda beberapa hari.

...

Di sisi lain, di kediaman putra pertama Sergio terjadi keributan.

" Stop Mora! Mommy udah pernah bilang, jangan ganggu Alis terus. Kasian alis. " Ucap seorang wanita paruh baya dengan nada yang tegas. Wanita itu mendekap seorang gadis yang menangis dipelukkannya.

Seorang gadia lainnya menatap pemandangan itu dengan jengah, ia bersidekap dada memandang dengan datar interaksi ibu dan sepupunya.

" Aku kan udah bilang, bukan aku yang ngelakuin. " Elak gadia bertahi lalat di bawah bibirnya itu.

Rowan Damor, memijit keningnya dengan kedua mata yang tertutup. Hampir setiap keponakan istrinya itu datang suasana mansionnya menjadi tidak tenang. Ada saja keributan yang terjadi, terlebih selalu anak perempuannya yang menjadi sasaran.

" Cukup, Dania. " Ucap Rowan dengan nada yang datar, kedua matanya menggelap. Ia sudah sabar sedari tadi, tapi ketiganya tidak kunjung usai bertengkar di hadapannya.

" Tapi, Mas-- ." Ucapanya terhenti ketika ia melihat suaminya mengangkat telapak tangannya tanda ia harus berhenti.

" Lebih baik ke atas. " Ajak Rowan pada putri kesayangannya.

Moraine Kely Damor, menatap seseorang yang tengah mengintip dirinya dengan tatapan mengejek. Mora mengikuti langkah kaki sang Daddy tanpa menghiraukan tatapan tajam dari seseorang yang iri padanya.

Ia tidak peduli dengan drama yang gadis itu lakukan, selagi Daddy dan para abangnya masih berada di sisinya ia sama sekali tidak peduli. Untuk sang ibu, ia sudah lama menyerah untuk mendapatkan kasih sayang dari Dania Damor.

" Udah ya sayang, jangan nangis. Nanti matanya bengkak. " Ucap Dania.

Dania mencoba menghiraukan perasaan sesak yang ia rasakan saat melihat putrinya memandang dirinya dengan datar. Ia tau jika dirinya salah selama ini, tapi ia juga sangat menyayangi keponakannya lebih dari rasa sayangnya terhadap putri kandungnya.

Gadi itu mengangguk dengan patuh, " Maaf ya Mom, Mommy jadi berantem sama Kak Mora. " Ujar gadia itu dengan polos, - Alisa Indirana.

Tanpa Dania sadari kedua tangan Alisa mengepal dengan kuat. Sudah lama Alisa mencoba menarik perhatian anggota keluarga Damor. Namun, hanya Dania lah yang menerimanya dengan tangan terbuka.

Hal itu membuat Alisa merasa iri sekaligus membenci Mora, karena semua hal yang seharusnya menjadi miliknya malah Mora yang mendapatkannya.

Alisa tidak akan membiarkan itu, ia beranggapan bahwa dirinya lah yang berhak untuk menepati posisi Mora di keluarga Damor.

Dania mengelus surai coklat milik Alisa, ia sangat gemas dengan keponakannya ini. " Ayo, Mommy bikinin Alis kue yang enak. " Ajak Dania, ia menarik tangan yang lebih kecil darinya dengan lembut.

Mereka menuju ke arah dapur, Dania sengaja melakukannya untuk menghibur perasaan sedih Alisa.

Alisa hanya tersenyum dan mengikuti langkah Dania. Ketika melewati area tangga, tatapannya berubah tajam. Ia memandang dengan marah ke arah tempat Mora dan Rowan pergi dengan tangan yang bertaut.

Gue bakalan rebut semua yang lo punya, Mora.

...

Hallo aku dobbel up nih ฅ'ω'ฅ

Gimana menurut kalian?

(๑・ω-)~♥"

Next?

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang