8.🐻

23.2K 1.5K 15
                                    

.
.

Kedua putra Stevan itu tengah asik berdebat tanpa tau bahwa kedua adik mereka sudah tidak ada di tempatnya.

" Balik ke jepang sana. " Ujar Sagan sinis, ia masih belum terima jika nanti adik barunya itu lebih menempel pada abang pertamanya ini.

Dibanding Sagan, Seno memang lebih sedikit memiliki sisi lembut.

Seno mendelik tidak terima, enak saja disuruh pulang. " Kau mau aku kirim ke Jerman? "

Tatapan Sagan begitu tajam, ia paling tidak mau di kirim ke Jerman. Pernah sekali Sagan melakukan sebuah kesalahan karena kelalaiannya, ia dikirim ke Jerman selama 5 bulan. Di sana ia merasa tersiksa, Sagan tidak mau merasakannya lagi.

" Ancem terus. " Mendengar ucapan Sagan, Seno terkekeh pelan. Sudah lama rasanya ia tidak bercanda dengan adik-adiknya.

Eh! Omong-omong ia belum berkenalan dengan adik barunya. Seno memperhatikan sekitar, ia tengah mencari keberadaan keduanya. Mata tajam Seno menyipit kala ia tidak menemukan atensi keberadaan adik-adiknya.

" Dimana adek?. " Sagan memandang Seno dengan bingung, bukan kah adikknya berada di depan mereka.

" Masa gak liat, itu di sa- ." Ucapannya terhenti ketika ia melihat lapangan di hadapannya tidak ada tanda-tanda keberadaan kedua adiknya.

Tanpa banyak bicara Seno langsung menghubungi papanya untuk melacak keberadaan kedua adiknya dan menyuruh para penjaganya untuk mengcek area sekeliling taman.

" Kita pulang. " Tanpa bantahan Sagan mengikuti langkah kaki Seno.

Di dalam perjalanan menuju mansion entah mengapa mereka merasa mobil berjalan dengan lambat. Padahal, jarak antara mansion dan taman tadi tidak terlalu jauh.

Mereka berdua begitu merasa khawatir dan marah pada diri mereka sendiri. Terlebih Sagan, ia yang membawa kedua adikknya itu untuk bermain di taman.

" Bang. " Lirih Sagan, ia begitu khawatir sampai kedua tanganya bergetar.

Seno tentu paham apa yang di rasakan Sagan, ia menggenggam kedua tangan adik pertamanya itu dan mengelusnya pelan.

" Adek pasti baik-baik aja. " Seno mengucapkan beberapa kata penenang .

Mobil yang di tumpangi oleh mereka berdua bejalan dengan kecepatan yang tinggi, bahkan supir pribadi Seno memilih jalur yang paling cepat untuk sampai ke mansion.

Sesampainya mereka di mansion, Sagan dan Seno keluar dari dalam mobil dengan tergesah-gesah. Mereka bisa melihat Stevan berdiri dengan di selimut aura yang gelap.

Bugh

Bugh

Stevan langsung melayangkan pukulan pada anak-anaknya ketika mereka berdiri tepat di depannya. Pukulan itu mengenai wajah tampan Sagan dan Seno, mereka sampai menoleh ke samping dan di ujung bibirnya terdapat lebam.

" Bodoh! " Stevan benar-benar emosi, bukankah ia sudah berpesan pada anak keduanya agar selalu memperhatikan kedua adiknya. Tapi apa, ia malah mendapatkan kabar bahwa kedua anaknya menghilang.

Stevan sudah memerintahkan asisten pribadinya unuk mencari tempat dimana kedua anaknya berada.

Sagan menunduk, ia benar-benar merasa bersalah. " Maaf, pa. "

Tanpa menjawab Stevan berlalu masuk ke dalam, di ikuti oleh Sagan dan Seno.

" Bagaimana? Sehan sama adek udah ketemu? Mas, bilang sama aku. Udah ketemu kan mereka? " Saat mereka masuk, mereka sudah di sambut oleh beberapa pertanyaan yang di layangkan Iruka.

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang