10.🐻

17K 1.1K 35
                                    

.
.

" Ugh, cekai bocan. " Ujar si kecil dengan bibir yang mengerucut.

Saat ini Sky berada di kamar barunya, dengan bertemakan kartu favoritnya. Si kecil baru saja terbangun dari tidur siangnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 16.00, tidak ada siapapun yang berada di kamar. Hanya ada Skyler yang tengah duduk merenung di ranjang.

" Cekai tulun caja, mau cali mbang. " Perlahan selimut yang melilit tubuhnya ia singkapkan. Dengan kaki pendeknya Sky mencoba turun.

" Aduc, culit cekali tulun na. " Ucap si kecil kesal. Memang ukuran ranjang Sky tidak terlalu tinggi, hanya saja si kecil kesulitan untuk turun karena tubuh gembulnya.

Sky mengetuk-ngetuk dagunya, ia tengah berpikir dengan keras.

Seketika matanya berbinar, " Cekai taluh caja bantal, lalu cekai tulun denan celamat. "

" Huh, cekai memang kelen. " Lanjut si kecil dengan bangga.

Seperti yang si kecil rencanakan, tangan mungilnya mengambil sebuah bantal dan menjatuhkannya ke lantai. Mata bulat itu menyipit, mencoba menerka-nerka apakah akan berhasil rencananya.

" Jum, cekai bica. "

Sky mulai turun dari ranjang, sesuai dugaannya. Ternyata Sky bisa mendarat dengan selamat. Si kecil mengehembuskan nafasnya lega. Dengan langkah kecil Sky berjalan ke arah pintu.

Oh! Satu masalah lagi.

Sky tidak sampai untuk memegang gagang pintu, si kecil menatap sedih ke arah tangan mungilnya.

" Nda campai, intu na napa inggi? Huh, cekai halus mimi denan lajin. " Sky sudah membulatkan tekatnya, ia akan meminun susu dengan rajin agar cepat tumbuh tinggi.

Melihat sebuah kursi yang berukuran kecil, Sky menerbitkan senyumnya. Ia berjalan ke arah kursi kecil yang berada tidak jauh dari pintu kamar.

" Pakai ni caja, cekai kelen cekali lah. " Pekik si kecil dengan semangat.

Dengan susah payah si kecil membawa kursi itu mendekat ke arah pintu. Tapi, sebelum si kecil sampai pintu itu sudah terbuka lebih dulu.

" Bolu. " Suara itu membuat Sky menatap ke arah pintu, Sky bisa melihat papanya menatap dirinya dengan bingung.

" PAPA! " Seru si kecil, Sky berjalan ke arah Stevan dengan membawa kursi yang ia temukan. Stevan masih terdiam di depan pintu.

Entah karena kursi yang Sky bawa terlalu berat atau si kecil yang ceroboh, Sky hampir saja terjatuh jika Stevan tidak cepat-cepat menghampiri si kecil.

" Aduh, Bolu ini kursi buat apa sayang?. " Stevan menggendong Sky dengan koala, rasanya ia hampir jantungan ketika melihat putra bungsunya hampir terjatuh.

Tangan mungil Sky menangkup kedua pipi Stevan, " Maap papa, cekai ingin buka intu na. Cekai bocan dicini, mau mbang. " Jelas si kecil dengan polos.

Stevan sudah tidak tahan lagi, ia langsung mencium seluruh permukaan wajah Sky membuat si mungil menggeliat kegelian.

" Papa nda, geyi pa. "

" Kenapa lucu, Hm! Bolu papa lucu sekali. "

" Ahahah. " Tawa si kecil terdengar begitu merdu.

" Papa na cudah. " Protes Sky, alisnya yang menukik memandang Stevan dengan garang. Stevan tidak takut sama sekali, justru ia merasa ekspresi anak bungsunya sangat lucu.

" Oke-oke, kita turun ke bawah. Ada yang mau kenalan sama Sky. " Sky mengangguk setuju, si kecil mengalungkan tangannya pada leher stevan.

" Let's go. "

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang