27. 🐬

17.9K 1.4K 70
                                    

.
.

Keadaan kamar Sky kini terasa canggung, di tepi kasur ketiga laki-laki berbeda usia itu saling menatap satu sama lain.

" Napa dicini? Nda jadi buat kue na? " Tanya Sky dengan bingung, ia memiringkan kepalanya lalu menatap Sagan dan Sehan secara bergantian.

Setelah Reyker dan Sehan membawa si kecil ke bawah sesuai perintah Iruka, mereka di kagetkan dengan kedatangan tamu tak di undang. Melihat keributan di luar mansion, Iruka menyuruh Sehan untuk membawa adiknya kembali ke dalam kamar.

Sedangkan Reyker ia tidak ikut, dirinya harus melerai keributan yang terjadi.

" Ngga. " Balas singkat Sagan, ia menaikan alisnya saat melihat kembarannya itu menatapnya dengan tajam.

" Maksud Abang Gaga, hari ini kita ngga bisa buat kue nya dulu." Jelas Sehan, ia mendengus sebal saat mendengar balasan singkat abangnya. Setidaknya jelaskanlah pada si kecil agar adiknya itu mengerti dengan ucapan abangnya.

Bibir Sky melengkung kebawah, " Nda jadi? " Tanyanya memastikan dan Sehan mengangguk sebagai balasan dari pertanyaan Sky.

Sky menunduk, ia memainkan jari jemari Sagan yang berada di atas paha nya. Sky tidak marah atau merajuk, ia hanya merasa bersalah karena tidak bisa menepati janjinya dengan para pelayan dan penjaga di mansion.

" Eh, bagaimana kalau kita video call Papa? Adek mau? " Tawar Sehan, tatapannya kini menoleh ke arah Sagan untuk memberi kode pada kembarannya untuk menghubungi sang Papa.

Netra polos si kecil menatap Sehan dengan binar yang cerah, ia mengangguk dengan semangat bahkan saking semangatnya rambut halus Sky ikut bergoyang.

Tut

Panggilan terhubung.

" Ada apa? Papa sib-- ."

Stevan menghentikan ucapannya ketika indra pendengarannya menangkap suara lembut dan menggemaskan yang sudah lama tidak ia dengar secara langsung.

" Hayow! Papa, Boyu di cini! " Pekik si kecil dengan antusias, ia menerima ponsel yang Sagan berikan. Hanya dengan Papanya lah Sky memanggil dirinya sendiri dengan panggilan 'bolu', ia sangat menyukai panggilan itu.

Astaga, jantung Stevan berdetak dengan cepat kala menerima serangan mendadak dari anak bungsunya. Lucunya.

" Hallo sayangnya, Papa. Adek Sehat? " .

Alis si kecil menukik tajam, " Boyu, Papa! No, bukan adek. " Serunya tidak terima, ia sudah terbiasa mendengar Papanya itu memanggilnya dengan panggilan kesayangan.

Si kembar terkekeh geli, " Abang suka bolu, sini abang mam. " Sehan menggigit pelan lengan Sky yang memiliki lemak berlebihan.

" AHKK, Mbang monstel. Toyong boyu, Papa! Mbang Gaga lihat, tangan na Cekai bacah. " Adunya kepada Stevan dan Sagan.

Sagan menggeleng pelan, ia menghela nafas dengan senyuman tipis. " Biar abang yang urus. " Ujarnya, lalu Sagan menerjang kembarannya itu dan menggelitiki perutnya.

Tawa Sehang menguar begitu saja, sementara Sky merasa senang karena Abang Gaganya itu berada di sisinya. Biarkan saja Abang Sennya tertekan sampai menangis.

" Hihi, ayo teluc. Jangan belenti campai Mbang Cen menangic. " Sky terkekeh geli, ia menutup mulutnya dengan salah satu tangan kecilnya agar tawanya tidak pecah.

" Jahilnya. "

Atensinya kini beralih pada layar ponsel yang memperlihatkan wajah tampan sang Papa yang sudah lama tidak ia temui. Sky merangkak ke tengah-tengah kasur mengabaikan kegaduhan yang terjadi antara Sagan dan Sehan.

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang