4.🐏

19K 1.3K 8
                                    

Selamat membaca ♥

.
.
.

Setelah 30 menit berkumpul di markasnya, Sagan memilih untuk pulang ke mansionnya. Ia merindukan adik tengilnya itu, sst tidak boleh memberi tau Sehan.

Sagan memarkirkan motor kesayangannya dengan rapi di garasi. Melihat keberadaan motor Sehan yang mengalami kerusakan membuat Sagan panik bukan main.

Ia berlari masuk ke dalam tanpa membalas sapaan penjaga dan para pelayan yang menyambutnya.

Hening, tidak ada satupun anggota keluarganya.

Sagan menghampiri bi sumi yang sudah lama bekerja di rumahnya. " Bi, dimana yang lain? " tanya Sagan dengan datar.

Bi sumi memandang Tuan muda keduanya ini dengan gugup. Dengan pelan bi sumi menjawab, " Tuan dan Nyonya pergi ke rumah sakit den, Sebastian mengabari Nyonya, jika Tuan muda Sehan berada di rumah sakit. "

Dengan cepat Sagan berlari keluar untuk menemui adiknya. Seragam khas D'Amor High School masih melekat pada tubuhnya, tapi itu tidak penting untuk sekarang.

Ia sangat khawatir dengan keadaan kembarannya. Pantas saja Sehan tidak membalas satupun pesan yang ia kirimkan.
Sagan menggeram marah ketika mengingat orang tuanya tidak memberi taunya sama sekali.

Sesampainya Sagan di rumah sakit milik keluarganya, ia meninggalkan motornya begitu saja tanpa harus repot-repot memarkirkan nya. Biarlah hal itu menjadi urusan asisten pribadinya.

Langkah kaki lebar Sagan membuat semua orang yang berlalu lalang di koridor rumah sakit menepi untuk memberikan jalan pada Tuan muda kedua Damor itu.

Sagan bisa melihat pintu bercat putih itu. Letaknya ada di lantai dua, ruangan itu berada di ujung kanan koridor. Dengan panik ia membuka pintu dengan kencang membuat semua orang yang berada di ruangan itu terkejut.

Brak

Sagan bisa merasakan ekspresi kaget bercampur kesal dari pandangan mama dan papanya. Ia bisa melihat papanya sedang memeluk buntalan seperti anak kecil. Eh, anak kecil? Tunggu, sepertinya Sagan salah masuk ruangan.

Ketika hendak berbalik langkah kaki Sagan terhenti, Sagan mendengar suara yang sangat familiar di telinganya.

" Abang. " Sehan menatap ke arah pintu, ia terkejut saat pintu terbuka dengan kencang. Tapi, yang lebih mengejutkan seseorang yang membuka pintu itu. Yang tidak lain adalah kembarannya sendiri.

Melihat Sehan yang terbaring di ranjang, dengan cepat Sagan berlari ke arah adik kembarnya. Sagan memeluk adiknya dengan erat seolah sesuatu terjadi pada adiknya. Sagan tidak bisa jika melihat adiknya terluka. Sedari ia kecil, Sagan sangat menjaga Sehan layaknya berlian.

" K-kamu ga apa-apa? Ada yang sakit, hm? Bilang sama abang." Tanya Sagan dengan khawatir. Mendengar kabar Sehan masuk rumah sakit membuatnya tidak bisa berfikir dengan jernih.

Sehan mengelus punggung lebar kakak kembarnya, ia bisa merasakan detak jantung kakaknya yang cepat. Entah secepat apa kakaknya itu berlari.

" Ssst, abang. Aku ga apa-apa, cuma luka kecil. " Balas Sehan dengan lembut. Ia tau kekhawatiran Sagan.

Sagan melepaskan pelukannya, ia menatap wajah adiknya yang terdapat lebam yang sudah di obati.

Setelah tangisan histeris Sky, Iruka memanggil dokter untuk mengobati luka anaknya. Ketika Sky sudah lebih tenang ia dengan perlahan meminta penjelasan dari Sehan. Sehanpun menceritakan semua yang ia ketahui. Hal itu membuat Stevan dan Iruka memandang Sky dengan sendu.

Keputusan Stevan untuk mengadopsi Sky sangat kuat, Stevan tidak boleh melepaskan Sky lagi. Dulu, ia ingin mengadopsi Sky ketika pertemuan pertama mereka. Tapi Stevan tidak sekejam itu untuk mengambil Sky dari keluarganya. Karena yang Stevan tau, Sky masih memiliki seorang nenek.

Irukapun setuju dengan keputusan suaminya. Jangan tanya bagaimana tanggapan Sehan, pria tampan dan manis itu memekik senang. Sudah lama ia menginginkan seorang adik.

...

Sagan terdiam setelah mendengar penjelasan dari keluarganya. Ia memandang papanya dengan permusuhan, karena papanya lah Sehan harus mendapatkan luka di wajah, lutut, dan perutnya. Walaupun tidak terlalu parah tapi tetap saja Sagan merasa khawatir.

Untuk masalah tentang adopsi anak lagi, ia tidak terlalu memusingkan asal itu bisa membuat adiknya senang. Sagan tau, walaupun Sehan dan anak itu baru bertemu tapi perhatian yang Sehan perlihatkan sudah menjawab seberapa sayang adiknya pada anak itu.

" Urus musuh papa, atau aku hancurkan perusahaan milik papa. " Ujar Sagan dengan enteng. Tidak sulit untuk menghancurkan salah satu perusahaan milik Stevan.

Iruka menggelengkan kepalanya pelan, sudah tidak heran jika Sagan sangat bucin dengan kembarannya.

Stevan hanya menatap anak tengahnya ini dengan datar, Stevan tidak takut tentunya. Namun, ia masih memiliki hati untuk tidak membiarkan salah satu perusahaan miliknya hancur.

" Jadi, apa kamu menerima Sky? " Tanya Iruka memulai perbincangan yang serius.

Sehan berharap dengan cemas, ia tau kembarannya sangat tidak suka dengan orang asing.

Sagan tersenyum miring, ia memandang ekspresi cemas yang adiknya pancarkan. Begitu lucu menurutnya.

" Tentu. " Balas singat Sagan membuat Sehan bangun dari ranjang dan memeluk kembarannya dengan kencang. Ia sangat senang sungguh.

Begitupun dengan Stevan dan Iruka.

...

Sky memandang sekitar dengan bingung, seingatnya ia sedang berada di gendongan tante cantik. Mengingat itu membuatnya kembali bersedih, Sky merasa beruntung bertemu dengan pemuda yang di temuinya. Jika bukan karenanya, Sky mungkin saat ini hanya seorang diri.

Tapi, Sky hanya menganggap ini bentuk kepedulian mereka terhadap Sky. Setelah ia lebih baik, Sky akan pergi dan pulang ke rumahnya.

Sky sudah mengikhlaskan kepergian neneknya, jadi ia tidak boleh merasa sedih terlalu lama.

Kamar dengan corak sederhana berwarna putih itu berhasil menarik perhatian si kecil. " Uwa, aguc cangat kamal ni. " Ujar Sky dengan kagum

Karena terlalu terpesona dengan kamar itu, Sky sampai tidak sadar jika ada yang membuka pintu. Seorang pemuda masuk ke dalam dan melihat si kecil membuka mulut kecilnya sambil memandang sekitar dengan berbinar.

Pemuda itu adalah Sehan, ia ingin membangunkannya adik barunya untuk makan malam. Ketika Sky masih tertidur, Stevan memutuskan untuk pulang ke mansionnya.

Sehan berjalan dengan pelan.

" Sudah cukup tidurnya? " Tanya Sehan membuat Sky tersentak. Sky menoleh ke samping dan ia melihat Sehan tersenyum padanya.

" Mbang." Balas Sky dengan ceria.

Sehan duduk berhadapan dengan Sky di tepi ranjang. Sehan mengelus kepala Sky dengan lembut.

" Kita makan malam dulu. Tapi sebelum itu,kita mandi dulu. " Sky merasakan badan mungilnya melayang di udara. Ternyata Sehan menggendongnya dan membawa Sky masuk ke kamar mandi.

" Cekai aget loh." Ucap Sky dengan kesal.

Sehan hanya tersenyum lalu mengecup pipi gembil milik Sky dengan cepat. Ia sangat gemas dengan Sky.

" Ayo abang mandikan, stelah itu kita turun ke bawah. "

" Holee, mam cama mbang. " Mereka berdua tertawa bersama tanpa tau ada seseorang yang melihat moment itu dengan haru.

Bahagia selalu sayang.

.
.
.

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang