6.🐻

17.4K 1.3K 15
                                    

.
.
.

Sehan terbangun pukul 4 dini hari, pemuda itu berjalan dengan pelan ke arah pintu kamar orang tuanya. Ia masih tidak terima karena tidak di perbolehkan tidur bersama adik barunya. Papanya itu sungguh menjengkelkan, lihat saja Sehan akan membuat si kecil menempel padanya.

" Kali ini aku tidak boleh kalah dengan bapak-bapak itu. " Ujar Sehan sambil tersenyum miring.

Pintu kamar Stevan dan Iruka terbuka, pemandangan yang indah adalah hal pertama kali yang Sehan lihat dari kamar orang tuanya. Sky yang tidur di tengah-tengah membuatnya terlihat sangat kecil.

Tiba-tiba Sky menggeliat, si kecil dengan bibir mengerucut mulai membuka kedua matanya. Apa ini yang di namakan ikatan batin?

" Sst, adek. " Ucap Sehan pelan. Sky menoleh ke arah pintu dan benar saja ia bisa melihat abangnya berdiri sambil meletakkan jarinya di bibir.

Senyum manis Sky mengembang, " Mbang Cen. " Panggil Sky dengan pelan. Sky dengan susah payah menyingkirkan tangan besar milik Stevan dan Iruka. Melihat adikknya kesusahan akhirnya Sehan berjalan ke arah ranjang.

Sky merentangkan tangannya ke arah Sehan, " Ndong, mbang. "

Tanpa mengucapkan apapun Sehan langsung menggendong tubuh gembul Sky dengan koala.

" Kita tidur di kamar abang, oke? " Sky menganggukkan kepalanya dengan semangat.

Sehan membawa Sky keluar kamar.

Pipi gembul Sky mengembung, si kecil sepertinya tengah berpikir. Ia menggungcang bahu Sehan dengan pelan. Merasa sentuhan di bahunya Sehan menghentikan langkahnya.

" Ada apa, hm? "

Sky menatap Sehan dengan sayu, si kecil masih mengantuk rupanya. Dengan bibir yang bergerak Sky berucap lirih, " Cekai au mimi. "

Rupanya bayi gembul kita haus, memang Iruka memberikan Sky susu sebelum tidur. Rasanya sangat enak, si kecil menyukainya. Ia terbangun karena haus sebenarnya, beruntunglah Sehan ke kamar orang tuanya tadi.

" Adek haus yah, yasudah kita buat dulu di dapur. " Sehan terkekeh.

Mata bulat itu bersinar, " Jum mbang, kita uat mimi. "

Sehan menunjukkan jarinya ke arah pipi, si kecil hanya mengkerutkan keningnya. Abangnya ini kenapa?

" Eung, napa mbang? " Tanya si kecil bingung, oh tidak! Sehan tidak kuat melihat mata bulat yang memancarkan kepolosan itu.

" Cium. " Sky masih belum mengerti.

Sehan menghembuskan nafasnya pelan, ia gemas sekali dengan ekspresi bingung adiknya.

" Cium dulu pipi abang, baru kita pergi ke dapur. " Balas Sehan dengan semangat.

Sky membulatkan mulut kecilnya, dengan secepat kilat ia memberikan ciuman pada pipi Sehan.

Cup

Sehan membeku, efek ciuman si kecil sangat besar rupanya.

...

Pagi hari ini Iruka terbangun dengan keadaan panik, buntalan yang semalaman ia peluk hilang entah kemana. Seingatnya Sky tertidur di tengah-tengah antara dirinya dan Stevan.

Ranjang Stevan dan Iruka cukup tinggi untuk seukuran tubuh kecil Sky. Jadi, bagaimana mungkin bayi mereka turun dengan sendiri. Pasti ada seseorang yang masuk dan mengambil alih tubuh si kecil.

Dengan keadaan linglung Stevan mencari anak bungsunya di setiap sudut kamar, berbeda dengan Iruka yang langsung berjalan keluar. Wanita cantik itu ingin memanggil para penjaga untuk membantunya mencari Skyler.

Pintu lift terbuka dan keluarlah Iruka dengan langkah lebarnya.

" HEH IPUL, CAR- ." Ucapan Iruka terhenti ketika langkah kakinya membawanya ke arah ruang tamu.

Iruka menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar tidak kelepasan berteriak.

Pantas saja Sky tidak ada di kamarnya, rupanya si kecil tertidur pulas di dalam dekapan anak ketiganya. Iruka pun dengan samar mendengar suara Tv yang menyala.

Memang setelah Sehan membuatkan susu di dalam dot untuk Sky, si kecil merengek ingin menonton Tv. Sehan yang memang sangat lemah dengan tatapan memelas Sky akhirnya mengiyakan keinginan adik kecilnya.

Sehan menyalakan Tv dengan tontonan kartun, ia berbaring di sofa panjang dengan Sky yang berada di atas tubuhnya. Si kecil tidur menyamping mengarah ke Tv dengan menyedot susunya. Lama kelamaan mereka tertidur dengan Sehan yang mendekap adiknya dengan erat, ia takut si gembul terjatuh. Sky juga tertidur dengan nyaman sambil memegang dotnya yang kosong.

" Astaga, lucunya. " Ucap Iruka dengan pelan, ia menggenggam tangannya dengan erat untuk menyalurkan rasa gemasnya.

Atensi Iruka beralih ke arah belakang, ia bisa mendengar langkah kaki yang berjalan dengan tergesah-gesah.

" Sayang, bolu kita tidak ada. " Ucap Stevan dengan panik, rasanya Iruka ingin tertawa melihat penampilan Stevan yang berantakkan.

" Ssst, jangan berisik mas. " Peringat Iruka, hal itu menimbulkan kerutan di dahi Stevan.

Tadi saja istrinya itu sangat panik sampai-sampai membangunkannya dengan cara yang tidak manusiawi. Kakinya yang di tarik dengan kencang membuat dirinya terjatuh ke lantai. Stevan tentu saja tidak marah, ia hanya tersenyum tipis dan memandang wajah galak istrinya dengan sinis.

" Tapi bolu hilang, kamu tidak panik? Bagaimana kalau bolu di culik? Aku harus menghubungi Rex. " Ucap Stevan tanpa jeda.

Tanpa perasaan Iruka mendaratkan pukulan pada lengan Stevan.

" Aduh, kenapa di pukul? " Tanya Stevan dengan cemberut. Iruka hanya menatap suaminya dengan malas.

Iruka menunjuk ke arah ruang tamu, " Lihat, bayi ku sedang tertidur dengan Sehan. Mas jangan berisik. "

" Oh ya! Mas, stop panggil bolu pada anakku. " Iruka menyuarakan ketidak sukaannya, ia heran dengan suaminya mengapa harus memanggil anak bungsunya dengan panggilan itu. Tidak kreatif sekali suaminya.

Stevan memasang wajah yang masam, " Bagaimana bisa mereka tertidur disitu? Jadi Sehan yang membawa bolu. Dan untuk soal panggilan, itu sudah cocok untuk anakku. " Ucap Stevan dengan bangga di akhir kalimatnya.

Tanpa membalas ucapan suaminya, Iruka berjalan menghampiri anak-anaknya.

Stevan hanya mengekor di belakang Iruka layaknya anak ayam.

" Mas, foto mereka dong. Aku mau foto tapi ponsel aku ada di kamar. Mas bawa kan? " Ucap Iruka.

" Mas. " Panggil Iruka sekali lagi, ketika ia tidak mendapatkan jawaban dari suaminya. Iruka menoleh ke arah belakang, ia memandang suaminya dengan datar.

Pantas saja suaminya itu tidak menjawab pertanyaan, ternyata Stevan tengah asik memfoto momen itu tanpa menghiraukan ucapan Iruka ataupun membalasnya.

Dengan perasaan kesal Iruka menginjak kaki Stevan, beruntunglah Stevan karena Iruka sedang memakai alas kaki yang lembut. Sang empu yang kakinya di injak hanya memandang istrinya dengan bingung.

Apa lagi salahnya kali ini?

...

Haloooo ฅ'ω'ฅ

Sampai jumpa lagiii, terimakasih sudah baca cerita aku. 🤗💗

Kalau ada typo tandai yahh 🍭

Dunia Skyler! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang