Bab 37 - Jangan Pergi

46.2K 4.9K 619
                                    

              "Sebentar aja Ibu Peri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              "Sebentar aja Ibu Peri. Ini klien penting. Saya enggak bisa batalin pertemuan begitu aja."

Sudah tiga puluh menit berlalu usai makan siang mereka, Darren masih mencoba membujuk sang tunangan. Wajah Cherry masih memberengut tidak senang. Meski begitu, Darren belum terlihat menyerah. Dia masih setia pada posisinya, duduk menghadap Cherry dengan wajah condong pada si wanita yang membuang pandang darinya.

Diambilnya tangan Cherry yang menganggur di atas meja sebelum kemudian Darren mengarahkannya pada keningnya sendiri.

"Udah nggak demam, kan? Saya udah sehat. Udah minum obat. Semalam pun udah diperiksa sama dokter," ujarnya, teramat lembut.

Cherry menghela napasnya berat, masih belum terlihat akan mengabulkan. Berusaha menarik tangannya dari genggaman Darren, tetapi urung. Pria itu masih menggenggamnya teramat erat. Bahkan kini dengan kedua tangannya. Tampak tidak juga menyerah untuk membujuk.

"Kamu ikut saya ke sana. Saya janji cuman dua jam, enggak lama. Setelah itu saya enggak akan kerja lagi. Besok juga saya enggak kerja lagi."

Menghela napasnya berat sekali lagi, Cherry akhirnya menoleh pada Darren. Memandang pria itu yang tersenyum begitu manis. Ouch! Darren ini pasti pandai sekali merayu. Karena kini, Cherry seakan tidak memiliki pilihan lain selain mengabulkan permintaan pria itu.

"Cuman dua jam, kan?" tanya si wanita.

Darren mengangguk bak anak anjing yang lucu. Membuat Cherry menahan senyumnya yang hendak menguar.

"Ya udah sana pergi!" ketus wanita itu, mengusirnya.

"Kamu juga ikut, dong. Kalau kamu enggak ikut nanti saya kebablasan ngobrol bagaimana? Nanti kamu makin marah?"

Cherry mencebik kesal mendengarnya.

"Klien saya juga bawa istri dan anaknya. Kamu bisa ngobrol-ngobrol sama istrinya. Mereka memang warga negara Inggris, tapi istrinya keturunan Indonesia dan bisa bahasa Indonesia, kok," ujar Darren lagi.

"Gue juga bisa bahasa inggris, ya!" seru Cherry tidak terima.

"Iya-iya. Kamu bisa bahasa alien pun saya percaya."

Cubitan Cherry langsung bersarang pada lengan pria itu yang dibalas Darren dengan cengiran menyebalkannya. Berikut tangannya yang malah mengusap-usap lembut wajah Cherry yang semakin menahan senyumnya agar tidak lepas begitu saja.

*__*

Tujuan Darren datang ke Medan selain untuk meninjau proyek pembangunan mol yang tengah berjalan adalah bertemu dengan seseorang yang amat penting. Reynard Albern. Seorang pebisnis berkewarganegaraan Inggris yang katanya hendak membuka sebuah resort di Indonesia—tepatnya di Bali. Pria 50an tahun itu tengah mencari tempat untuk membuka bisnis barunya. Tentu saja ini adalah peluang besar bagi Darren. Ketika Reynard datang ke Bali beberapa minggu lalu, Darren langsung mengatur pertemuan untuk menawarkan propertinya yang bisa digunakan untuk membuka resort-nya di sana. Mereka berdiskusi mengenai kerja sama tersebut. Sayangnya, pada pertemuan pertama mereka itu, Reynard terlihat tidak tertarik dengan penawarannya dan lebih tertarik dengan penawaran serta properti dari developer lain.

The Perfect Prince And His Messy FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang