Bab 42 - Satu-Satunya

45.7K 5.4K 518
                                    

              Cherry menarik tangannya dari genggaman Darren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              Cherry menarik tangannya dari genggaman Darren. Melepas diri, wanita itu lanjut melangkah. Semakin masuk ke dalam rumah, semakin merasa bahwa dia benar-benar ada di rumah yang diketahuinya. Aroma rumah itu bahkan sama. Berikut sebuah tangga kayu yang kini ada di hadapannya. Pelan, Cherry pun menapak di sana. Menaiki satu persatu anak tangga tersebut yang membawanya pada sebuah ruangan yang dulu menjadi ruang favoritnya.

Kamar tidurnya, juga ... ruang menjahit di mana Cherry banyak menghabiskan waktu membuat beberapa pakaiannya di sana. Tempat itu sama. Berikut mesin jahit, meja kerja, dan kain-kain yang masih tersisa.

"Saya coba buat semirip mungkin dengan yang di sana. Semua barang-barang ini saya dapat juga dari sana." Suara Darren terdengar di belakangnya.

Cherry tidak menoleh. Dia lanjut melangkah dengan kini meja jahit itu. Duduk di atasnya dan mengusap pelan mesin jahit tua peninggalan sang Oma. Omanya pun banyak menghabiskan waktunya di sini. Tepatnya setelah diusir dari rumah oleh suaminya sendiri. Lestari sempat tinggal di Medan beberapa waktu, sebelum kembali lagi ke Jakarta dan tinggal dengan putri semata wayangnya.

"Pak Ardi melapor bahwa kamu diculik orang di depan rumah dan ternyata kamu di bawa sama Tante Rosita. Di sana pertama kali saya tahu bahwa kamu seorang desainer. Tante Rosita menjelaskan banyak hal. Termasuk juga kamu yang melanjutkan Tantemu menjadi donatur di panti anak berkebutuhan khusus."

Masih tidak ada sahutan dari Cherry. Wanita itu setia duduk di tempatnya. Menatapi mesin jahit dan mengusap pelan benda tua itu.

"Tante Rosita dan Pak Frans, mereka sangat menyayangi kamu. Mereka melihat kamu aman dengan saya, mereka percaya dengan saya. Jangan menyalahkan Pak Frans karena memberitahu soal rencana kamu yang mau pergi. Dia hanya mau kamu tetap di sini. Dia hanya ingin terus bersama kamu. Begitu juga dengan Tante Rosita. Dia enggak mau kehilangan desainer terbaiknya. Dia juga enggak mau kehilangan teman baiknya. Mereka enggak berniat mengkhianati kamu, atau beralih di pihak saya. Mereka hanya percaya dengan saya. Percaya bahwa saya bisa menjaga kamu dengan baik. Saya pun ingin kamu percaya dengan saya bahwa saya bisa menjaga kamu dengan baik."

Masih belum bersuara, Cherry berdiri dari tempatnya. Langkahnya kemudian menuju sebuah lemari kaca. Satu-satunya hal yang berbeda dari ruangan ini dengan ruangannya dulu adalah lemari kaca itu. Yang semula hanya berdiri kosong, kini terisi sebuah gaun cantik yang tampak percaya diri dipamerkan di sana.

Gaun pertunangannya dengan Darren dulu.

"Tante Rosita bilang gaun ini buatan kamu," ujar Darren yang ikut menyusuli sang tunangan.

Wanita itu balik badan. Kini berhadapan dengan Darren yang menyambutnya dengan senyuman.

"Gue enggak mau menjahit lagi, gue juga enggak mau jadi desainer lagi, dan gue enggak mau kerja di toko lagi. Gue enggak akan bisa jadi seperti Gema. Gue juga enggak bisa jadi wanita yang sesuai dengan standar lo."

The Perfect Prince And His Messy FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang