Bab 46 - Kamu Cuma Perlu Saya

39K 5.4K 788
                                    

              Athalia yakin dirinya sudah berhasil mencuri hal terpenting dari Cherry ; kehidupan adik tirinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              Athalia yakin dirinya sudah berhasil mencuri hal terpenting dari Cherry ; kehidupan adik tirinya itu.

Athalia berhasil memiliki semua hal yang harusnya Cherry miliki. Dia berhasil mendapatkan atensi penuh dari Suryana Surendra, dia berhasil menjadi cucu perempuan kebanggaan keluarga, dia juga berhasil membuat Cherry terlihat menjadi cucu yang paling buruk dengan segala pencapaian-pencapaiannya. Dan hal penting lainnya, yaitu dia berhasil mencuri mimpi wanita itu untuk menjadi seorang desainer seperti tante dan neneknya.

Masih ingat jelas dalam ingatan Athalia bagaimana karya pertamanya berhasil diluncurkan. Sebuah terusan musim panas yang langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan desainer. Membuat namanya sebagai desainer baru langsung melambung tinggi. Beberapa tawaran kerja sama dari desainer terkenal langsung diterimanya.

Sebuah pembuktian bahwa Athalia adalah maling paling berjaya di muka bumi.

Terusan musim panas itu adalah desain yang sudah Cherry buat ketika wanita itu masih duduk di bangku putih abu-abu. Berhasil Athalia curi dan menjadikannya sebagai miliknya. Bersamaan dengan sebuah buku gambar yang penuh dengan desain sang adik tiri yang sudah dimulainya sejak SMP bersama dengan sang tante kesayangan.

Sebuah langkah awal yang membuat Athalia mengambil mimpi Cherry sepenuhnya. Tak bersisa. Bahkan butik sepi pengunjung yang Cherry miliki, berhasil Athalia ambil alih.

Mengingat masa-masa kejayaannya itu, senyum Athalia mengembang begitu pongah. Menatap sang adik tiri yang kini ada di hadapannya. Tengah duduk dengan raut angkuh meski dia tidak bisa bergerak sama sekali. Athalia mengingatnya di atas kursi.

"Bagaimana rasanya duduk di sana?" tanya Athalia, berdiri dari bangkunya menatap Cherry penuh seringai.

Tidak ada raut takut sama sekali yang bisa Athalia dapati dari sang adik tiri. Cherry masih seangkuh biasanya, membuat tangan Athalia perlahan mulai mengepal di sisi.

"Bagaimana juga rasanya berdiri di situ? Semakin tersiksa? Lihat gue secara langsung di sini? Lo pasti merasa sangat frustrasi sampai berbuat segininya, kan?" Sebuah balasan dari Cherry yang membuat amarah semakin menguasai.

"Jangan main-main sama gue. Lo pikir gue nggak punya nyali untuk nembak lo sekarang?" Athalia mengacungkan senjatanya itu ke depan wajah sang adik tiri.

Masih dengan raut angkuhnya, Cherry menyahuti, "Lo pikir gue takut mati?" Cherry tertawa sarkas. "Lo harusnya tahu sejak dulu enggak ada hal yang gue takuti. Termasuk lo yang nggak ada harganya sama sekali."

"Lepasin Darren."

"Lepasin?" Cherry mendengkuskan kembali tawanya. "Lo pikir kenapa gue mau melepaskan mainan yang enggak pernah lo punya?"

"Darren punya gue!" Athalia memekik keras.

Darren adalah miliknya. Pria itu hanya miliknya seorang.

"Gue mau tanya satu hal sama lo," kata Cherry, tenang. "Kenapa lo begitu terobsesi ke gue? Kenapa lo begitu terobsesi untuk terus-terusan mengusik gue? Bukannya lo udah dapat semua yang lo inginkan? Lo udah ambil semua yang gue punya. Kenapa masih mengusik gue? Lo punya kehidupan yang lebih baik dari gue. Lo selalu dipuji si tua bangka, lo nggak pernah dipukul sama Mama lo, lo selalu menjadi kebanggaan di rumah. Lo sudah berhasil mencuri mimpi-mimpi gue tanpa pernah gue berusaha untuk mempertahankan. Kenapa? Kenapa lo masih belum puas dengan semua yang lo dapat?"

The Perfect Prince And His Messy FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang