Cherry tidak tahu kenapa dirinya masih tertahan di sini. Seluruh barangnya sudah rampung dalam koper dan seharusnya wanita itu tinggal berangkat saja. Namun alih-alih melakukan apa yang seharusnya dilakukan, Cherry malah masih terdiam di sini. Tidur-tiduran di ranjang tidur Darren sembari menatap ponsel. Menunggu balasan dari sang tunangan. Sejak tadi, mereka saling mengirim pesan. Tepatnya setelah Darren landing di Medan dan sedang dalam perjalanan menuju lokasi tempat pertemuannya.
Tunangan :
Saya udh hampir sampai. Kerja dulu ya
Kamu baik2 di rumah, jangan rusuhin Bu Tuti terus. Kalau mau ke toko atau mau jalan2, bilang ke saya dulu. Saya udh bilang Pak Arman untuk antar kamu ke mana2, kecuali dugem.
Jangan lupa makan siang.
Rentetan perintah si pria otoriter itu. Seperti biasa, Darren banyak sekali wejangannya. Namun kali ini, Cherry sama sekali tidak kesal. Dia justru senyum-senyum mendapatkan hatinya yang membuncah akan perhatian tunangannya.
Dia memang sepertinya sedang tidak waras. Dan sepertinya, masa-masa galaunya akan perpisahan dengan Darren akan lebih panjang dan lama daripada ketika Cherry dengan mantan-mantannya yang dulu. Bahkan sepertinya, kali ini dia galau sungguhan. Tidak dibuat-buat seperti biasa, melakukan 'masa berkabung'-nya yang harus ada pasca putusnya hubungan dengan pacar-pacarnya.
Salah satunya dengan mengganti warna rambut.
Astaga! Bahkan Cherry mulai merasa nyaman dengan rambut gingernya kini. Dia belum bisa memutuskan warna baru untuk rambutnya nanti.
Apa Cherry tidak usah mengganti warna rambutnya?
"Cherry?"
Suara seseorang dari luar yang memanggilnya membuat wanita itu mengalihkan tatapan dari layar ponselnya.
"Di dalam, Bu!" teriak Cherry dari tempatnya. Tidak ada niat untuk sekedar mengangkat wajah dari bantal yang tengah dia tiduri. Aroma Darren yang menempel di bantal itu terasa begitu menenangkan.
Pintu kamar Darren yang dibuka oleh Bu Tuti baru membuatnya sedikit teralih. Menatap ke sana melihat wanita paruh baya itu.
"Cherry mau makan siang pakai apa? Biar Ibu buatkan," tanya Bu Tuti.
Cherry tampak berpikir. Niatnya adalah dia tidak mau lagi makan siang di rumah. Mau langsung pergi saja. Namun pertanyaan Bu Tuti barusan membuatnya sedikit tertarik. Ada sebuah menu yang terbayang di kepalanya.
"Cherry mau ikan dori, Bu," jawab wanita itu.
"Ikan dori diapain?"
"Terserah diapain aja. Yang penting yang enak ya, Bu?"
Bu Tuti mengangguk. "Oke, deh. Ditunggu, ya?"
Cherry memberikan sebelah jempolnya pada Bu Tuti. Kemudian kembali menjatuhkan sebelah wajahnya pada bantal. Menatap lagi layar ponselnya yang memperlihatkan pesan dari Darren yang belum dia balas. Cherry pun tidak berniat membalasnya. Sebab dipastikan Darren sudah akan sibuk bekerja dan tidak lagi menatap gawainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Prince And His Messy Fiancé
RomansAwalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong saja. Menolong Darren yang dibuat mabuk oleh seorang perempuan untuk kemudian dijebaknya juga. Cherry...