Untuk yang ke sekian kali, Darren menatap layar ponselnya yang juga tidak lagi menunjukkan notifikasi pesan masuk di sana. Dibukanya lagi room chat-nya bersama sang tunangan dan pesan terakhir masih sama. Balasan Darren atas foto yang Cherry kirimkan. Potret wajah close up wanita berambut ginger itu yang tengah memonyongkan bibirnya pada kamera. Info terakhir di mana Cherry mengatakan mereka sedang makan malam dan setelah itu akan berbelanja sebentar baru pulang.
Namun sudah dua jam lebih, belum juga Darren dapati tunangannya di rumah.
"Di mana, Yang?! Udah jam berapa ini?"
Darren menoleh saat suara Naka—adik sepupunya terdengar. Lelaki itu juga sudah mulai uring-uringan sejak tadi sebab sang istri belum juga kembali.
"Kamu mah bentar lagi bentar lagi terus dari tadi! Aku capek banget makan janji manis kamu mulu."
Darren geleng kepala mendengar kalimat terakhir itu. Meski sudah menjadi sepupunya Naka selama 29 tahun hidupnya—di mana 29 tahun yang lalu Naka baru terlahir ke dunia—dia masih suka geleng kepala melihat kelakuan adik sepupunya sendiri. Apalagi setelah Naka menikah 6 bulan yang lalu. Tingkah lebay-nya semakin menjadi-jadi.
"Ah, enggak mau apa-apa. Kamu buruan pulang! Awas aja!"
Dilihat Darren Naka yang menutup sambungan mereka. Masih tampak misuh-misuh seiring tangannya yang kembali memasukkan ponsel pada saku. Setelahnya, lelaki itu menatap Darren tajam.
"Gara-gara tunangan lo nih, belanja enggak kenal waktu! Masa dengar pengumuman mol tutup mereka baru keluar!" Naka menumpahkan kekesalannya pada sang sepupu.
Hanya menatap sekilas, Darren menanggapi santai. Pandangannya terarah lagi pada ponsel yang belum juga berubah meski Darren sudah menambahkan pesan baru pada sang tunangan yang belum terbaca.
To : Ranjana
Udh di mana?
Tidak kunjung juga dibaca oleh Cherry, Darren pun akhirnya menyimpan ponselnya sendiri. Kini menatap TV yang menyala, juga sedikit melirik Adam yang baru saja muncul dari dapur. Suami Kana itu juga tengah menempelkan ponselnya pada telinga.
"Langsung pulang, Adek. Kasihan Ara malam-malam masih di jalan. Kamu juga seharian keluar begitu memangnya enggak capek?"
Adam ternyata juga sedang menghubungi istrinya.
Memerhatikan Adam sekilas, kini Darren menarik remot TV. Bukan untuk mengganti siaran melainkan hanya memutar-mutar benda itu saja di tangannya, membunuh waktu sembari menunggu 4 perempuan itu pulang setelah pergi seharian tanpa pengawalan apa pun. Mereka bahkan menolak saat Darren menawarkan untuk diantar sopir dan keukeuh agar Sesil saja yang menyetir dengan membawa mobil suaminya.
Seharian ini, tiga pria itu menghabiskan waktu bersama. Bukan hanya berada di rumah. Mereka sempat datang ke bengkel Adam untuk memeriksa mobil-mobil Darren yang katanya ingin diubah di beberapa bagian. Kemudian kembali lagi ke rumah Darren untuk main basket, lalu sibuk urusan masing-masing dan ya, akhirnya malam ini ketiganya sudah terlampau bosan bersama menunggu pasangan mereka masing-masing yang tidak kunjung datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Prince And His Messy Fiancé
Roman d'amourAwalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong saja. Menolong Darren yang dibuat mabuk oleh seorang perempuan untuk kemudian dijebaknya juga. Cherry...