Bab 39 - Blokir

43.2K 5K 585
                                    

              Cherry membuka kedua matanya yang terpapar sinar matahari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              Cherry membuka kedua matanya yang terpapar sinar matahari. Membuatnya silau hingga akhirnya terbangun dari tidurnya yang tidak disengaja di atas sebuah ayunan pada sore hari di taman belakang panti asuhan yang sudah dua hari ini dia singgahi. Tidak ada lagi anak-anak panti yang tadi ikut bermain bersamanya di sana, bahkan bergantian mendorong ayunan Cherry dari belakang hingga membuatnya terlena untuk terpejam.

Taman belakang sudah sepi. Anak-anak panti mungkin saja sudah diperintah masuk oleh ibu panti untuk masing-masing membersihkan diri. Wanita itu pun akhirnya bangkit dari sana. Membawa beberapa boneka yang tertinggal kemudian melangkah untuk masuk ke dalam rumah.

Suara bising langsung menyambutnya. Suara tawa anak-anak, ada juga yang menangis, ada juga salah satu ibu panti yang tengah mengomel. Keributan yang tidak lagi asing baginya setiap dia datang kemari. Wanita itu hanya melirik saja sepanjang perjalanannya. Sesekali memerintah anak-anak yang hendak menghampirinya untuk tidak datang dan tetap mengikuti instruksi ibu panti.

Namun ya, ada juga yang tidak mengerti dengan kode yang Cherry berikan. Tetap datang menghampiri dan menarik-narik tangannya mengajak Cherry bermain.

"A—ayo Ibu Peri. Main-main. Mau main di luar Ibu Peri." Linda—salah satu anak penderita down sindrom lah yang melakukannya. Menarik-narik lengan Cherry.

"Ibu Peri mau mandi dulu, Nda. Nda juga mandi dulu, sana. Nurut sama Ibu Hafsah. Nanti kalau Nda udah selesai mandi, baru main lagi sama Ibu Peri," balas Cherry, berusaha melepaskan pegangan tangan Linda dari lengannya.

Linda menggeleng berulang-ulang. "Mau main di luar Ibu peri. Mau main di luar Ibu peri." Dia mengucapkan kalimat yang sama berulang-ulang.

Hendak Cherry menjawab lagi, Jina—gadis tuli berambut panjang lebih dulu datang menghampiri. Dia membantu Cherry menarik Linda untuk kembali bergabung dengan barisan di mana Bu Hafsah dan Bu Risa sedang mengatur mereka untuk jadwal sore. Gadis manis itu mengeluarkan suara dari mulutnya, bermaksud meminta Linda untuk kembali ke tempat.

Linda yang memberontak, Jina yang kukuh dengan tujuannya. Pada akhirnya, tarik-tarikan itu dimenangkan oleh Jina yang berhasil membawa Linda bergabung dengan barisan. Berikut Ibu Hafsah yang menyadari kaburnya Linda langsung ikut mengambil alih.

Cherry pun dapat melanjutkan kembali langkahnya menuju kamarnya. Namun di depan pintunya, dia berhenti. Didengarnya suara dari dalam kamar tidur. Suara orang tengah berbicara. Merasa familier dengan suaranya, wanita itu pun membuka pintu. Benar saja. Salah anak panti lainnya yang melarikan diri dari barisan. Kini sedang berdiri di sisi ranjang Cherry dengan ponsel menempel pada telinga.

Alda, namanya. Anak dengan autisme tampak sedang sibuk dengan ponsel milik Cherry. Tidak lama, gadis 12 tahun itu meletakkan ponselnya di atas meja. Alda menoleh pada Cherry sekilas. Kemudian melengos begitu saja berjalan keluar dari kamar dengan mengucapkan sebuah kalimat berulang-ulang.

The Perfect Prince And His Messy FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang